Hipertensi dan Stroke, Apa Hubungannya? - Ashefa Griya Pusaka

Hipertensi dan Stroke, Apa Hubungannya?

hipertensi dan stroke 1
Share on:

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan stroke berhubungan erat dalam konteks masalah kesehatan. Dan yang pasti kedua penyakit ini bisa mematikan bila tak ditangani dengan cepat. Apa saja hubungan hipertensi dan stroke yang perlu diketahui?

Hipertensi dan Stroke

Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara terus-menerus, sementara stroke adalah kondisi di mana pasokan darah ke bagian otak terganggu, yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak.

Hubungan antara hipertensi dan stroke adalah sebagai berikut:

  1. Faktor Risiko: Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama untuk stroke. Tekanan darah tinggi dapat merusak dinding arteri dan memicu pembentukan plak aterosklerosis (penumpukan lemak dan zat-zat lain) dalam arteri. Plak ini dapat menyebabkan penyempitan arteri dan pembentukan bekuan darah, yang pada gilirannya dapat menghambat aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke.
  2. Jenis Stroke: Terdapat dua jenis stroke utama, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti karena penyumbatan arteri, sementara stroke hemoragik terjadi ketika ada pendarahan di otak. Hipertensi dapat berperan dalam kedua jenis stroke ini. Hipertensi yang tidak terkendali dapat menyebabkan arteri melemah dan pecah, memicu pendarahan (stroke hemoragik). Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah yang dapat menyumbat arteri (stroke iskemik).
  3. Kerusakan Vaskular: Hipertensi kronis dapat merusak arteri dan pembuluh darah dalam jangka waktu panjang. Hal ini dapat meningkatkan risiko pembentukan plak aterosklerosis, meningkatkan risiko tersumbatnya arteri otak, dan meningkatkan risiko pendarahan otak.
  4. Pencegahan: Mengendalikan hipertensi dapat membantu mengurangi risiko stroke. Dengan menjaga tekanan darah dalam rentang normal, Anda dapat mengurangi risiko kerusakan arteri dan pembentukan plak aterosklerosis, serta mengurangi risiko pecahnya arteri dan pendarahan otak.

Hipertensi sering kali tidak memiliki gejala yang jelas, sehingga penting untuk secara teratur memeriksa tekanan darah dan menjaga gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko stroke dan masalah kesehatan lainnya.

Mengapa Hipertensi Bisa Terjadi?

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa faktor penyebab utama hipertensi meliputi:

  • Faktor Genetik: Riwayat keluarga memiliki peran dalam risiko mengembangkan hipertensi. Jika ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, Anda mungkin memiliki risiko lebih tinggi.
  • Gaya Hidup Tidak Sehat: Kebiasaan makan yang tinggi garam, rendah serat, dan berlemak tinggi, serta konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan hipertensi.
  • Berat Badan Berlebih: Obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Lemak tubuh berlebihan dapat mempengaruhi hormon dan mekanisme yang mengatur tekanan darah.
  • Kurangnya Aktivitas Fisik: Gaya hidup yang tidak aktif dapat menyebabkan penumpukan berat badan, gangguan metabolisme, dan berdampak pada tekanan darah.
  • Konsumsi Garam Berlebihan: Diet tinggi garam dapat menyebabkan retensi air dalam tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan volume darah dan tekanan pada dinding arteri.
  • Stres: Stres kronis dapat memengaruhi hormon dan mekanisme yang mengatur tekanan darah, meningkatkannya secara bertahap.
  • Kurangnya Asupan Kalium: Kurangnya kalium dalam diet dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang dapat berkontribusi pada hipertensi.
  • Konsumsi Kafein: Konsumsi kafein dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan peningkatan sementara dalam tekanan darah.
  • Faktor Umur: Risiko hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Proses penuaan dapat memengaruhi elastisitas arteri dan fungsi sistem kardiovaskular.
  • Penyakit Terkait: Beberapa kondisi medis seperti penyakit ginjal, penyakit hormonal, diabetes tipe 2, dan sleep apnea dapat berkontribusi pada perkembangan hipertensi.
  • Keturunan Etnis: Beberapa kelompok etnis memiliki kecenderungan genetik untuk mengembangkan hipertensi dengan lebih mudah, seperti orang Afrika, Afrika-Amerika, dan Hispanik.

Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awalnya, sehingga dikenal sebagai “pembunuh diam-diam”. Karena itu kewaspadaan terhadap gejala awal yang muncul sangat penting agar penyakit tidak berkembang parah.

Gejala Awal Stroke

Gejala awal stroke dapat bervariasi tergantung pada jenis stroke dan bagian otak yang terpengaruh. Ada dua jenis stroke utama: stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berikut adalah beberapa gejala awal yang dapat muncul pada masing-masing jenis stroke:

Gejala Awal Stroke Iskemik:

  • Kelumpuhan atau Kelemahan: Terjadi kelumpuhan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, biasanya hanya pada satu sisi tubuh.
  • Kesulitan Berbicara: Kesulitan dalam berbicara atau memahami ucapan orang lain. Bahasa mungkin terdengar tidak jelas atau bingung.
  • Gangguan Penglihatan: Penglihatan kabur, ganda, atau hilang pada satu mata.
  • Gangguan Koordinasi: Kesulitan dalam berjalan, keseimbangan terganggu, atau merasa tiba-tiba sangat tidak koordinasi.
  • Kebingungan: Keadaan mental bingung, sulit memahami situasi, waktu, atau tempat.

Gejala Awal Stroke Hemoragik:

  • Pusing Berat: Merasa pusing hebat atau tiba-tiba hilang kesadaran.
  • Mual dan Muntah: Mual parah atau muntah tiba-tiba yang tidak biasa.
  • Nyeri Kepala Parah: Nyeri kepala mendadak dan hebat yang dijelaskan sebagai salah satu yang paling hebat yang pernah dirasakan.
  • Kelemahan atau Kelumpuhan: Kelumpuhan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau kaki, sering kali hanya pada satu sisi tubuh.
  • Gangguan Penglihatan: Penglihatan kabur, ganda, atau hilang pada satu mata.

Mencegah Hipertensi Penyebab Stroke

Memahami faktor risiko dan mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang, olahraga teratur, mengelola stres, dan menghindari kebiasaan merokok dan alkohol berlebihan, dapat membantu mencegah atau mengendalikan hipertensi.

Mencegah hipertensi dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stroke. Berikut beberapa tips penting yang dapat Anda ambil untuk mencegah hipertensi dan dengan demikian akan mengurangi risiko stroke:

Makan Sehat:

  • Konsumsi diet kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.
  • Batasi konsumsi garam. Hindari makanan olahan dan kemasan yang tinggi garam.
  • Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan trans, serta kolesterol tinggi.

Pantau Berat Badan:

  • Pertahankan berat badan yang sehat sesuai dengan indeks massa tubuh (BMI) yang direkomendasikan.
  • Jika Anda memiliki kelebihan berat badan, usahakan menurunkan berat badan dengan cara yang sehat melalui diet seimbang dan olahraga.

Olahraga Teratur:

  • Lakukan aktivitas fisik aerobik seperti berjalan cepat, berlari, bersepeda, atau berenang setidaknya 150 menit per minggu.
  • Gabung dalam program latihan kekuatan untuk memperkuat otot-otot Anda.

Batasi Konsumsi Alkohol:

  • Jika Anda minum alkohol, batasi konsumsinya. Pria sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 2 minuman per hari, dan wanita sebaiknya tidak lebih dari 1 minuman per hari.

Hindari Merokok:

  • Berhenti merokok jika Anda merokok. Merokok dapat merusak arteri dan meningkatkan risiko hipertensi.

Kelola Stres:

  • Cari cara untuk mengelola stres seperti meditasi, yoga, relaksasi otot progresif, atau hobi yang menyenangkan.

Pantau Tekanan Darah:

  • Periksa tekanan darah secara teratur. Jika tekanan darah Anda cenderung tinggi, kerjakan dengan profesional medis untuk mengendalikannya.

Kurangi Konsumsi Garam:

  • Batasi konsumsi garam dalam makanan Anda. Bacalah label nutrisi pada makanan olahan untuk memantau asupan natrium.

Ikuti Diet Rendah Garam:

  • Mengikuti diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Konsumsi Kalium:

  • Makan makanan yang kaya kalium, seperti pisang, alpukat, kentang, dan sayuran hijau.

Pengukuran Mandiri:

  • Jika memungkinkan, pertimbangkan memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah untuk memantau perubahan tekanan darah Anda.

Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan berkonsultasi dengan dokter. Ingat, penderita hipertensi memiliki kemungkinan besar untuk terkena stroke.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top