Clofritis: Fungsi dan Efek Samping - Ashefa Griya Pusaka

Clofritis: Fungsi dan Efek Samping

Clofritis
Share on:

Clofritis termasuk kelompok obat antikonvulsan (anti kejang) dimana biasanya diaplikasikan oleh dokter dalam upaya menyembuhkan gejala kejang pada penderita epilepsi. Epilepsi merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat di otak karena pola aktivitas listrik yang terlalu aktif. Kejadian tersebut akan mengakibatkan pasien terkena kejang berulang di beberapa atau seluruh tubuhnya.

Clofritis adalah merek obat yang mengandung senyawa Clobazam dengan kandungan 10 mg pertabletnya. Pemakaian Clofritis bagi pasien epilepsi umumnya akan dikombinasikan dengan jenis obat lain. Clofritis bisa mengendalikan gejala kejang yang cara kerjanya adalah menyeimbangkan arus listrik yang terjadi dalam otak. Clofritis pun bisa diaplikasikan sebagai agen pelemas otot.

Baca juga: Gangguan Epilepsi, Penyebab, Gejala, dan Perawatan

Apa Itu Clofritis

Clofritis masuk dalam kelompok Clobazam yang mengandung Benzodiazepine yang umum digunakan untuk meredakan kecemasan, stres, dan insomnia. Bahkan Benzodiazepine pun diterapkan untuk pengobatan ketergantungan narkoba. Pengembangan benzodiazepine dimulai pada tahun 1950 dan pada tahun 1960 yang pertama, metaminodiazepoxide (kemudian dimodifikasi menjadi chlordiazepoxide), dipatenkan. Tak lama setelah itu, pada tahun 1963, Diazepam dipatenkan, obat dengan kekuatan ansiolitik yang lebih besar dan efek relaksasi otot yang lebih besar.

Senyawa kimia tersebut saat ini ada di pasaran dengan beberapa nama berikut: diazepam, klordiazepoksida, bromazepan, clonazepam, alprazolam, lorazepam, midazolam, dan clobazam. Dengan efek antikonvulsan, obat penenang, dan efek relaksan otot tertentu, ini adalah obat psikotropika yang bekerja pada sistem saraf pusat dan digunakan terutama untuk gangguan tidur.

Baca juga: Cara Mengatasi Gangguan Tidur dan Ketahui Penyebabnya

Salah satu cara paling umum untuk mengklasifikasikan benzodiazepine adalah menurut durasi rata-ratanya, yaitu menurut waktu rata-rata obat ini menghasilkan efeknya pada tubuh.

  • Benzodiazepine kerja lama: Obat ini bekerja selama lebih dari 24 jam contohnya : DIAZEPAM, FLURAZEPAM, QUAZEPAM, CLORAZEPATE DIPOTASSIUM, dan CLONAZEPAM.
  • Benzodiazepin kerja menengah: bekerja dalam tubuh dari 6 hingga 24 jam: BROMAZEPAM, KETAZOLAM, ALPRAZOLAM, LORAZEPAM, FLUNITRAZEPAM.
  • Benzodiazepin kerja pendek: MIDAZOLAM.

Masalahnya adalah bahwa orang yang mengkonsumsi ansiolitik biasanya akan mengalami ketergantungan (obat ini menghasilkan toleransi, sehingga harus meningkatkan dosis untuk mencapai efek yang sama). FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan AS) menetapkan, bahwa benzodiazepine harus digunakan untuk jangka waktu maksimum tiga bulan. Obat-obatan tersebut menghasilkan efek sedatif. Meskipun benzodiazepine adalah obat yang bagus, tetapi dengan penggunaan yang rasional dan tidak sembarangan.

Benzodiazepine biasanya diresepkan untuk mengurangi tingkat kecemasan, sering terjadi bahwa obat ini dikonsumsi lebih lama daripada yang dianjurkan. Benzodiazepine juga digunakan untuk “menangkal” efek “high” dari obat lain seperti kokain atau amfetamin. Perilaku ini terjadi secara bertahap, dari waktu ke waktu.

Baca juga: Amfetamin, Obat Psikotropika yang Sering Disalahgunakan!

Benzodiazepine bersifat adiktif, dan penggunaan yang tidak diatur sering menyebabkan ketergantungan. Ketika ketergantungan terjadi, benzodiazepine digunakan untuk menghindari efek samping atau gejala putus obat. Ketika seseorang berhenti merasakan efek samping tersebut setelah mengonsumsinya, kemungkinan besar karena kecanduan zat tersebut. Beberapa gejala overdosis benzodiazepine adalah:

  • Tidak responsif dan kelemahan umum
  • Penglihatan kabur
  • Sulit bernafas
  • Sedasi ekstrim
  • Bergetar
  • Perubahan status mental
  • Kuku dan bibir tampak kebiruan

Orang yang overdosis benzodiazepine harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan diintubasi dengan alat bantu pernapasan dan diberi obat untuk melawan efek obat tersebut. Proses selanjutnya adalah detoksifikasi. Proses ini sangat penting bagi orang yang kecanduan benzodiazepine. Detoksifikasi harus dilakukan secara bertahap di bawah program terapi. Program pengobatan kecanduan obat-obatan terlarang tidak ada jalan cepat atau ajaib.

Cara Pemakaian Clofritis

Clofritis adalah salah satu kategori obat keras dimana untuk mendapatkannya, pasien harus mendapatkan resep dokter terlebih dulu. Ada aturan penggunaan Clofritis yang harus ditaati pasien. Untuk mengobati gangguan kecemasan, pasien dewasa akan mendapatkan dosis awal yaitu 2-3 tablet perhari. Sementara untuk pasien orang tua akan mendapatkan dosis sebanyak 1-1½ tablet perhari.

Cara penggunaan Clofritis bagi pasien dewasa dan anak usia di atas 15 tahun penderita epilepsi akan mendapatkan dosis awal sebanyak ½-1½ tablet per hari. Takaran obat itu bisa diperbanyak sampai 6 tablet perhari. Adapun penderita epilepsi anak usia 3-15 tahun akan mendapatkan dosis awal sebanyak ½ tablet perhari. Untuk dosis pemeliharaan akan diberikan 0,3-1 mg / kg berat badan perhari.

Efek Samping Clofritis

Kebanyakan obat keras dengan resep dokter pasti akan menimbulkan efek samping. Efek samping Clofritis sama dengan efek konsumsi Benzodiazepin seperti yang telah diuraikan di atas. Clofritis pun ketika dikonsumsi bisa saja mengakibatkan efek samping, diantaranya mengantuk, demam, infeksi saluran pernapasan bagian atas, sembelit, gelisah, muntah, batuk, masalah keseimbangan tubuh, sulit tidur, dan menderita kelelahan.

Efek samping yang lebih parah adalah ketika terjadi kecanduan Clofritis. Tidak selalu mudah untuk mengetahui kapan penggunaan Clofritis menjadi adiktif, meskipun penggunaan rutin apa pun dianggap perlu dikhawatirkan. Tanda-tanda ketergantungan mungkin termasuk masalah memori, kelelahan yang intens, gangguan fungsi motorik, dan gangguan fungsi kognitif. Tanda-tanda yang kurang jelas mungkin termasuk sakit kepala, pusing atau lemas, gangguan tidur, demam, dan denyut nadi atau tekanan darah rendah.

Clofritis yang termasuk golongan Benzodiazepine adalah sangat adiktif. Pengkonsumsi berpotensi mengalami kecanduan ketika obat ini diandalkan untuk mengurangi gejala kecemasan sehari-hari. Bahkan bila dikonsumsi dengan obat-obatan lain dan juga alkohol, maka akan makin memperparah efeknya.

Kontraindikasi Clofritis

Ada beberapa kontraindikasi bagi pasien yang akan mengkonsumsi obat dengan kandungan Clobazam ini. Kontraindikasi dari Clofritis adalah riwayat kecanduan obat atau minuman keras, insufisiensi pernapasan berat, miastenia gravis, sindrom apnea tidur, konsumsi berbarengan analgesik opioid, gangguan hati berat, kehamilan pada trimester pertama, dan juga untuk ibu menyusui.

Interaksi Clofritis dengan Obat Lain

Muncul interaksi obat ketika pasien menggunakan Clofritis ketika dikonsumsi berbarengan dengan obat antipsikotik. Itu bisa memperkuat efek depresan SSP. Clofritis dapat menyebabkan overdosis dengan gejala berupa depresi sistem saraf pusat yang terkait kantuk, kebingungan, lesu, ataksia, hipotonia, tekanan darah rendah, depresi pernapasan, koma, dan sampai kematian. Secara lengkap interaksi Clofritis dengan obat lain adalah sebagai berikut :

  1. Senyawa Opioid, konsumsi obat golongan clobazam termasuk Clofritis ini bila berbarengan dengan opioid biasanya bisa memicu sedasi, depresi pernapasan, hingga mengalami koma.
  2. Antipsikotik (neuroleptik), hipnotik, ansiolitik atau sedatif, agen antidepresan, antikonvulsan, anestesi dan antihistamin sedatif.
  3. Clofritis bila digunakan bersama jenis obat tadi, maka bisa memicu efek depresi SSP.
  4. Fenitoin.
  5. Clofritis bisa memperkuat efek dan konsentrasi dari fenitoin.
  6. Flukonazol, stiripentol, tiklopidin, omeprazol dan fluvoksamin bisa memperkuat konsentrasi Clofritis.
  7. Obat dengan fungsi melemaskan otot, analgesik, juga dinitrogen oksida. Efek maupun konsentrasi Clofritis bisa bertambah apabila digunakan bersama obat tadi.
  8. Estrogen. Clofritis bisa mengurangi konsentrasi serum kontrasepsi hormonal misalnya estrogen.

Itulah tadi artikel yang membahas mengenai obat Clofritis, penjelasan mengenai pengertian, kandungan, cara pemakaian, serta efek sampingnya sudah dijelaskan dengan sederhana dan informatif. Semoga pembaca dapat mengambil informasi bermanfaat lewat artikel ini. Bila mengalami ketergantungan obat, anda bisa melakukan konsultasi dan rehabilitasi di Ashefa Griya Pusaka.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top