Sabu, juga dikenal sebagai metamfetamin, adalah salah satu jenis narkotika yang menjadi perhatian serius di seluruh dunia. Narkotika ini telah dikenal dalam berbagai budaya dan digunakan dengan beragam tujuan. Ayo mengenal lebih dekat bahaya sabu, dan upaya pencegahan penyalahgunaannya.
Asal-usul Sabu
Sabu adalah zat psikoaktif yang termasuk dalam golongan amfetamin. Amfetamin pertama kali disintesis pada awal abad ke-20 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Lazăr Edeleanu. Namun, metamfetamin, yang merupakan derivat atau turunan dari amfetamin, dikembangkan oleh seorang ilmuwan Jepang, Nagayoshi Nagai, pada tahun 1919. Awalnya, sabu digunakan untuk tujuan medis, terutama sebagai dekongestan hidung dan obat penurun berat badan.
Struktur kimia sabu atau metamfetamin sangat mirip dengan neurotransmiter alami di otak manusia, yaitu dopamin dan norepinefrin. Hal ini memungkinkan sabu untuk mengganggu sistem saraf pusat manusia, yang pada gilirannya menyebabkan efek fisik dan psikologis yang kuat. Sabu biasanya berbentuk serbuk kristal yang dapat diminum, dihirup, atau disuntikkan.
Mengapa Sabu Digolongkan dalam Zat Psikoaktif?
Sabu dimasukkan dalam kategori zat psikoaktif karena memiliki kemampuan untuk memengaruhi sistem saraf pusat dan otak, yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku, suasana hati, persepsi, dan proses berpikir seseorang. Dalam konteks ilmu kedokteran dan farmakologi, “psikoaktif” merujuk pada kemampuan suatu zat untuk memengaruhi fungsi mental dan emosi individu.
Ada beberapa alasan mengapa sabu dianggap sebagai zat psikoaktif:
- Pengaruh Terhadap Otak: Sabu bekerja dengan merangsang pelepasan dan menghambat pengambilan kembali neurotransmiter, terutama dopamin, serotonin, dan norepinefrin di otak. Ini mengakibatkan peningkatan konsentrasi dan aktivitas neurotransmiter ini di dalam sistem saraf pusat, yang pada gilirannya mengubah aktivitas otak dan suasana hati.
- Perubahan Persepsi dan Kesadaran: Penggunaan sabu dapat mengubah persepsi pengguna terhadap dunia di sekitarnya dan meningkatkan tingkat kesadaran mereka. Ini dapat membuat pengguna merasa lebih terjaga, penuh energi, dan lebih fokus.
- Euforia dan Kehilangan Inhibisi: Salah satu efek psikologis utama dari sabu adalah menciptakan perasaan euforia yang kuat. Ini dapat menyebabkan pengguna kehilangan kehati-hatian dan inhibisi, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perilaku sosial mereka.
- Gangguan Psikologis: Penggunaan sabu juga dapat menyebabkan efek psikologis negatif seperti paranoia, kecemasan, dan agresi, yang semuanya adalah ciri dari zat psikoaktif.
- Ketergantungan Psikologis: Penggunaan berulang sabu dapat menyebabkan ketergantungan psikologis yang kuat, di mana individu merasa membutuhkan zat ini untuk merasa baik atau berfungsi normal.
Dengan demikian, sabu memenuhi kriteria umum yang digunakan untuk mengkategorikan zat sebagai psikoaktif karena memiliki kemampuan yang signifikan untuk memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku individu. Klasifikasi ini penting dalam pemahaman efek dan potensi risiko penyalahgunaan sabu dalam konteks medis dan sosial.
Efek Fisik Konsumsi Sabu
Penggunaan sabu bisa mengakibatkan berbagai efek fisik yang merugikan pemakainya. Beberapa di antaranya meliputi:
- Peningkatan Energi : Sabu dapat dengan cepat meningkatkan energi dan daya tahan fisik, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fisik dan pengurangan kelelahan. Sekilas efek ini baik, namun itu hanya sementara dan setelah itu adalah munculnya efek yang berlawanan seperti kelelahan yang amat sangat.
- Penurunan Nafsu Makan : Penggunaan sabu pun akan menyebabkan penurunan nafsu makan yang signifikan, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan penurunan berat badan pecandunya.
- Gangguan Tidur : Sabu dapat mengganggu pola tidur penggunanya, menyebabkan insomnia yang parah dan gangguan tidur lainnya. Penggunaan sabu dapat mengganggu pola tidur alami seseorang. Pengguna mungkin mengalami kesulitan tidur pada awalnya, tetapi kemudian merasa sangat terjaga dan aktif bahkan di malam hari. Akibatnya, mereka mungkin mengalami periode tidur yang sangat singkat atau bahkan tidak tidur sama sekali selama beberapa hari. Pengguna mungkin merasa bahwa tidur adalah pemborosan waktu dan lebih memilih untuk tetap aktif, yang pada gilirannya memperburuk insomnia.
- Efek Samping Jangka Panjang : Penggunaan sabu jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti kerusakan gigi, penurunan daya tahan tubuh, gangguan jantung dan bahkan kematian. Ini tentu hal yang tak diinginkan semua orang.
Efek Psikologis Konsumsi Sabu
Selain efek fisik, sabu juga memiliki dampak psikologis atau mental yang tak bisa dipandang remeh saja. Beberapa efek psikologis yang umumnya terkait dengan penggunaan sabu meliputi:
- Euforia : Sabu yang dikonsumsi dalam waktu segera akan merangsang pelepasan dopamin di otak, yang menciptakan perasaan euforia dan kebahagiaan yang intens.
- Peningkatan Kewaspadaan : Penggunaan sabu pun dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan, membuat penggunanya merasa waspada, terjaga, dan tak ada rasa kantuk.
- Agresi dan Kecemasan : Sabu juga dapat menyebabkan kecemasan, paranoia, dan bahkan agresi, terutama pada pengguna yang rentan.
- Ketergantungan : Penggunaan berulang sabu dapat menyebabkan ketergantungan psikologis yang kuat, yang membuat individu penggunanya merasa sulit untuk berhenti yang akhirnya terus menerus mengkonsumsinya.
Dampak Sosial Penyalahgunaan Sabu
Selain dampak kesehatan individu, penyalahgunaan sabu juga memiliki dampak sosial yang serius. Beberapa dampak sosial yang terkait dengan penyalahgunaan sabu diantaranya :
- Rusaknya Hubungan Sosial : Individu yang menyalahgunakan sabu seringkali mengalami konflik dalam hubungan sosial dan keluarga mereka.
- Kriminalitas : Penyalahgunaan sabu dapat mendorong individu berpotensi terlibat dalam perilaku kriminal seperti pencurian dan kekerasan yang tujuannya untuk memperoleh uang membeli sabu.
- Gangguan di Tempat Kerja : Penggunaan sabu dapat menyebabkan absensi yang tinggi dan kinerja yang buruk di tempat kerja.
- Krisis Kesehatan Masyarakat : Penyalahgunaan sabu telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di banyak negara termasuk juga di Indonesia. Dengan peningkatan kasus overdosis dan penyebaran penyakit menular yang makin meningkat, sabu mengganggu tingkat kesehatan masyarakat.
Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Sabu
Upaya pencegahan penyalahgunaan sabu sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah, otoritas terkait dan seluruh masyarakat dalam upaya pencegahan seperti :
- Pendidikan untuk Remaja : Pendidikan untuk anak sekolah yang menyediakan informasi tentang bahaya dan risiko penggunaan sabu dapat membantu mencegah penyalahgunaan narkoba ini di kalangan generasi muda.
- Konseling dan Perawatan : Mengembangkan program konseling dan perawatan atau rehabilitasi yang efektif dapat ikut membantu individu yang sudah terjerat dalam penyalahgunaan sabu.
- Pengawasan Terhadap Produksi dan Peredaran : Pengaturan yang ketat terhadap produksi dan peredaran sabu dapat membantu mengurangi akses yang mudah ke zat ini.
- Dukungan Sosial : Masyarakat harus memberikan dukungan kepada para pecandu yang ingin keluar dari penyalahgunaan sabu, termasuk dukungan keluarga dan teman-teman.
Sabu atau metamfetamin adalah narkotika yang memiliki dampak yang serius pada individu dan masyarakat. Pemahaman tentang bahaya sabu baik itu efek fisik dan psikologis, serta dampak sosialnya sangatlah penting. Upaya pencegahan penyalahgunaan sabu juga harus ditingkatkan untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Pengetahuan dan kesadaran akan bahayanya adalah langkah pertama dalam menghadapi masalah besar ini.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka