Emosi adalah aspek fundamental dalam diri manusia. Emosi akan membentuk persepsi, perilaku, dan interaksi kita dengan dunia luar. Namun, bagi sebagian orang, mengelola dan mengatur emosi bisa menjadi tugas yang sulit dan menantang. Disregulasi emosi mengacu pada kesulitan dalam mengelola dan mengatasi emosi secara efektif, yang menyebabkan pengalaman emosional yang intens dan gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Cari tahu apa yang dimaksud dengan disregulasi emosional, penyebabnya, gejala umum, dan strategi untuk mengatasinya.
Definisi dan Tanda Tanda Disregulasi Emosi
Emosi yang intens dan tidak menyenangkan adalah bagian alami dari kehidupan. Entah itu kemarahan, kecemasan, atau kesedihan, emosi-emosi ini adalah bagian universal dari pengalaman manusia. Namun apa jadinya jika perasaan ini datang terlalu sering, terlalu cepat, dan terlalu sulit untuk dikendalikan?
Jika seseorang mengalami kesulitan besar dalam mengatur emosi dan kembali ke keadaan “dasar” setelah benar-benar marah atau cemas, ia mungkin mengalami apa yang dinamakan disregulasi emosi.
Disregulasi emosi mencakup berbagai kesulitan yang berkaitan dengan pemrosesan, ekspresi, dan kontrol emosional yang dialami seseorang. Hal ini dapat muncul dalam berbagai cara, mulai dari perubahan suasana hati yang intens dan impulsif hingga kesulitan untuk menenangkan diri setelah mengalami gairah emosional. Ini berarti penderita tidak dapat mengendalikan perasaan sedih, cemas, atau marah.
Disregulasi emosional seringkali merupakan gejala dari kondisi kesehatan mental seperti gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, dan gangguan terkait trauma. Ketika seseorang mengalami disregulasi emosional, sistem sarafnya mungkin akan bereaksi melawan, lari, diam, atau respons coklat kekuningan, yang merupakan cara tubuh merespons ancaman.
Terkadang, tubuh memasuki kondisi tersebut bahkan ketika tidak ada bahaya, sehingga menyebabkan kecemasan, depresi, atau kesulitan mengendalikan respons emosional. Disregulasi menempatkan penderitanya di luar jendela toleransi – keadaan di mana ia dapat mengelola emosi dan tidak terbebani oleh stres.
Orang dengan disregulasi emosi sering kali mencoba mengurangi tekanan emosionalnya dengan perilaku yang merugikan, termasuk:
- Penyalahgunaan zat berbahaya
- Menyakiti diri sendiri
- Ide atau tindakan bunuh diri
- Impulsif
Disregulasi emosi melibatkan kepekaan ekstrem terhadap pemicu emosional dan berkurangnya kemampuan untuk kembali ke keadaan emosi dasar dalam jangka waktu yang wajar. Tergantung pada orangnya, disregulasi emosional dapat mengakibatkan berbagai reaksi mulai dari penundaan, menangis, hingga perubahan suasana hati. Tanda dan gejala disregulasi emosi meliputi:
- Mudah kewalahan
- Merasa terlalu emosional
- Mudah menangis atau merasa kesal tanpa alasan
- Perubahan suasana hati yang sering
- Impulsif
- Merasa sulit untuk mengatasi stres
- Perfeksionis
- Ledakan kemarahan
- Tingkat kecemasan yang tinggi
- Depresi
- Rasa malu yang tinggi
- Makan yang tidak teratur
- Perilaku menyakiti diri sendiri
- Pikiran atau tindakan bunuh diri
- Penyalahgunaan zat berbahaya
- Konflik hubungan
Penyebab dan Faktor Penyebab Disregulasi Emosi
Ada beberapa faktor yang memberikan sumbangan seseorang mengalami disregulasi emosional. Faktor-faktor itu adalah :
- Faktor Biologis
Perbedaan kimia otak, ketidakseimbangan neurotransmitter, dan kecenderungan genetik dapat memengaruhi cara individu mengatur emosi. Kita tahu bahwa neurotransmiter memainkan peran penting dalam mengatur emosi, impuls, dan agresi kita. Faktanya, penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara aktivitas serotonin yang rendah, agresi, dan ketidakmampuan untuk mengelola dorongan yang merusak. Orang dengan disregulasi emosional mungkin memiliki kecenderungan biologis terhadap reaktivitas emosional yang dipicu atau diperburuk oleh tinggal di lingkungan yang tidak valid, seperti pelecehan atau penelantaran pada masa kanak-kanak.
- Faktor psikologi
Pengalaman masa lalu, trauma, gaya keterikatan, dan mekanisme koping yang dikembangkan selama masa kanak-kanak dapat memengaruhi kemampuan regulasi emosi.
- Faktor lingkungan
Lingkungan yang penuh tekanan, konflik antarpribadi, kurangnya dukungan sosial, dan paparan kesulitan yang kronis dapat berkontribusi pada disregulasi emosional.
- Kondisi Kesehatan Mental
Gangguan seperti Borderline Personality Disorder (BPD), gangguan stres pasca trauma (PTSD), depresi, dan gangguan bipolar sering kali ditandai dengan disregulasi emosi sebagai gejala utamanya.
- Cedera otak
Disregulasi emosional juga dikaitkan dengan cedera otak traumatis (TBI). Hingga sepertiga penyintas TBI mengalami gejala kemarahan baru atau lebih buruk, mulai dari mudah tersinggung hingga ledakan agresif. Orang dengan TBI juga mungkin mengalami episode menangis atau tertawa secara tiba-tiba. Gejala-gejala ini seringkali disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengatur emosi.
Gejala Umum Disregulasi Emosi
Disregulasi emosi dapat terekspresikan dengan beberapa gejala umum seperti :
- Perubahan Suasana Hati yang Intens
Pergeseran emosi yang cepat, dari kemarahan yang hebat atau mudah tersinggung menjadi kesedihan, kecemasan, atau kegembiraan dan kegembiraan, adalah gejala umum disregulasi emosi.
- Impulsif
Bertindak berdasarkan emosi tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, melakukan perilaku berisiko, atau membuat keputusan impulsif.
- Kesulitan Menenangkan Diri
Kesulitan menenangkan diri setelah mengalami emosi yang kuat, menyebabkan tekanan atau kegelisahan emosional yang berkepanjangan.
- Sensitivitas Emosional
Meningkatnya kepekaan terhadap pemicu emosional, menyebabkan reaksi berlebihan atau ledakan emosi sebagai respons terhadap pemicu stres ringan.
- Tantangan Antarpribadi
Kesulitan dalam menjaga hubungan yang stabil, seringnya konflik, atau kesulitan dalam komunikasi karena reaktivitas emosional.
- Perilaku Merugikan Diri Sendiri
Beberapa individu dengan disregulasi emosional mungkin melakukan tindakan menyakiti diri sendiri sebagai mekanisme penanggulangan yang tidak efektif.
Strategi untuk Mengatasi Disregulasi Emosi
Disregulasi emosional pada dasarnya adalah gangguan mental. Beberapa strategi berikut dapat diterapkan untuk mengatasinya seperti :
- Terapi
Terapi Perilaku Kognitif (CBT), Terapi Perilaku Dialektis (DBT), terapi berbasis kesadaran, dan terapi yang berfokus pada emosi dapat membantu seseorang mempelajari keterampilan mengatasi masalah dan teknik pengaturan emosi serta meningkatkan kesadaran diri.
- Meditasi
Mempraktikkan latihan mindfulness dan meditasi dapat meningkatkan kesadaran emosional, meningkatkan relaksasi, dan menciptakan sikap tidak menghakimi terhadap emosi.
- Gaya Hidup Sehat
Olahraga teratur, tidur yang cukup, nutrisi seimbang, dan pengurangan penggunaan narkoba dapat berdampak positif pada kesehatan emosional. Emosi yang intens bisa terasa seperti energi tingkat tinggi yang mengalir ke seluruh tubuh kita. Jika merasa sangat cemas atau marah, penderita dapat mengeluarkan energi ekstra tersebut dengan cara yang sehat dengan berlari atau melakukan olahraga lain yang disukai. Anda mungkin akan merasa jauh lebih baik setelahnya.
- Teknik Pengaturan Emosi
Teknik pernapasan dalam, relaksasi otot progresif, penjurnalan, dan penggunaan pernyataan koping dapat membantu mengatur emosi pada saat-saat intens.
- Dukungan Sosial
Membangun jaringan dukungan dapat memberikan empati dan bantuan praktis selama menghadapi dinamika emosional.
Penanganan Disregulasi Emosi
Jika gejala disregulasi emosional sudah berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari, mendapatkan bantuan profesional dari ahli kesehatan mental sangatlah penting. Penyedia kesehatan mental dapat menawarkan penilaian, panduan, dan intervensi untuk mengatasi disregulasi emosional dan meningkatkan kesehatan emosional.
Dengan menerapkan strategi efektif untuk pengaturan emosi, seseorang dapat memberdayakan diri mereka sendiri untuk menavigasi emosi dengan lebih efektif, meningkatkan kesadaran diri, dan meningkatkan kesehatan emosional secara keseluruhan.
Kesehatan emosional adalah sebuah perjalanan, dan setiap langkah menuju perawatan diri dan pemahaman diri adalah pilihan tepat menuju ketahanan emosional yang lebih kuat. Disregulasi emosional dapat terjadi pada siapa saja. Semakin cepat memulai pengobatan, semakin cepat pula akan mulai merasa lebih baik sehingga bisa mengendalikan hidup dengan lebih baik.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka