Dikira Sama, Ini Beda Pilek Flu dan Alergi - Ashefa Griya Pusaka

Dikira Sama, Ini Beda Pilek Flu dan Alergi

beda pilek flu dan alergi
Share on:

Ketika pilek, hidung biasanya berair, mampet, dan gatal serta sering bersin. Pemicu pilek berbeda-beda, namun yang tersering yaitu alergi dan infeksi virus. Lalu apa beda pilek dan alergi? Pilek istilah medisnya adalah rhinitis yaitu gejala munculnya infeksi di hidung. Peradangan timbul karena tubuh berusaha melawan patogen yaitu virus, ataupun benda asing yang terhirup misalnya bulu binatang, asap rokok dan juga debu.

Apa Itu Pilek (Flu)?

Pilek dan alergi adalah dua kondisi kesehatan umum yang sering kali tertukar karena gejalanya yang tumpang tindih. Namun, keduanya pada dasarnya berbeda. Pilek adalah infeksi yang disebabkan oleh virus, sedangkan alergi adalah respons sistem kekebalan yang dipicu oleh paparan alergen.

Pilek, yang juga dikenal sebagai flu biasa, adalah infeksi virus yang terutama menyerang hidung dan tenggorokan. Gejalanya biasanya meliputi hidung meler, bersin, dan sakit tenggorokan. Pilek menular dan dapat menyebar melalui tetesan udara saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Meskipun dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun, pilek paling umum terjadi selama musim dingin.

Apa Itu Alergi?

Alergi, di sisi lain, tidak menular. Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat yang disebut alergen seperti debu, serbuk sari, atau bulu hewan peliharaan. Gejala yang ditimbulkan dapat menyerupai gejala flu, sehingga sulit untuk membedakan keduanya. Namun, tidak seperti flu, alergi dapat bertahan selama orang tersebut tetap terpapar alergen. Misalnya, alergi musiman sering berlangsung beberapa minggu, bersamaan dengan adanya serbuk sari bunga tertentu di udara.

Apa Perbedaan Gejala Pilek Flu dan Alergi?

Gejala pilek flu dan alergi bisa sangat mirip, sehingga sulit untuk membedakan keduanya. Namun, ada beberapa perbedaan utama yang perlu diperhatikan, seperti durasi gejala, ada atau tidaknya demam, dan timbulnya gejala. Misalnya, flu sering kali disertai kelelahan dan nyeri umum, sedangkan alergi biasanya dikaitkan dengan rasa gatal pada mata, hidung, dan tenggorokan.

Gejala Pilek Flu :

Gejala pilek biasanya meliputi hidung berair atau tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala ringan, kelelahan, dan nyeri tubuh. Selain itu, meskipun jarang terjadi, demam dapat menyertai pilek, dan gejalanya biasanya berlangsung sekitar satu hingga dua minggu. Gejala pilek umumnya muncul secara bertahap, satu hingga tiga hari setelah terpapar virus pilek.

Gejala Alergi :

Di sisi lain, gejala alergi sering kali meliputi hidung berair atau tersumbat, mata gatal atau berair, bersin, batuk, dan kelelahan. Tidak seperti pilek flu, alergi tidak menyebabkan demam, dan gejalanya dapat berlangsung selama Anda terpapar alergen. Gejala alergi biasanya muncul segera atau sesaat setelah terpapar alergen, menjadikannya indikator utama saat membandingkan pilek dengan alergi.

Sementara untuk membedakan gejala alergi pilek dan alergi musiman, perhatikan durasi, timbulnya, dan jenis gejalanya. Gejala pilek biasanya berlangsung 1-2 minggu dan alergi bertahan selama Anda terpapar alergen. Perlu dicatat, alergi tidak menyebabkan demam.

Dengan adanya pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu, membedakan antara gejala pilek karena virus dan alergi menjadi lebih penting. Gejala COVID-19 dapat tumpang tindih dengan gejala pilek dan alergi, tetapi ada perbedaan utama yang perlu diperhatikan. COVID-19 sering kali disertai demam, nyeri tubuh, dan kehilangan indra perasa atau penciuman, yang tidak umum terjadi pada alergi. Untuk pilek, perkembangan gejala biasanya bertahap, sedangkan gejala COVID-19 dan alergi dapat muncul tiba-tiba.

Menentukan Pilek Flu atau Alergi

Jika Anda belum bisa menentukan apakah sedang pilek flu atau alergi musiman, penting untuk menilai gejala yang dialami. Langkah-langkah berikut dapat membantu Anda menentukan apakah anda terkena pilek flu atau alergi :

  • Pertama, cobalah untuk mengidentifikasi penyebab gejala Anda menggunakan Kuis Alergi atau Pilek. Ini dapat memberi Anda indikasi awal apakah Anda sedang mengalami pilek atau alergi.
  • Selanjutnya, pantau gejala Anda, tingkat keparahannya, dan durasinya. Ingatlah bahwa gejala pilek biasanya hilang dalam 1-2 minggu, sedangkan gejala alergi dapat bertahan selama Anda terpapar alergen.
  • Setelah mengidentifikasi sifat gejala Anda, konsultasikan dengan dokter. Dokter akan memebrikan obat bebas (OTC), obat resep, menyarankan perubahan gaya hidup, atau imunoterapi. Perawatan untuk pilek flu umumnya berfokus pada meredakan gejala, sementara alergi dapat dikelola secara lebih efektif dengan tindakan pencegahan.

Bagaimana Hidup dengan Alergi?

Mengelola alergi setiap hari melibatkan langkah-langkah proaktif seperti memantau lingkungan sekitar bila musim serbuk sari, membatasi aktivitas luar ruangan selama waktu puncak serbuk sari, dan menjaga lingkungan dalam ruangan tetap bersih. Penggunaan obat-obatan yang direkomendasikan secara teratur juga dapat membantu mengendalikan gejala.

  • Pembatasan : Batasi paparan Anda terhadap alergen seperti serbuk sari, tungau debu rumah, jamur, bulu hewan peliharaan, dll. Misalnya, jika Anda alergi terhadap serbuk sari, hindari menghabiskan waktu lama di luar ruangan pada hari-hari dengan jumlah serbuk sari yang tinggi.
  • Buat rumah Anda bebas alergen: Menerapkan tindakan seperti menggunakan sarung kasur dan bantal antialergi, membersihkan karpet dan pelapis secara teratur, dan meminimalkan kelembapan dalam ruangan dapat membantu mengurangi paparan alergen di rumah. Anda juga dapat menggunakan pembersih udara untuk menghilangkan debu dan kotoran dari udara.
  • Bilas sinus: Mencuci hidung dengan larutan garam dapat membantu mengeluarkan alergen dan meredakan hidung tersumbat.
  • Minyak ikan: Asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam minyak ikan memiliki sifat antiradang dan dapat meredakan gejala alergi.
  • Probiotik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik, yang merupakan bakteri baik, dapat membantu mengatur respons imun dan mengurangi gejala alergi. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan efektivitasnya.

Untuk penanganan alergi yang komprehensif, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis alergi atau imunologi yang dapat mendiagnosis dan mengobati kondisi alergi. Mereka dapat memberikan panduan dan rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Berikut adalah beberapa obat alergi yang mungkin disarankan:

Antihistamin: Obat-obatan ini menghalangi pelepasan histamin, yang bertanggung jawab atas gejala alergi seperti bersin, gatal, dan hidung meler. Antihistamin tersedia tanpa resep dokter atau dengan resep dokter.

Dekongestan: Semprotan steroid hidung dekongestan atau dekongestan oral dapat membantu mengurangi hidung tersumbat yang disebabkan oleh alergi. Namun, penggunaan semprotan hidung dalam jangka panjang dapat menyebabkan hidung tersumbat berulang dan efek samping lainnya, jadi semprotan ini harus digunakan sesuai petunjuk.

Kortikosteroid hidung: Semprotan kortikosteroid hidung yang diresepkan dokter dapat secara efektif mengurangi peradangan di saluran hidung, meredakan hidung tersumbat, dan gejala alergi lainnya.

Suntikan alergi (imunoterapi): Dalam kasus alergi parah, imunoterapi mungkin direkomendasikan. Perawatan ini melibatkan suntikan alergen dalam jumlah kecil secara teratur untuk menurunkan kepekaan sistem kekebalan tubuh dari waktu ke waktu.

Meminimalkan paparan alergen, menggunakan obat yang tepat, dan mempertimbangkan imunoterapi adalah pendekatan utama untuk mengelola alergi. Dengan mengambil langkah proaktif untuk mengelola alergi, Anda dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan dan mengurangi dampak gejala alergi.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top