Seks bebas merupakan perilaku hubungan intim di luar nikah antara pria dan wanita. Seks bebas sering dilakukan oleh kalangan remaja dimana usia tersebut memang gejolak sedang meledak-ledak. Ada banyak dampak buruk dari seks bebas terhadap fisik dan mental serta sosial. Dampak perilaku seks bebas menyangkut segi sosial adalah rusaknya tatanan dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Berbicara dengan seorang remaja tentang hubungan dengan lawan jenis adalah salah satu yang paling sulit bagi banyak orang tua. Pada saat yang sama, orang tua pun harus memahami bahwa anak mereka sedang tumbuh, yang berarti bahwa cepat atau lambat mereka akan mulai menunjukkan minat pada masalah hubungan intim antara pria dan wanita.
Remaja masa kini berbeda dengan orang tua seusianya dalam berbagai hal. Berkat internet, mereka lebih leluasa mengakses berbagai informasi, termasuk informasi yang cukup sensitif menyangkut hubungan intim. Karena itu, tugas orang tua adalah mengarahkan gejolak alami tumbuh kembang anak ke arah yang benar dan aman bagi kesehatan mereka.
Baca juga: Ciri-ciri Pergaulan Bebas, Penyebab dan Dampaknya
Menurut studi internasional, aktivitas seksual remaja dimulai di sekolah menengah dengan melakukan seks bebas. Hanya sedikit orang tua yang siap menerima kenyataan tersebut. Oleh sebab itu, saat ini yang lebih mendesak adalah kebutuhan untuk mendiskusikan dengan anak yang memasuki masa remaja mengenai semua risiko yang terkait dengan awal aktivitas seksual.
Pentingnya Pantang Seksual di Masa Remaja
Saat memulai percakapan tentang “remaja dan seks”, tidak ada kata terlambat untuk berbicara tentang pantang seksual. Para orang tua harus menjelaskan kepada anak hal-hal yang boleh dan tak boleh dilakukan. Jika orang tua memang sudah menjelaskan aturannya dengan alasan yang rasional tentu anak dengan tingkat kemungkinan yang tinggi, akan memahami dan menerimanya.
Bicaralah dengan putra atau putri Anda tentang rencana masa depannya, pilihan karier, dan harapan pribadinya, dan diskusikan bagaimana seks dapat memengaruhi rencana-rencana tersebut. Para orang tua Jelaskan kepada anak bahwa:
- remaja dan seks adalah kombinasi yang berisiko;
- selain seks, ada banyak cara lain untuk mengungkapkan perasaan romantis kepada seseorang;
- Seks bebas yang spontan tanpa kondom dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan penularan infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia, gonore, human papillomavirus (HPV), herpes dan HIV. Bahwa cara terbaik untuk menghindari semua itu adalah pantang seksual.
- Juga bicarakan dengan anak tentang bagaimana aktivitas seksual dini dapat menyebabkan stres emosional dan depresi jika suatu hubungan putus dengan pasangan.
Para orang tua tidak boleh berpikir bahwa dengan memulai percakapan dengan anak remaja tentang kontrasepsi misalnya, dengan demikian orang tua mendorong anak untuk mulai berhubungan seks. Kemungkinan besar, remaja sudah tertarik dengan topik seks walaupun orang tua mereka mendiskusikannya dengannya atau tidak.
Jika orang tua merasa sulit untuk berbicara dengan anak mereka tentang seks, maka mencari bantuan dari terapis remaja adalah pilihan terbaik. Dokter dapat memberi saran kepada orang tua tentang cara berbicara dengan anak remaja mengenai topik tersebut dan bagaimana menjawab pertanyaan tentang seks.
Berbicara dengan seorang remaja tentang seks tentu tidak mudah. Tetapi, orang tua harus ingat bahwa mereka berbicara tentang kesehatan anak mereka, yang menjadi dewasa dan harus siap untuk semua bidang kedewasaan.
Dampak Seks Bebas pada Kesehatan Fisik
Perkiraan insiden dan prevalensi menunjukkan bahwa remaja, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore, sifilis, dan herpes ketika melakukan seks bebas. Gadis remaja diyakini sangat berisiko terkena infeksi menular seksual. Hal ini dikatakan, karena adanya peningkatan ektopia serviks, yang lebih rentan terhadap infeksi. Selain risiko-risiko tersebut, gadis remaja yang hamil pun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan tertentu yang dapat berdampak pada ibu dan anak, serta masyarakat dan generasi mendatang.
Komplikasi terkait kehamilan telah ditemukan menyebabkan hingga setengah dari semua kematian pada wanita usia reproduksi di negara berkembang. Di beberapa daerah, untuk setiap wanita yang meninggal karena kematian ibu, 10-15 menderita gangguan kesehatan yang parah akibat melahirkan, sering mengakibatkan risiko kesehatan mental dan stres yang signifikan.
Komplikasi lain yang terkait dengan persalinan seperti disproporsi sefalopastik, di mana panggul ibu yang masih muda terlalu kecil dibandingkan dengan kepala bayi untuk dilewati bayi. Disproporsi panggul kepala paling sering ditemukan pada wanita muda. Banyak dari risiko ini lebih tinggi di antara wanita yang lebih muda. Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 22.000 kelahiran di Zaria, Nigeria, ditemukan bahwa kematian ibu 2-3 kali lebih tinggi pada wanita berumur 15 tahun, lebih buruk daripada wanita berusia 16-29 tahun.
Dampak Seks Bebas pada Kesehatan Mental
Gangguan emosi dan mental juga merupakan akibat dari pergaulan bebas pada masa remaja. Penelitian telah menunjukkan korelasi dan hubungan langsung antara risiko seksual remaja dan risiko kesehatan mental. Risiko seksual termasuk banyak pasangan seksual, kurangnya perlindungan, dan hubungan seksual di usia muda.
Baca juga: Ciri-Ciri Pergaulan Bebas dan Cara Mengatasinya
Risiko mental yang terkait dengan mereka termasuk gangguan kognitif seperti kecemasan, depresi, dan ketergantungan zat-zat berbahaya. Juga telah ditemukan bahwa pergaulan bebas pada remaja mungkin merupakan akibat dari penyalahgunaan narkoba dan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya seperti depresi klinis.
Dampak Seks Bebas Menyangkut Sosial dan Ekonomi
Risiko seksual dan pergaulan bebas, bagi kaum muda, hal ini juga dapat menimbulkan banyak dampak sosial dan ekonomi. Penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa kehamilan remaja menimbulkan risiko sosial dan ekonomi yang signifikan karena memaksa perempuan muda, terutama mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan sangat rendah, putus sekolah untuk melanjutkan memiliki anak.
Kegagalan dalam pendidikan dasar ini menimbulkan bahaya bagi semua orang dan generasi yang terlibat. Stigma sosial juga mencegah ibu-ibu muda ini mencari bantuan, dan akibatnya mereka berisiko lebih tinggi mengalami risiko fisik dan mental lain yang nantinya dapat menyebabkan risiko kesehatan fisik dan penggunaan narkoba.
Memiliki banyak pasangan seks sering berdampak negatif pada kesempatan pendidikan bagi perempuan muda, yang dapat mempengaruhi karir dan peluang mereka di saat dewasa. Memiliki banyak pasangan seksual berdampak ekonomi negatif jangka panjang pada perempuan sebagai akibat dari hilangnya pendidikan.
Pencegahan Seks Bebas pada Remaja
Perilaku seks bebas sebagian besar akan berdampak pada gangguan fisik, mental, dan juga dampak sosial. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, mengurangi risiko berbahaya dari pergaulan bebas manusia dapat dicapai terutama melalui pencegahan. Mereka didukung melalui program pencegahan HIV dan IMS yang ditetapkan dalam Deklarasi Komitmen di Majelis Umum PBB tentang HIV/AIDS pada Juni 2001. Seks yang aman, penggunaan kondom dan kontrasepsi, dan pengobatan IMS yang efektif sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi menular seksual ini, dan juga dapat meningkatkan status sosial dan ekonomi seluruh masyarakat di usia muda. Perempuan muda akan bisa mendapatkan pendidikan yang memadai dan bukan dengan memiliki anak.
Baca juga: Cara Mencegah Penyakit HIV
Namun, yang terpenting dari upaya pencegahan seks bebas pada remaja adalah bagaimana keaktifan orang tua dalam mengawasi, memberikan penjelasan dan risiko, serta memberikan contoh yang baik kepada anak remaja mereka. Ingat, anak adalah pencontoh terbaik dari segala perilaku orang tua mereka.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka