Gangguan Depresi Persisten: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan - Ashefa Griya Pusaka

Gangguan Depresi Persisten: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Gangguan Depresi Persisten
Share on:

Gangguan depresi persisten adalah bentuk depresi yang dialami seseorang dalam jangka panjang dan menyebabkan pengidapnya kehilangan minat pada hidup, merasa putus asa, merasa minder, dan sering berpikir pesimis.

Membahas tentang depresi, tentunya hampir semua dari kita sudah tahu bahwa depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering diderita orang-orang terlebih lagi di zaman sekarang. Hal tersebut dapat dipicu dari berbagai faktor, umumnya disebabkan oleh masalah yang menumpuk dalam pikiran.

Gangguan depresi persisten sering disebut dengan distimia, dimana hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami putus asa terus menerus, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari seperti makan dan tidur. Untuk itu, simak penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.

Penyebab Gangguan Depresi Persisten

Sampai saat ini, gangguan depresi persisten belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, ada beberapa hal yang diduga oleh para ahli sebagai penyebab terjadinya gangguan ini pada seseorang. Beberapa hal tersebut, yaitu sebagai berikut.

1. Ketidakseimbangan zat kimia otak

Zat kimia yang dimaksud di sini adalah Neurotransmitter. Dimana zat ini memiliki peran penting dalam mengendalikan stres dan depresi manusia melalui saraf pusat. Selain itu, ads zat neurocircuits yang punya fungsi dalam mengendalikan kestabilan suasana hati. Dengan tidak seimbangnya atau interaksi yang bermasalah antara zat kimia otak tersebut dapat mempengaruhi depresi yang dialami.

2. Riwayat keluarga

Ternyata depresi tidak hanya bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal saja. Faktor internal, salah satunya genetika atau riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan ini biasanya juga berdampak pada si pengidap depresi persisten. Untuk itu, perlu dicari tahu lebih lanjut tentang riwayat keluarga jika ingin menyembuhkan gangguan mental ini.

3. Peristiwa yang menyebabkan trauma

Terkadang kita tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi. Namun, beberapa peristiwa dalam hidup bisa menjadi sangat membekas di hati dan pikiran hingga membuat trauma. Peristiwa tersebut juga bisa mengembalikan seseorang ke dalam depresi meskipun sudah sembuh, hanya dengan teringat kejadian itu.

4. Kondisi biologis yang berubah

Perlu diketahui, bahwa kondisi biologis atau fisik juga dapat berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Biasanya orang yang mengalami geger otak lebih cenderung mengalami banyak masalah kesehatan mental. Selain itu, ada penyakit kronis seperti diabetes dan jantung yang dapat menyebabkan depresi semakin parah.

Gejala Gangguan Depresi Persisten

Gangguan depresi persisten tidak dapat kita ketahui secara pasti. Periksa kesehatan mental dengan ahlinya jika merasa mengalami gangguan mental. Namun, ada beberapa tanda dan gejala dari orang yang mengalami depresi kronis ini, yaitu:

  1. Tidak tertarik dengan aktivitas sehari-hari
  2. Mengalami gangguan tidur atau insomnia
  3. Sering merasa sedih, kosong dan tertekan
  4. Merasa putus asa
  5. Menghindari kegiatan sosial
  6. Memiliki kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan
  7. Perasaan bersalah dan khawatir tentang masa lalu
  8. Mudah marah dan marah berlebihan
  9. Tidak aktif dan produktivitas berkurang
  10. Nafsu makan berkurang atau sebaliknya meningkat drastis
  11. Pada anak-anak, gejala dysthymia dapat berupa perasaan depresi, dan mudah tersinggung

Pengobatan Gangguan Depresi Persisten

Gangguan depresi persisten akan bertambah parah semakin hari jika dibiarkan. Untuk itu, anda perlu segera mengobatinya dengan berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater. Anda akan diberikan terapi dan pengobatan khusus dari ahlinya agar depresi yang dialami bisa segera hilang. Biasanya pasien akan diberikan terapi kognitif dan terapi bicara dengan bantuan beberapa jenis obat.

Sekian artikel tentang gangguan depresi persisten yang dapat kami berikan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda yang ingin mengetahui tentang jenis depresi ini.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top