Memperoleh pemahaman detil tentang relapse atau kekambuhan sangat penting dalam proses pemulihan dari kecanduan narkoba. Apa itu relapse dan mengapa hal ini harus dipandang sebagai suatu proses dan bukan peristiwa tunggal?
Pengertian Relapse
Istilah “relapse” berasal dari bahasa Inggris yang bermula dari bahasa Latin “relapsus” yang berarti meluncur kembali. Bentuk kata benda “relapse” telah digunakan sejak abad ke-15, dengan bentuk kata kerja diperkenalkan dalam bahasa Inggris sekitar tahun 1534.
Dalam konteks penyalahgunaan narkoba, relapse mengacu pada kembalinya penggunaan narkoba setelah jangka waktu tertentu. Istilah ini secara tepat mencerminkan sifat regresif dari kondisi tersebut, melambangkan kemunduran kembali ke kebiasaan lama yang berbahaya.
Relapse sebagai Sebuah Proses
Berlawanan dengan anggapan umum, relapse bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang terjadi seiring berjalannya waktu. Hal ini sering kali dimulai jauh sebelum seseorang kembali menggunakan narkoba, dengan beberapa tanda peringatan yang mungkin diabaikan.
Proses kekambuhan biasanya melibatkan serangkaian tahapan, dimulai dengan kekambuhan emosional di mana seseorang mungkin mengalami emosi negatif, diikuti dengan kekambuhan mental yang ditandai dengan pemikiran yang bertentangan tentang penggunaan narkoba, dan terakhir, kekambuhan fisik, yang berpuncak pada tindakan penggunaan narkoba.
Memahami kekambuhan sebagai suatu proses dan bukan suatu peristiwa memberikan wawasan berharga tentang dinamika pemulihan kecanduan. Hal ini menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan, dukungan, dan strategi adaptif yang berkelanjutan untuk mencegah kekambuhan dan mendorong pemulihan jangka panjang. Perjalanan menuju penyembuhan dari penyalahgunaan narkoba sering kali ditandai dengan pasang surut, dan kekambuhan adalah bagian dari perjalanan ini bagi banyak orang.
Tanda Tanda Peringatan Relapse
Kekambuhan, yang didefinisikan sebagai kembalinya penggunaan narkoba setelah mencoba berhenti, merupakan sebuah proses, bukan sebuah peristiwa, dengan tahapan yang mencakup kekambuhan emosional, kekambuhan mental, dan kekambuhan fisik.
Kekambuhan Emosional
Kekambuhan emosional adalah tahap pertama dari proses relapse, di mana mantan pengguna mungkin tidak berpikir untuk menggunakan narkoba tersebut, namun emosi dan perilaku menyiapkan panggung untuk potensi kekambuhan. Tanda-tanda kekambuhan emosi antara lain isolasi, penghindaran sistem pendukung, dan tidak mengungkapkan perasaan. Pemicu kekambuhan pada tahap ini bisa berupa depresi, stres, kelelahan, dan isolasi. Mengenali tanda-tanda depresi pada seseorang yang sedang dalam masa pemulihan kecanduan narkoba sangatlah penting, karena risiko bunuh diri meningkat secara dramatis pada mantan pengguna yang menderita depresi.
Kekambuhan Mental
Tahap kedua dari proses relapse adalah kekambuhan mental. Ini melibatkan konflik internal antara keinginan untuk menggunakan dan keinginan untuk tetap dalam pemulihan. Tanda-tanda kekambuhan mental termasuk mengenang penggunaan narkoba di masa lalu, memikirkan orang dan tempat yang terkait dengan penggunaan narkoba sebelumnya, dan mempertimbangkan kemungkinan penggunaan narkoba dengan santai tanpa konsekuensi.
Kekambuhan Fisik
Kekambuhan fisik adalah tahap akhir dari proses relapse, dimana mantan pengguna kembali menggunakan narkoba. Tahap ini biasanya berkembang selama beberapa minggu, yang menunjukkan bahwa tanda-tanda awal seperti pemicu atau perubahan perilaku yang mengganggu dapat dideteksi untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Strategi Pencegahan Relapse
Setidaknya ada tiga strategi pencegahan relapse yang paling umum untuk pemulihan kecanduan narkoba meliputi terapi dan pengembangan keterampilan, pengobatan, dan pemantauan.
Terapi dan Pengembangan Keterampilan
Intervensi terapeutik adalah elemen penting dalam pemulihan kecanduan. Pendekatan seperti terapi perilaku kognitif (CBT), wawancara motivasi, dan terapi penerimaan dan komitmen telah terbukti efektif dalam pemulihan kecanduan narkoba.
Terapi perilaku kognitif akan membantu seseorang mengenali menyaring dan mengubah pola pikir yang mengarah pada perilaku berbahaya, sedangkan wawancara motivasi berfokus pada eksplorasi dan penyelesaian ambivalensi untuk mendorong perubahan. Sebaliknya, terapi penerimaan dan komitmen mengajarkan seseorang untuk menerima pengalaman emosional mereka dan berkomitmen untuk melakukan perubahan yang diperlukan.
Obat untuk Pencegahan
Dalam beberapa kasus, pengobatan dapat berperan penting dalam mencegah relapse. Obat-obatan tertentu, seperti disulfiram, naltrexone, dan buprenorfin, telah terbukti membantu mencegah kambuhnya kecanduan alkohol dan narkoba jenis opioid.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan mengurangi keinginan menggunakan narkoba, menghalangi efek suatu zat, atau menyebabkan reaksi merugikan ketika zat tersebut digunakan. Obat-obatan tersebut harus digunakan di bawah pengawasan ahli kesehatan dan paling efektif bila dikombinasikan dengan terapi dan perubahan gaya hidup.
Pemantauan dan Dukungan
Pemantauan dan dukungan berkelanjutan sangat penting untuk mencegah kekambuhan. Pemulihan adalah suatu rangkaian yang bisa mengalami naik dan turun, oleh karena itu penting untuk mengambil langkah proaktif ketika gejala pertama muncul.
Pemantauan dapat melibatkan pemeriksaan rutin oleh profesional kesehatan, partisipasi dalam kelompok dukungan, dan menjaga komunikasi terbuka dengan orang-orang terkasih. Dukungan dapat datang dalam bentuk pengertian teman dan keluarga, kelompok dukungan, atau konselor kesehatan mental profesional.
Strategi pencegahan relapse, bila digabungkan, dapat menciptakan rencana komprehensif yang menangani berbagai aspek pemulihan kecanduan dan memberikan dukungan serta alat yang diperlukan untuk tetap tak terpengaruh narkoba dalam jangka panjang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Relapse
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi relapse sangat penting dalam mengembangkan strategi pencegahan yang efektif. Dua faktor penting termasuk risiko terlalu percaya diri dan dampak dukungan keluarga.
Risiko Terlalu Percaya Diri
Salah satu kendala umum dalam proses pemulihan dari penyalahgunaan narkoba adalah penderita yang terlalu percaya diri. Orang-orang yang pulih dari kecanduan apa pun sering kali mengalami setidaknya satu kali kambuh lagi, dan hal ini mungkin terjadi terlepas dari berapa lama orang tersebut tidak lagi menyalahgunakan narkoba.
Kadang-kadang, kekambuhan ini bisa berasal dari rasa percaya diri yang berlebihan, di mana seseorang merasa bahwa mereka telah sepenuhnya menaklukkan kecanduannya, sehingga membuat mereka lengah. Pemicu kekambuhan dapat berupa stres, kelelahan, dan isolasi, serta kondisi kesehatan mental seperti depresi. Mengenali tanda-tanda ini sangatlah penting, karena risiko konsekuensi yang parah, termasuk bunuh diri, meningkat secara dramatis bagi mereka yang menderita depresi dan kecanduan narkoba.
Dampak Dukungan Keluarga
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi relapse adalah tingkat dukungan keluarga. Penelitian telah menunjukkan hubungan positif antara emosi yang diungkapkan keluarga dan frekuensi kekambuhan, dan hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dan frekuensi kekambuhan.
Tingginya tingkat ekspresi emosi pada kerabat dekat dan keluarga pasien dapat meningkatkan tekanan dan kritik dari keluarga, yang dapat mengakibatkan orang tersebut kembali ke kebiasaan dan penyakit lamanya. Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial yang dirasakan, terutama dari keluarga, teman, dan masyarakat, dapat menurunkan resistensi pasien terhadap stres lingkungan, sehingga menyebabkan kekambuhan penyakit dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Menangani Relapse
Mengatasi relapse mantan pecandu narkoba memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup bantuan dan sumber daya yang tepat. Kesehatan mental memainkan peran penting dalam mengelola gangguan penggunaan narkoba. Seringkali, keduanya sangat terkait, menekankan pentingnya penanganan kesehatan mental bagi pecandu narkoba.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan jika seseorang yang Anda kenal mengalami relapse atau menunjukkan gejala relapse :
- Tetap Positif dan Penuh Harapan
Ini adalah hal terpenting dalam menangani kekambuhan. Penderita harus ingat bahwa ini bukanlah hal yang aneh dan ini bukanlah akhir dari kehidupan. Ini hanyalah kemunduran kecil dan mereka dapat mengatasinya dengan berpikir positif dan tekad yang kuat.
- Carilah Terapi
Belajar mengelola pemicu adalah penting dan bahkan jika penderita sebelumnya pernah menjalani terapi. Seorang profesional mungkin akan menunjukkan pendekatan berbeda dan lebih efektif yang dapat diambil untuk mengelola pemicu dan perilaku adiktif. Jangan merasa malu untuk mencari terapi atau dukungan apa pun yang mungkin diperlukan karena kesehatan adalah hal terpenting dan harus diutamakan.
- Terapi Perilaku Kognitif
Terapi perilaku adalah pendekatan yang sangat efektif dalam menangani kecanduan dan akan membantu memahami apa yang sebenarnya memicu relapse. Ini dapat membantu penderita mengidentifikasi pola perilaku dan proses berpikir tidak sehat serta mengatasinya.
- Ikut Serta Program 12 Langkah
Hadiri program 12 langkah atau program dukungan kelompok setiap hari atau setidaknya secara teratur. Para penderita dapat terhubung dengan orang-orang yang sebelumnya pernah kambuh dan belajar menghadapi situasi ini. Mereka juga dapat memberikan petunjuk tentang cara menghindari hal ini di masa depan dan membagikan apa yang berhasil bagi mereka. Dukungan adalah tulang punggung untuk tetap terjauhkan dari narkoba.
- Sesi Terapi Keluarga
Dukungan dari teman dan anggota keluarga sangat penting selama masa sulit ini dan orang yang dicintai akan dapat memberikan dukungannya dengan menghadiri sesi terapi keluarga dan memahami bagaimana mereka dapat membantu mengatasi relapse.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka