Metamfetamin yang nama kerennya sabu adalah salah satu jenis narkotika dengan efek paling kuat di luar sana. Dapat merusak penggunanya dalam jangka panjang, mempengaruhi pikiran dan sekaligus merusak penampilan. Dihisap adalah salah satu cara menikmatinya. Apa yang di rasakan saat menghisap sabu? Apa saja resiko kesehatan yang harus ditanggung?
Peredaran sabu dilarang oleh beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Narkotika golongan 1 ini dianggap lebih berbahaya daripada crack. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika melarang peredaran dan penggunaan sabu, bahkan untuk tujuan pengobatan sekalipun. Metamfetamin dibuat di rumah atau di laboratorium. Sabu biasanya berbentuk bubuk putih atau tablet dan memiliki rasa pahit. Bentuknya juga ada yang berupa kristal dan terlihat seperti pecahan kaca atau kristal putih kebiruan yang mengkilap.
Apa Yang Di rasakan Saat Menghisap Sabu
Metamfetamin adalah stimulan seperti kafein dan kokain, meskipun jauh lebih kuat. Di dalam tubuh, sabu bekerja sebagai obat perangsang sistem saraf pusat otak. Setelah dikonsumsi misalnya dengan cara dihisap maka akan menimbulkan sensasi yang menyenangkan seperti peningkatan euforia, nafsu seksual, harga diri naik, kewaspadaan dan juga peningkatan persepsi sensasi.
Seperti stimulan lainnya, sabu membuat seseorang lebih waspada, lebih fokus, dan lebih aktif secara fisik. Efek lain termasuk pernapasan cepat, denyut nadi cepat atau tidak teratur, peningkatan tekanan darah dan suhu tubuh. Secara medis, dapat digunakan untuk mengobati gangguan attention deficit hyperactivity, narkolepsi, dan obesitas, meskipun obat lain biasanya lebih disukai karena efek sampingnya. Penting untuk dicatat bahwa ketika digunakan sebagai obat, dosisnya jauh lebih rendah daripada yang biasanya digunakan para pecandu.
Ketahui juga berapa lama efek sabu bertahan didalam sabu
Penggunaan sabu juga menghasilkan efek lain. Pengguna akan kehilangan nafsu makan dan mulai merasa tidak perlu tidur. Dalam beberapa kasus, pengguna menjadi kurang gizi, karena ia tidak makan dalam waktu yang lama. Penggunaan obat terlarang ini secara kronis pun akan menyebabkan ketergantungan. Pada tahap tersebut, bahan kimia dalam metamfetamin yang dikonsumsi menjadi lebih merusak organ tubuh dan juga mental.
Sabu menghasilkan perasaan euforia yang, setidaknya pada awalnya lebih kuat daripada efek zat lain. Zat sabu secara dramatis meningkatkan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan sistem kesenangan dan penghargaan otak. Jika fungsi dopamin “normal” adalah sekitar 100 unit, sabu meningkatkannya menjadi 1.250 unit-jauh di atas kenikmatan yang diperoleh dari makanan, seks, alkohol, dan kokain. Orang yang menggunakan sabu akan merasakan efek dosis tunggal yang bertahan selama 8 hingga 12 jam. Seringkali, orang yang telah menggunakan sabu dalam jangka panjang lalu menghentikannya tiba-tiba, akibatnya ia tak bisa tidur dan bergadang selama berhari-hari.
Penggunaan sabu memiliki efek samping yang nyata. Orang yang mengkonsumsi obat tersebut biasanya akan menderita lebih banyak jerawat yang muncul, selain lebih banyak luka dan bekasnya di kulit karena kebiasaan menggaruk gatal yang disebabkan oleh halusinasi seakan-akan ada serangga yang berjalan di bawah kulitnya. Zat kimia yang ada dalam sabu dan kurangnya kebersihan ketika proses pembuatan pun bertanggung jawab dalam merusak email gigi penggunanya. Gusi juga terluka dan cenderung mengecil.
Sabu menyebabkan banyak kerusakan pada organ dalam, terutama jantung dan hati. Jika obat ini dihisap, maka paru-paru juga akan rusak parah. Orang yang kecanduan sabu akan menderita iritabilitas, kebingungan mental, tremor, kecemasan, halusinasi, gangguan mood, agresi, dan paranoia. Efek samping sabu yang paling jelas adalah penuaan yang cepat. Masalah kulit dan percepatan penurunan berat badan membuat usia pengguna akan nampak lebih tua 10 tahun setiap pertambahan 1 tahun.
Ciri Ciri Pengguna Sabu
Sabu dapat ditelan, dihisap, dihirup, atau disuntikkan. Perlengkapan yang terkait dengan penggunaan sabu termasuk pipa, jarum, aluminium foil, sendok (atau tutup botol logam), sedotan, dan botol kaca. Ciri ciri ketika seseorang menggunakan sabu termasuk berkeringat banyak saat suhu tubuh naik; pupil-pupil terdilatasikan; bau badan amonia dan bekas luka bakar di jari dan mulut. Sering kali penampilan pengguna pun kusut dan berantakan terutama karena bekas garukan atau mencabuti rambut, penurunan berat badan dan kerusakan gigi.
Sabu juga menghasilkan ciri perubahan perilaku yang signifikan. Orang yang menggunakannya sering pergi berhari-hari tanpa tidur dan kemudian menjadi kelelahan dan depresi. Tanda-tanda penggunaan sabu yang lain termasuk ledakan kemarahan dan perubahan suasana hati yang tiba-tiba, paranoia dengan keyakinan bahwa mereka sedang diawasi, dan perilaku kompulsif. Terakhir biasanya diekspresikan dalam perilaku, yang tidak masuk akal dan kompulsif yang berlangsung selama berjam-jam, dan mereka sering kali hipersensitif, mudah tersinggung, dan impulsif. Perilaku kompulsif yang paling umum termasuk menggaruk tangan dan lengan berulang, membersihkan sesuatu dengan obsesif, atau membongkar benda tanpa alasan yang jelas.
Sabu juga populer di antara beberapa pengguna sebagai obat yang sangat meningkatkan aktivitas seksual dengan meningkatkan gairah dan daya tahan. Namun, impotensi mungkin merupakan efek samping umum dari penggunaan jangka panjang, serta perasaan bahwa seks tidak lagi menyenangkan jika seseorang tidak menggunakan sabu. Efek tersebut faktanya dapat menyebabkan perilaku seks tidak aman, yang meningkatkan risiko penularan HIV.
Penanganan Pecandu Sabu
Penting untuk melakukan tindakan segera, jika anak-anak Anda menggunakan sabu mengingat efek jangka pendek dan jangka panjang dari obat tersebut yang sangat merusak. Penggunaan sabu jangka panjang akan mempengaruhi beberapa area otak, termasuk kemampuan untuk menikmati kesenangan, mengingat peristiwa, belajar dan melakukan tugas-tugas verbal dasar, keterampilan motorik, dan penilaian terhadap kejadian. Sabu juga dapat menyebabkan peningkatan ketergantungan.
Orang yang menggunakan sabu yang mengalami gejala seperti tekanan darah tinggi, detak jantung yang cepat, suhu tubuh yang meningkat, perubahan irama pernapasan, kemarahan atau agresif, dan paranoia mungkin telah menderita overdosis. Overdosis sabu dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, kegagalan organ yang akhirnya mengalami kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan overdosis, mungkin termasuk mengonsumsi lebih banyak sabu daripada yang biasa dikonsumsi. Menggabungkannya dengan zat lain (misalnya, dengan opioid seperti heroin atau dengan alkohol, benzodiazepin, dll.), atau kondisi kesehatan yang sedang tidak fit.
Pengguna sabu pun bisa mengalami gejala putus obat atau sakau yaitu ketika ia berhenti menggunakan. Gejalanya mulai dari kecemasan, kelelahan parah karena gangguan tidur, depresi berat, psikosis, nafsu makan yang berlebihan, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan narkoba. Intensitas gejala putus obat menjadi salah satu alasan mengapa pengguna sabu tidak berobat dan terus menggunakannya. Pecandu sabu mungkin tidak dapat, bukan tidak mau untuk berpartisipasi dalam pengobatan, namun itu karena kerusakan otak yang telah terjadi.
Tidak seperti opioid dan alkohol, tidak ada obat untuk mengobati gejala putus obat dari sabu. Paling sering, pengobatan melibatkan terapi perilaku seperti terapi perilaku kognitif dan Model Matrix selain pemberian vitamin, antipsikotik, dan antidepresan. Pemulihan dari penggunaan sabu membutuhkan waktu. Diperlukan waktu dua tahun atau lebih untuk pulih dari penggunaan sabu, dan beberapa kerusakan (seperti yang terkait dengan stroke) dapat bersifat permanen.
Menemukan program rehabilitasi yang baik untuk orang yang Anda cintai, baik non-residential (rawat jalan) atau residensial (rawat inap) tentu sangat penting. Untuk informasi dan panduan lebih lanjut tentang cara membantu seseorang yang menggunakan sabu, Anda dapat menghubungi Pusat Rehabilitasi Narkoba atau Klinik Rehabilitasi terdekat untuk membuat rencana tindakan.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka