Defensif: Arti, Tujuan, Dampak, sampai Cara Menanganinya - Ashefa Griya Pusaka

Defensif: Arti, Tujuan, Dampak, sampai Cara Menanganinya

Defensif
Share on:

Pernahkah kamu mendengar orang mengucapkan “Kamu defensif sekali?”. Apakah kamu tahu makna defensif? Defensif adalah sikap bertahan. Sikap defensif umumnya muncul saat seseorang telah terbukti melakukan kesalahan tapi tidak mau mengakuinya. 

Mereka merasa jika mengakui kesalahannya dan tidak membela diri akan terlihat lemah. Sikap defensif juga digunakan sebagai bentuk perlindungan diri dan citra diri sendiri. Makanya, tak heran jika beberapa orang sulit untuk menghilangkan sikap defensif. Untuk mengetahui lebih jelasnya apa sebenarnya defensif? Yuk simak penjelasan berikut ini, supaya tidak menyalahartikan.

Pengertian Sikap Defensif

Kata defensif merupakan kata serapan dari “Defensive” artinya bertahan. Maksudnya, menjaga atau melindungi dari cedera atau serangan. Secara psikologis sikap defensif diartikan sebagai usaha untuk membela diri dari seseorang atau sesuatu yang dirasa penting untuk dilakukan. 

Umumnya membela diri dilakukan untuk melindungi egonya. Karena, mereka ingin orang lain berpikiran bahwa dia cerdas, baik atau menyenangkan. Bisa juga karena ingin membenarkan apa yang sudah di perbuat, hal yang sudah terlanjur terjadi. 

Selain itu, sikap defensif muncul saat seseorang telah terbukti melakukan kesalahan, tapi tidak mau mengakuinya. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk perlindungan diri.

Tujuan dari Sikap Defensif

Tujuan dari perilaku defensif yaitu ingin mengalihkan rasa bersalah, disakiti atau dipermalukan pada orang lain. Hal tersebut terjadi antara disadari atau tidak, seseorang ingin mengalihkan perhatian pada kesalahan orang lain, sehingga dirinya menjadi lebih baik setelahnya. 

Orang juga beranggapan bahwa perilaku defensif bisa dibilang sesuatu yang jahat. Meskipun perilaku dapat membantu diri seseorang menjadi lebih baik, namun hanya berlaku dalam jangka pendek. Jika dalam jangka waktu lama, perilaku defensif akan membuat seseorang merasa lebih buruk. 

Tanda-Tanda Sikap Defensif

Apakah kamu termasuk orang defensif? Simak yuk tanda-tanda sikap orang berperilaku defensif. Sikap defensif terbilang sulit dikenali, khususnya berasal dalam diri kita sendiri. Kita bisa melihat saat di kritik orang lain, apakah kamu melakukan salah satu dari sikap dibawah ini:

  • Tidak ingin mendengarkan orang lain
  • Menyalahkan orang lain
  • Selalu membuat alasan tentang hal yang dikritik dari orang lain
  • Menuduh orang lain melakukan hal yang sama
  • Mencoba mencari pembenaran atas sikap diri sendiri
  • Mengungkit kesalahan orang lain di masa lalu dan menghindari pembicaraan masalah saat ini
  • Memberi tahu orang bahwa mereka seharusnya tak melakukan dan merasakan hal itu. 

Apabila kamu mengalami beberapa hal tersebut ketika menerima kritik menandakan bahwa kamu sedang bersikap defensif.

Faktor Penyebab Perilaku Defensif

Jika kamu mampu mendeteksi diri sering melakukan sikap defensif, berikut ini beberapa faktor penyebab perilaku defensif:

1. Rasa takut

Orang yang mempunyai trauma masa lalu seperti sering mendapatkan perlakuan perundungan ketika kecil dapat tumbuh menjadi sosok yang suka menindas orang lain. Karena ingin merasa lebih kuat pada detik itu dengan membentuk ilusi rasa aman. 

2. Kecemasan sosial

Jika seseorang kurang pandai dalam berkomunikasi dengan penuh percaya diri atau rasa cemas berlebihan mungkin akan menimbulkan sikap defensif. 

3. Malu dan rasa bersalah

Saat seseorang merasa bersalah dan orang lain membicarakan topik tersebut, maka akan cenderung meresponnya dengan cara defensif

4. Menyembunyikan hal yang sebenarnya

Orang akan bersikap defensif saat menyembunyikan hal yang sebenarnya. Hal tersebut bisa terjadi pada orang yang berbohong atau tidak jujur.

5. Serangan terhadap perilaku

Setiap individu tentunya sangat memerlukan pembenaran saat perilaku atau karakternya diserang. Mereka akan mencari celah untuk membela diri terkait hal tersebut. 

6. Tidak bisa berubah

Jika seseorang merasa tak bisa berubah berhubungan dengan salah satu aspek kehidupan, maka akan muncul sikap defensif saat orang lain membicarakannya. 

7. Gejala gangguan mental

Sikap defensif bisa masuk dalam tanda gangguan kesehatan mental, misalnya Eating Disorder atau gangguan perilaku lainnya. Karena mereka merasa perlu sekali untuk bersikap defensif supaya yang dilakukan tak dianggap sebagai kesalahan.

Selain itu, sikap defensif dapat terjadi karena seseorang mengobservasi perilaku orang sekitarnya. Misalnya, melalui pengamatan terhadap apa yang dilakukan orang tua, saudara, pasangan dan lainnya

Pada umumnya sikap defensif yaitu buah dari penyebab psikososial, bukan biologis. Jadi, berkaitan erat dengan pengalaman hidup seseorang atau konteks sosial. 

Jenis Sikap Defensif

Sikap defensif terbagi menjadi beberapa jenis yang mempunyai beberapa perbedaan. Berikut jenis-jenis sikap defensif. 

  1. Serangan ad hominem adalah sikap seseorang yang menyerang orang lain dengan cara tertentu demi mendiskreditkan pernyataan atau kritik mereka. 
  2. Mengungkit masa lalu artinya seseorang membicarakan kesalahan masa lalu seseorang yang mengkritik kita. 
  3. Silent treatment yakni sikap defensif yang menunjukkan tidak ada interaksi dengan seseorang yang mengkritik kita untuk membalas mereka. 
  4. Gaslighting adalah sikap menyangkal bahwa kita melakukan sesuatu yang membuat orang lain mempertanyakan ingatan dan kewarasan mereka. Jenis ini, biasanya dilakukan bersamaan dengan sindiran bahwa orang tersebut tak berpikir jernih.
  5. Menyalahkan yakni mengalihkan kritikan pada kita dengan kesalahan orang lain 
  6. Righteous indignation yaitu sikap seseorang yang seolah tak boleh ada yang menanyakan topik memicu sikap defensif. 
  7. Innocent victim yakni sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan setelah menyetujui kritik supaya orang bersimpati, merasa bersalah dan tidak berkeinginan untuk mengkritik. 

Dampak dari Bersikap Defensif

Mengapa kamu melakukan sikap defensif hanya untuk melindungi diri sendiri disebut hal yang buruk? Apa dampak dari sikap defensif? Berikut ini beberapa dampak bersikap defensif.

1. Memengaruhi hubungan individu atau kelompok

Sikap defensif bisa memengaruhi hubungan seseorang dengan individu atau kelompok. Memengaruhi interaksi dengan orang lain. Apabila sering merespon orang lain dengan sikap defensif, hubungan seseorang dengan individu lain tidak baik dari hari ke hari.

2. Membuat hubungan menjadi tegang

Jika terus bersikap defensif dengan orang lain, maka bisa menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat dan tegang. Entah itu dengan pasangan atau orang yang dicintai. 

3. Mempersulit hubungan

Selain itu, sikap defensif juga bisa mempengaruhi lingkungan kerja, sehingga berdampak mempersulit hubungan dengan manager, supervisor dan rekan kerja. Sikap yang emosional seperti itu membuat seseorang dijauhi dari kelompok sosial.

4. Menciptakan rasa tak percaya

Sikap defensif juga menimbulkan ketidakpercayaan dan permusuhan yang sebelumnya pernah melindungi dari serangan psikologis. Sehingga, muncul sebuah pembelaan perasaan frustrasi dan akhirnya perasaan menjadi lebih buruk.

Untuk memperoleh hal yang lebih baik bagi semua orang, lebih baik menunjukkan sikap yang jelas dari awal daripada sikap defensif. 

Orang Defensif Sulit Menerima Kritik

Orang yang terbiasa bersikap defensif akan sulit menerima kritikan atau masukan dari orang lain. Meskipun masukkan itu benar dan sebuah solusi yang sedang dihadapi. Walaupun bersifat membangun, kritik dan masukan justru terdengar sebagai ancaman bagi orang defensif. 

Sikap defensif hal yang manusiawi dan ada dalam diri individu. Dari sisi lain sikap defensif memang menguntungkan, karena bisa berfungsi untuk perisai dalam mempertahankan diri. Di sisi lain juga sikap defensif bisa merugikan orang lain maupun organisasi. 

Mengontrol Sikap Defensif

Saat tumbuh dewasa, kamu akan sadar bahwa sikap defensif harus dihilangkan. Namun, kamu tahu bagaimana cara untuk memulai dan mengendalikan diri dalam memberi respon lebih positif. Maka carilah teman yang mampu mengingatkan dan menyadarkan kamu mengenai realita sebenarnya dan tanggung jawab kamu. 

Untuk mengontrol sikap defensif membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama. Apabila kamu masuk dalam orang yang sering suka bersikap defensif, cobalah untuk memposisikan diri sebagai orang lain untuk merespon alasan dari sikap defensif kamu. 

Strategi Kendali untuk Mengurangi Sikap Defensif

Bagaimana cara mengendalikan sikap defensif? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir sikap defensif yang buruk. Nah berikut beberapa tips strategi untuk tidak menjadi defensif:

1. Sadarilah sikap defensif

Hal pertama yang perlu dilakukan menghentikan perilaku defensif. Kamu harus benar-benar menyadari kapan hal itu terjadi. Terbilang mudah untuk menghindari perilaku defensif.

Cobalah untuk memerhatikan perasaan dan reaksi orang lain pada saat itu. Selain itu, kamu juga bisa membuat catatan kecil tentang perasaan dan mengeksplorasi situasi yang berbeda.

2. Validasi perasaan

Saat kamu tersadar bersikap defensif, penting sekali mulai memvalidasi perasaan ketika dikritik. Tindakan yang simpel untuk mengakui bahwa kamu merasa malu, khawatir, terluka atau merasa tidak aman, sehingga bisa membantu meredakan situasi.

Cobalah untuk tidak memperumit masalah perasaan yang sedang kamu rasakan. Sehingga, kamu tidak menjadi terlalu fokus. 

3. Hindari bertindak berdasarkan perasaan semata

Ketika memberi tahu perasaan merasa malu atau tersakiti, kemudian menunjukkan belas kasih pada diri sendiri atas yang dirasakan, kamu bisa mengakui fakta bahwa tak perlu bertindak berdasarkan dorongan hati untuk bereaksi membela diri. 

Walaupun merasakan adanya sikap defensif. Bukan berarti kamu harus mengambil tindakan untuk mengakuinya. Kamu bisa menunjukkan belas kasihan pada diri sendiri atas perasaan tersebut dan menyadari jika orang lain akan merasakan hal tersebut seiring berjalannya waktu. 

4. Menyelaraskan diri dengan nilai diri

Apakah bersikap defensif berjalan sesuai dengan keinginan pribadi? Tentunya tidak, saat merasa diri sendiri bersikap defensif, itu tergantung pada versi tebaik dari diri sendiri saat menghadapi situasi. Ada beberapa ide untuk tidak bertindak defensif, misalnya memberi tahu orang lain bahwa komentar mereka membuat kamu tersakiti, meminta untuk rasa saling menghargai dari orang lain, terlepas dari kritik, tetap pada topik dan mendiskusikan solusi untuk masalah. 

5. Antisipasi saat ada kemungkinan menjadi defensif

Apakah kamu mampu memperkirakan saat bersikap defensif? Saat terjadi, maka yang perlu dilakukan yaitu membuat daftar situasi yang memungkinkan munculnya sikap defensif. Merasa lengah atau terkejut bisa menimbulkan sikap defensif. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kapan itu terjadi, kamu bisa merencanakan cara menunjukkan belas kasih pada diri sendiri. 

6. Tingkatkan harga diri

Apabila ada masalah dalam hidup yang memicu bersikap defensif, kamu bisa melakukan hal-hal yang membuat merasa percaya diri dan meningkatkan harga diri. Misalnya, saat membicarakan tentang kesehatan fisik dan kamu merasa terintimidasi, maka yang harus kamu lakukan bangun rasa percaya diri, jika kamu sudah melakukan hal yang terbaik untuk kesehatan. 

7. Temui terapis

Apabila kamu merasa terganggu dengan sikap defensif dan tak mampu mengendalikannya. Kamu bisa melakukan terapi atau konseling untuk mengatasi masalah tersebut. Hal tersebut bisa membantu kamu untuk mengendalikan sikap defensif.

8. Lebih bertanggung jawab

Apabila kamu merasa dikritik, cobalah untuk berkata jujur apa adanya dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kamu bisa mengambil tanggung jawab atas bagian yang menjadi tanggung jawab kamu dalam situasi tersebut. Misalnya, kamu tidak melakukan tugas kamu. Maka, yang harus kamu lakukan adalah mengakuinya dan meminta maaf. Mengakui kesalahan akan meredakan situasi dan kamu bisa bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah. 

9. Meningkatkan keterampilan komunikasi

Untuk mengelola sikap defensif yaitu meningkatkan keterampilan komunikasi. Apabila kamu mengetahui topik yang akan dibahas membuat kamu merasa tersakiti, maka kamu bisa memberi tahu orang lain, bahwa tidak ingin membahasnya kecuali tujuannya untuk menemukan solusi. 

Apabila terus berdebat, maka bukan mencari solusi melainkan memperumit masalah. Supaya berkomunikasi dengan baik, maka pikirkanlah risiko bagaimana saat ingin berkomunikasi. Bersikap tetap tenang saat mendiskusikan masalah. 

Cara Merespon Seseorang yang Bersikap Defensif

Mungkin kamu pernah bertemu dengan orang yang bersikap defensif berlebihan, meski sepenuhnya kita mendukung mereka. Lalu, bagaimana perasaan kamu apabila menghadapi situasi tersebut. Nah, berikut cara merespon seseorang yang bersikap defensif. 

1. Mencari jalan tengah

Lebih baik bersama-sama menemukan solusinya yang bisa disepakati, meskipun dalam bentuk sekecil apapun. Apabila masih bersikap defensif, maka hal tersebut sangat kekanak-kanakan. Lebih baik juga mengabaikan sedikit demi sedikit dari perilaku defensif.

2. Bersikap tenang

Bersikap tenang saat membicarakan masalah adalah cara yang paling sederhana. Bersikap jujur juga penting dilakukan. 

3. Menghindar reaksi pembelaan

Menghindari reaksi pada pembelaan adalah cara yang terbaik untuk menyikapinya. Karena, respon yang diberikan oleh kamu, tanpa disadari bisa menyinggung perasaan. Hal tersebut kembali lagi pada orang yang menyikapinya. 

Demikianlah penjelasan mengenai perilaku defensif. Jadi, masing-masing individu mempunyai cara tersendiri untuk bersikap defensif. Orang yang berperilaku defensif hanya pada momen tertentu saja. Sikap defensif jika dibiarkan begitu saja, maka akan memengaruhi kehidupan. Penting sekali untuk tidak bersikap defensif yang berlebihan dan negatif. 

Oleh sebab itu, jangan pernah takut merasa salah atas perbuatan yang pernah dilakukan. Apabila benar salah maka akuilah. Mengakui kesalahan bukan berarti merendahkan diri sendiri. Orang akan lebih peduli padamu. Apabila ada salah, akuilah dengan penuh keberanian. 

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top