Pentingnya Memahami Lebih Jauh Filicide - Ashefa Griya Pusaka

Pentingnya Memahami Lebih Jauh Filicide

Pentingnya Memahami Lebih Jauh Filicide
Share on:

Pernahkah kamu mendengar kisah orangtua yang tega membunuh anaknya sendiri dengan cara yang sadis? Nah, dalam dunia psikologis kejadian tersebut masuk dalam gangguan kesehatan mental Filicide. Salah satunya kejadian ini pernah terjadi Brebes, Jawa Tengah kisah seorang ibu yang tega membunuh anaknya sendiri dengan cara sadis. Pelaku melakukan itu dengan alasan dia tak ingin buah hatinya hidup susah sepertinya. 

Hal tersebut, diakibatkan banyak tekanan dari berbagai faktor salah satunya perekonomian. Ternyata, pelaku juga mempunyai penyakit mental yaitu Filicede, yang bisa menyerang orangtua diluaran sana. Selain itu, apa saja faktor penyebab Filicede? Bagaimana cara mengatasinya? Simak yuk penjelasannya.

Apa itu Filicide?

Filicede adalah tindakan pembunuhan anak yang dilakukan orangtua yaitu ayah ibu atau aya ibu tiri, karena beberapa faktor dan dalam keadaan sadar. Risiko Filicide tak bisa hilang, bahka saat anak-anak tumbuh dewasa untuk hidup sendiri. 

Dilansir dari National Library of Medicine, Amerika Serikat mempunyai laporan tertinggi kasus pembunuhan anak. Sekitar 90 persen pelaku dari Filicide yaitu orangtua kandung dan 10 persen adalah orangtua angkat/tiri. Di kasus ini, orangtua tiri mungkin lebih berpotensi melakukannya, karena mereka bukan anak kandungnya. Selain itu, ada juga kasus penganiyaan, pembunuhan, dan pelecehan seksual pada anak, kebanyakan dilakukan oleh orangtua tiri dibandingkan orangtua kandung (Daly dan Wilson, 1994).

Faktor lain dari gangguan mental Filicide yaitu usia orangtua terbilang muda, kurannya pendidikan, status perkawinan tunggal dan tidak adanya perawatan prenatal atau terlambat, sehingga membuat mental beberapa orangtua terganggu saat mereka mempunyai anak. 

Faktor Penyebab Filicide

Faktor penyebab atau pemicu Filicide terjadi karena tingkat masalah kesehatan mental. Dalam Studi 2013 dari Inggris, meneliti Filicede di Inggris dan Wales menemukan bahwa 37 persen pelaku mempunyai riwayat penyakit mental. Usia muda pada pelaku juga menjadi faktor utamanya. 

Faktor lainnya yaitu keretakan hubungan rumah tangga, perselisihan pengasuhan pasca-perpisahan, kecanduan alkohol, narkoba, adanya riwayat kekerasan dalam rumah tangga. 

Dilansir dari National Library of Medicine, Resnick (1969) ada beberapa faktor penyebab terjadinya Filicede yaitu:

1. Filicede Altruistik

Filicide Altruistik adalah orangtua tak ingin melihat anaknya menderita. Mereka percaya bahwa hanya dengan kemataian yang bisa mengurangi beban hidupnya, dibandingkan harus hidup dengan berbagai macam penderitaan seperti penyakit, permasalahan ekonomi dan lainnya.

Selain itu, bisa juga sebagai bunuh diri. Biasanya orangtua yang telah mempunyai pemikiran untuk mengakhiri hidupnya sendiri, tetapi karena perasaan alami orangtua yang tidak dapat meninggalkan buah hatinya dan takut membayangkan bagaimana mereka jika hidup sendiri, akhirnya memutuskan untuk mengajak sang buah hati untuk ikut bunuh diri. 

2. Psikotik Akut

Faktor penyebab Filicede berikutnya psikotik Akut adalah membunuh anak tanpa alasan yang jelas atau komprehensif. Kemungkinan besar orangtua melakukan ini, karena pengaruh halusinasi, perintah, epilepsi, atau delirium. 

Psikotik Akut berkaitan dengan kesehatan mental orangtua, terutama pada ibu yang bisa menderita postpartum depression dan postpartum obsessive compulsive disorder. Dilansir dari National Library of Medicine hampir tiga perempat atau 72 persen ibu mengalami gangguan postpartum mempunyai gangguan bipolar, sementara 12 persennya gangguan skizofrenia

3. Anak yang Tidak Diinginkan

Anak yang tak diinginkan menjadi salah satu penyebab dari gangguan mental Filicide. Pada umumnya terjadi saat orangtua merasa tak lagi menginginkan buah hatinya atau menganggap buah hatinya sebagai penghalang dalam hidupnya. Pada kondisi ini, biasanya orangtua merasa bahwa mereka dapat memperoleh banyak manfaat setelah membunuh buah hatinya misalnya memperoleh uang asuransi, bisa menikah dengan pasangan yang tidak menginginkan.

4. Penganiyaan Anak

Kasus pembunuhan ini terjadi karena menyiksa buah hati yang dilakukan oleh orangtuanya. Melakukan penyiksaan pada buah hati tidak dilakukan sekali atau dua kali, melainkan terus menerus sehingga merenggang nyawa sang buah hati. 

5. Balas Dendam

Faktor penyebab yang terakhir dari gangguan Filicide yakni balas dendam. Orangtua yang melakukan Filicide digunakan sebagai ajang balas dendam pada pasangan, atau ingin melihat pasangan menderita. Pemicu dalam ini karena perselingkuhan, perceraian, dan perselisihan gak asuh. 

Itu beberapa faktor penyebab terjadinya Filicede pada orangtua. Informasi tersebut bisa dijadikan sebagai alat deteksi dini terjadinya Filicede pada seseorang. Tetapi, ibu muda dan orangtua menderita penyakit-penyakit mental berat, terutama pada gangguan afektif dan kepribadian dalam merawat anak, perlu sekali mendapatkan pemantauan dari dokter. Untuk mengindentifikasi faktor risiko Filicide perlu penelitian lebih lanjut. 

Dampak Sesudah Melakukan Filicide

Walaupun orangtua telah melakukan tindakan keji pada buah hati hingga menghilangkan nyawa, tetapi tindakan tersebut sangat berdampak buruk bagi kehidupannya. 

Dilansir dari National Library of Medicine, orangtua yang membunuh buah hati mereka, akan mengalami banyak penderitaan dan kerugian, termasuk pada pasangan. Tindakan yang dilakukan pun terus terngiang-ngiang dalam pikiran, sehingga bisa memicu depresi berkepanjangan dan post traumatic stress disorder (PTSD). Selain itu, pelaku cindsrung terus menyalahkan diri sendiri dan sulit untuk memaafkan diri sendiri bahkan banyak masyarakat yang beranggapan negatif hingga berkeinginan bunuh diri.

Pencegahan Filicide

Mendengar kabar pembunuhan yang terjadi pada anak sangat menyedihkan dan menusuk hati, apalagi penyebabnya karena orangtuanya sendiri. Untuk mencegah gangguan mental Filicide bisa dengan beberapa cara yaitu memahami ilmu parenting dan pentingnya edukasi pernikahan.

Tak hanya itu saja, kita tak boleh meremehkan penyakit mental, terutama yang bisa menyerang pada ibu pasca melahirkan. Penting juga membangun relasi yang kebuh kuat dengan pasangan saat sudah mempunyai buah hati. 

Demikianlah penjelasan mengenai gangguan mental Filicide atau pembunuhan anak yang dilakukan orangtua. Dari kasus pembunuhan pada anak, semoga menjadi pelajaran bag orangtua. Pasangan juga harus memahami, bahwa menjadi seorang ibu bukan hal yang mudah. Begitu banyak hal yang harus dilaluinya, terutama jika berada dilingkungan yang tak sehat, memengaruhi kondisi psikisnya.

Tekanan yang diperoleh pelaku bisa memicu untuk dirinya lebih mengakhiri hidup buah hati dibandingkan harus melihat buah hati hidup menderita. Tindakan dalam kasus ini salah, tetapi edukasi penting bagi masyarakat untuk tidak menganggap remeh peran ibu dan tidak menyepelekan penyakit mental. 

Pasangan juga mempunyai peranan penting supaya seorang ibu tetap waras dalam menjaga dan mengurus buah hatinya, dengan lingkungan yang seharusnya tak menghakimi seorang ibu. Karena, kita tak pernah tahu apa yang telah dia lalui dan bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Apabila kamu mempunyai permasalahan seperti diatas segeralah berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog untuk mendapatkan pertolongan yang tepat. Kamu bisa melakukannya di Ashefa Griya Pusaka.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top