Narkoba jenis metamfetamin atau sabu memiliki tampilan seperti kristal putih. Disebut juga MET atau Perventin. Pengguna dapat memasukkannya ke tubuh dengan berbagai cara, menghirup atau menggunakan jarum suntik secara intravena. Efek buruk sabu tentu tak perlu dipertanyakan lagi, membuat tubuh dan mental rontok. Gimana cara berhenti nyabu?
Bahan Pembuat Sabu
Akibat pengaruh sabu biasanya pengguna akan mengalami perasaan euforia. Baginya mulai tampak bahwa tidak ada orang yang lebih bahagia di seluruh dunia selain dirinya. Energi muncul, dan suasana hati membaik. Keadaan tersebut biasanya akan bertahan selama sekitar 6-8 jam. Setelah itu efeknya mulai melemah dan masalah pun mulai timbul.
Sabu tidak memiliki bau tertentu dengan rasa yang pahit. Warnanya bisa coklat, kuning, oranye atau bahkan pink tua. Selain bubuk, terkadang sabu pun diproduksi dalam bentuk tablet. Sabu diproduksi secara sembunyi-sembunyi, sehingga tidak ada yang dapat menjamin kualitas dan keamanannya. Dalam proses produksi, reagen khusus pun terlibat. Terkadang produsen menggunakan pengganti reagen yang lebih murah. Hal ini membuat risiko kesehatan sabu pun semakin besar.
Bahan dasar pembuatan sabu adalah amfetamin. Selain itu, pseudoefedrin, zat antibeku, dan bahkan cairan asam untuk aki mobil juga ditambahkan ke produk. Mungkin, jika penyalahguna narkoba pemula tahu jika sabu terbuat dari campuran bahan peledak mungkin mereka akan menolak ajakan teman menggunakan sabu. Tapi kebanyakan orang bahkan tidak peduli dengan apa yang mereka konsumsi untuk kesenangan itu. Mereka belajar tentang konsekuensi Methamphetamine kemudian, ketika mereka sudah menjadi penyalahguna narkoba dan tidak dapat menahan keinginan untuk terus menggunakannya.
Efek Sabu pada Tubuh
Karena kemudahan pembuatan dengan biaya rendah, narkoba ini sangat populer dan tersebar luas di mana-mana. Biasanya orang pertama kali mencobanya di klub malam, atau di acara-acara hiburan. Komposisi sabu yang dikonsumsi akan merangsang sistem saraf dengan sangat kuat, oleh karena itu memiliki efek destruktif pada kesehatan mental dan fisik.
Akibat mengkonsumsinya, penyalahguna tidak mampu mengendalikan perilakunya sendiri dan mulai berperilaku tidak semestinya. Ingatannya memburuk, karakteristik perhatiannya pun memburuk. Dengan penggunaan sabu yang berkepanjangan, kerusakan fungsi sistem kardiovaskular dimulai. Oleh karena itu serangan jantung, stroke, aterosklerosis, hipertensi, aritmia, dan konsekuensi lain yang mengancam jiwa dari penggunaan metamfetamin. Selanjutnya terjadi perubahan fungsi ginjal, hati, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Gejala umum dari penggunaan sabu meliputi:
- Selaput lendir rongga hidung atrofi (pernapasan normal melalui hidung menjadi tidak mungkin, pasien terus-menerus menderita perasaan kekurangan oksigen).
- Berat badan dengan cepat berkurang.
- Penyalahguna mengalami depresi, memiliki pemikiran tentang ketidakbermaknaan hidup, dan kecenderungan bunuh diri.
- Seringkali terjadi infeksi bernanah yang sulit diobati.
- Terjadi kejang epilepsi.
- Gangguan jiwa.
- Overdosis dapat menyebabkan kematian.
Derajat Kecanduan Sabu
Ketergantungan seorang pengguna pada sabu bisa lemah, sedang dan kuat. Dalam kasus pertama, seseorang hanya mengkonsumsi sabu sesekali untuk memperbaiki suasana hati. Juga digunakan untuk tujuan menurunkan berat badan, sebab konsumsi sabu sangat menekan nafsu makan. Tentu saja cara itu sama sekali keliru, sebab dengan makin sering mengkonsumsi sabu maka seseorang bisa masuk ke dalam kelompok penyalahguna narkoba.
Dengan tingkat ketergantungan rata-rata, seseorang biasanya menghirup serbuk sabu melalui hidung. Tapi setiap kali ia tentu ingin meningkatkan dosis yang digunakan. Oleh karena itu dia pun mulai menyuntikkan sabu ke dalam pembuluh darah. Pada tahap tersebut, ketergantungan psikologis pada sabu pun makin menguat. Dengan tingkat ketergantungan yang kuat, penyalahguna tidak lagi dapat membayangkan hidupnya bila tanpa sabu. Bahkan jika dia mencoba untuk berhenti menggunakan, dia mengerti bahwa tidak akan bisa lagi melakukannya tanpa bantuan orang lain. Gejala sakau yang menyakitkan tidak memungkinkan pengguna untuk berhenti mengkonsumsi sabu.
Bagaimana Mengenali Pengguna Sabu
Karena reaksi spesifik sabu, orang yang kecanduan sering mengalami mual dan muntah, dan juga halusinasi pendengaran dan penglihatan. Dia menjadi sangat mudah tersinggung dan agresif, tidak bisa berperilaku tenang, serta terus bergerak. Penderita mungkin mengalami apa yang dinamakan mania penganiayaan, ketakutan yang tidak dapat dijelaskan. Dia melihat bahaya di mana-mana meski faktanya tidak ada.
Penyalahguna sabu pun akan berhenti makan sebab dia tidak merasa lapar sama sekali. Hal inilah yang sering menyebabkan penyalahguna mengalami dehidrasi dan malnutrisi parah. Insomnia, tekanan darah tinggi, pupil melebar pun merupakan tanda seseorang menggunakan sabu. Jika penyalahguna berhenti mengonsumsi sabu karena ingin sembuh atau hanya karena tidak dapat menemukan narkoba lain karena alasan tertentu maka ia akan mengalami sindrom putus zat (sakau).
Pertama-tama, sakau akan mempengaruhi mental pengguna. penyalahguna terus-menerus merasa sedih, semuanya tampak abu-abu dan suram baginya. Penyalahguna memiliki kecenderungan paranoid. Pada saat yang sama, ia tidak dapat dengan tenang berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, kerabat, malah bersifat agresif. Semakin lama waktu penyalahguna mengalami sakau karena tak mengkonsumsi sabu maka semakin dia menderita. Tak lama penyalahguna pun mulai mengalami kelemahan parah, yang karenanya dia tidak dapat melakukan pekerjaan sederhana sekalipun, untuk bergerak. Seluruh tubuhnya sakit. Pikirannya hanya terfokus pada bagaimana bisa mendapatkan dan mengkonsumsi sabu.
Gimana Cara Berhenti Nyabu?
Punya masalah terkait penyalahgunaan narkoba jenis sabu? Lalu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan hal ini. Cara berhenti nyabu akan kita bahas dibawah ini.
Kerabat atau anggota keluarga lain tidak dapat membantu menolong penyalahguna sabu di rumah. Sangat penting untuk menghubungi klinik rehabilitasi atau memanggil tenaga medis yang kompeten. Tenaga medis sangat berperan penting dalam melakukan perawatan dan terapi untuk membersihkan senyawa beracun dari tubuh pengguna sekaligus menyehatkan kondisi fisik dan mental penyalahguna.
Pengobatan kecanduan narkoba harus dilakukan dalam kondisi stabil. Pertolongan pertama dapat diberikan kepada penderita di rumahnya. Namun, setelah itu penderita harus pergi ke rumah sakit atau klinik rehabilitasi narkoba, di mana terapi kompleks yang efektif akan dijalankan. Penyalahguna akan mengikuti proses rehabilitasi yang tahap paling awal adalah detoksifikasi. Penyalahguna yang berhasil menjalankan tahap detoksifikasi biasanya keinginan untuk menggunakan sabu akan jauh berkurang.
Kemudian penyalahguna pun menjalani sesi konsultasi dengan psikoterapis untuk menanamkan nilai-nilai baru dalam pikirannya bahwa narkoba adalah hal buruk dan harus dijauhi. Penting untuk dipahami bahwa tidak mungkin menghilangkan sama sekali keinginan psikologis mengkonsumsi sabu hanya dalam beberapa hari atau bahkan minggu. Biasanya diperlukan waktu satu tahun atau lebih untuk merehabilitasi. Selama berada di pusat rehabilitasi narkoba, penyalahguna akan terus-menerus berinteraksi dengan tenaga medis yang akan membantunya menyesuaikan diri dengan proses pemulihan, mengajarinya cara memulai hidup “dari awal” setelah keluar dari pusat rehabilitasi narkoba.
Jika Anda atau seseorang dalam keluarga Anda menggunakan sabu, segera hubungi pusat rehabilitasi narkoba. Jangan abaikan keberadaan orang dengan kecanduan narkoba sebab hanya akan memperburuk situasi. Dengan bantuan para tenaga ahli yang berpengalaman, para penyalahguna dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih sehat.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka