Gangguan kontrol impuls adalah suatu kondisi dimana seseorang kesulitan mengendalikan emosi atau perilaku. Karena individu dengan diagnosis ini sering kali tidak dapat menahan dorongan untuk berperilaku berbahaya. Dan tidak jarang pula mereka melakukan perilaku bahaya tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya.
Adapun beberapa gejala yang menunjukkan pada gangguan kontrol impuls dengan beberapa individu. Mulai dari gejala perilaku seperti mencuri, berbohong, hingga perilaku berisiko lainnya, serta gejala kognitif seperti perilaku obsesif, bahkan bisa jadi mudah tersinggung atau gelisah, dan kemampuan konsentrasi yang buruk. Sedangkan, untuk gejala sosial bisa dilihat dari perubahan drastis dalam pikiran dan suasana hati seseorang.
Biasanya orang yang terkena gangguan kontrol impuls kerap merasakan kecemasan atau membangun ketegangan sebelum melakukan suatu tindakan. Terkadang si pengidapnya juga akan menemukan kelegaan dalam perilaku tertentu. Meskipun dirinya sangat mengetahui betapa berbahayanya tindakan atau perilaku tersebut, orang yang dengan gangguan kontrol impuls lebih cenderung tetap bertindak bahkan merasa lega setelah melakukannya.
Gejala Gangguan Kontrol Impuls
Gejala gangguan kontrol impuls biasanya sering melibatkan pola perilaku mengganggu, berbahaya, dan berisiko parah. Pasalnya, pola perilaku yang ditunjukkan si penderita biasanya menetap bahkan bertahan lama.
Adapun beberapa daftar gejala seperti perilaku, psikis, kognitif, dan psikososial yang mungkin ada pada seseorang yang mengalami gangguan kontrol impuls, yaitu:
1. Gejala perilaku
- Terlibat dalam perilaku atau aktivitas yang berisiko.
- Mencuri dari anggota keluarga, teman, atau toko.
- Berbohong.
- Menarik rambut.
- Pembangkangan ekstrem.
- Kabur tanpa alasan yang jelas.
- Penyalahgunaan zat atau alkohol.
- Bermain-main dengan senjata yang berbahaya.
- Menyalakan api dengan sengaja dengan berulang-ulang.
2. Gejala fisik
- Ragam luka bakar karena menyulut api.
- Cedera fisik akibat dari perilaku tertentu.
- Rambut rontok.
- Adanya penyakit menular seperti seksual atau infeksi akibat perilaku impulsif.
3. Gejala kognitif
- Pikiran yang mengganggu.
- Obsesi tertentu.
- Dorongan yang tak terkendali.
- Lekas marah.
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
4. Gejala psikososial
- Perasaan terpisah dari emosi dan lingkungan.
- Agresi.
- Agitasi.
- Ketegangan yang meningkat.
- Kecemasan.
- Suasana hati yang tertekan.
- Perasaan bersalah/penyesalan.
- Perubahan suasana hati yang drastis.
- Harga diri rendah.
- Penarikan atau isolasi sosial.
Tipe Gangguan Kontrol Impuls
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) telah mencatat lima tipe yang terkait dalam kondisi gangguan kontrol impuls. Dan kelimanya ini melibatkan masalah yang berkaitan dengan pengendalian diri dalam emosi dan perilaku.
1. Oppositional defiant disorder (ODD)
Yaitu dimana suatu kondisi yang dapat memengaruhi anak-anak atau remaja atau biasanya usia di atas 8 tahun. Biasanya hal ini mengakibatkan pola pembangkangan, tidak taat, serta permusuhan dalam jangka yang panjang. Adapun perilaku distorsi tersebut biasanya ini berkaitan dengan orang tua, guru, atau figur orang dewasa lainnya.
2. Conduct Disorder (CD)
Gangguan perilaku satu ini sering terjadi pada masa remaja awal sampai usianya 18 tahun. CD sendiri merupakan salah satu kondisi yang memiliki pola kronis terhadap pelanggaran norma sosial, termasuk mengusik hak dan kesejahteraan orang lain.
3. Intermittent explosive disorder (IED)
Termasuk dalam gangguan kontrol impuls yang melibatkan episode ledakan amarah yang berulang-ulang serta tidak wajar terhadap situasi tertentu. Individu dengan IED bisa menunjukkan perilaku agresif secara verbal, menyerang orang lain secara fisik, bahkan ada yang sampai menghancurkan properti atau benda di lingkungan masyarakat.
4. Kleptomania
Orang dengan kleptomania sering dilabeli dengan “compulsive stealing”. Kondisi ini biasanya digambarkan sebagai dorongan untuk melakukan tindakan pencurian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kata sederhananya, pengidap kleptomania akan merasakan ketegangan yang intens sebelum melakukan mencuri. Namun, setelah mencuri mereka akan langsung merasakan kesenangan dan kelegaan.
5. Pyromania
Merupakan gangguan kontrol impuls yang melibatkan perilaku sengaja dan berulang untuk bermain api. Mereka bahkan sering merasa “bergairah” terhadap api dan segala sesuatu yang berkaitan dengan unsur api. Mereka mungkin merasa cemas sebelum menyalakan api. Setelah melakukan tindakan tersebut, mereka akan merasa lebih baik.
Penyebab Gangguan Kontrol Impuls
Belum diketahui pasti apa penyebabnya, karena ini termasuk penyebab tunggal gangguan kontrol impuls. Pada beberapa kasus lainnya, berbagai faktor tertentu dapat saling berinteraksi yang kemudian meningkatkan risiko kemunculannya. Untuk beberapa Faktor-faktor yang dapat berkontribusi, mencakup:
1. Genetika
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa genetika berperan dalam perkembangan gangguan kontrol impuls. Studi dalam jurnal Psychology Research and Behavior Management mengemukakan, ODD diturunkan sekitar 61 persen secara genetik. Sementara itu, studi serupa dalam Neuroscience and Biobehavioral Reviews menunjukkan bahwa CD juga dipengaruhi oleh faktor keturunan sekitar 50 persen.
2. Masalah terkait kinerja otak
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa orang dengan pyromania kemungkinan memiliki masalah pada memori, perhatian, dan fungsi eksekutif.
3. Kepribadian trait
Corak kepribadian tertentu dapat membuat seseorang lebih mungkin mengembangkan gangguan kontrol impuls. Misalnya, salah satu studi dalam Singapore Medical Journal mengungkapkan bahwa individu dengan kleptomania lebih rentan mengeksplorasi pengalaman baru dengan sensasi emosional yang intens.
4. Trauma
Yaitu melibatkan peristiwa traumatis yang terjadi pada masa lampau. Terjadi pada anak-anak dengan masalah pengasuhan, pengabaian, dan kekerasan lebih berisiko mengalami gangguan kontrol impuls.
5. Komorbiditas kesehatan mental
Orang dengan gangguan kontrol impuls bisa jadi memiliki komorbiditas seperti depresi, kecemasan, kegelisahan, gangguan bipolar, gangguan kepribadian, atau bahkan gangguan suasana hati.
Penanganan Gangguan Kontrol Impuls
Untuk opsi penanganan dalam mengatasi gangguan kontrol impuls, terdiri dari:
1. Terapi perilaku kognitif
Membantu kelompok individu dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara sadar akan sebab akibat.
2. Terapi multisistemik
Terapi multisistemik membantu dalam menangani gejala gangguan kontrol impuls di semua aspek kehidupan anak atau remaja.
3. Terapi keluarga
Sebagai sarana untuk menilai pola interaksi antar anggota keluarga terhadap perilaku mengganggu yang ditunjukkan pada sang anak. Terapi keluarga juga berfungsi untuk membantu dalam meningkatkan hubungan dan mencegah perilaku yang berbahaya.
4. Pelatihan manajemen orang tua
Ini membantu memperbaiki hubungan antar orang tua dan anak, yaitu dengan memperkuat perilaku positif.
5. Pelatihan keterampilan sosial
Membantu anak-anak dan para remaja dengan ODD atau CD dalam hal peningkatan hubungan dan interaksi, merespons situasi, serta berkomunikasi secara lebih efektif.
Penutup
Jika masih kurang jelas dengan penjelasan diatas, maka kamu bisa langsung berkonsultasi ke psikolog atau psikiater terdekat agar mengetahui lebih jelasnya.
Gangguan kontrol impuls sendiri adalah salah satu sekelompok gangguan mental yang melibatkan perilaku tidak wajar. Dan sangat penting untuk dipahami bahwa kelima tipe gangguan ini perlu mendapatkan diagnosis akurat dan penanganan yang tepat oleh ahlinya. Hal Ini begitu penting untuk meminimalkan dampak negatif yang bisa membahayakan diri sendiri atau bahkan diri orang lain.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka