Depresi adalah keadaan sedih kronis yang membuat penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Peneliti pun menemukan hubungan depresi dan penyakit dari yang ringan hingga berat. Setidaknya ada 29 jenis penyakit yang terpicu gara-gara seseorang sedang depresi. Penyakit apa saja itu?
Apa Itu Depresi?
Depresi merupakan sebuah kondisi mental berupa kesedihan kronis sehingga mengakibatkan penderitanya tak mampu melakukan tugas-tugas sehari-hari dengan normal. Depresi, pada hakikatnya, dapat menjadi pengalaman yang membuat Anda kesepian. Gejala yang Anda alami dapat menyebabkan Anda menarik diri dari orang-orang di sekitar Anda. Dan gawatnya lagi depresi ternyata pun akan memicu Anda terkena berbagai penyakit fisik termasuk gangguan jantung.
Banyak individu yang mengalami depresi menggambarkannya sebagai awan gelap yang menggantung di atas mereka, mengaburkan kecerahan hidup dengan beban yang tak kenal ampun. Yang lain mengalami depresi seperti terjebak dalam pasir hisap, di mana setiap gerakan untuk melepaskan diri dari cengkeramannya hanya akan semakin menyeret mereka ke bawah.
Gejala-gejalanya meliputi kesedihan yang terus-menerus, kehilangan minat, perubahan nafsu makan, dan gangguan tidur. Sementara penyebab depresi meliputi faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan. Jenis-jenis depresi meliputi gangguan depresi mayor, gangguan afektif musiman, dan gangguan bipolar.
Meskipun merasa sedih, tidak termotivasi, atau putus asa merupakan pengalaman manusiawi, depresi adalah kondisi yang lebih parah dan terus-menerus yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Depresi dapat bermanifestasi dalam beberapa cara. Beberapa gejala depresi yang paling umum meliputi:
- Kesedihan yang terus-menerus, rasa haru, atau hampa
- Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya menyenangkan
- Perubahan nafsu makan
- Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
- Gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia)
- Kelelahan atau energi rendah
- Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Perasaan tidak berharga atau bersalah
- Pikiran gelap yang berulang, seperti tentang kematian atau keinginan untuk menghilang
Ada juga beberapa gejala fisik, emosional, dan perilaku yang terlibat dalam depresi. Banyak di antaranya meliputi:
- Sakit perut, sakit kepala, dan/atau nyeri kronis yang tidak dapat dijelaskan
- Perubahan aktivitas psikomotorik (misalnya gelisah, gerakan atau bicara melambat)
- Suasana hati yang buruk, ledakan amarah, atau mudah tersinggung
- Menarik diri dari pergaulan atau interaksi sosial
- Penyalahgunaan zat sebagai mekanisme koping
Hubungan Depresi dan Penyakit
Sebuah studi ilmiah terbaru yang diterbitkan dalam jurnal bergengsi JAMA Psichiatry menemukan hubungan depresi dan penyakit yang signifikan. Menurut para peneliti, orang dengan depresi memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk menderita 29 kondisi yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Data dikumpulkan dari 240.433 pasien dari Inggris Raya dan Finlandia. Dan hasilnya menunjukkan bahwa depresi dapat menyebabkan munculnya gejala patologi lain. Sebaliknya juga ditemukan, setidaknya 12 kondisi penyakit bisa menyebabkan depresi.
Hasil yang dipublikasikan oleh para peneliti menemukan 29 kondisi kesehatan yang berhubungan dengan depresi yang memerlukan rawat inap. Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut, ada beberapa yang lebih umum daripada yang lain yaitu :
- Diabetes
- Osteoartritis
- Bronkitis kronis
- Gangguan tidur
- Infeksi bakteri
- Nyeri punggung atau sakit pinggang
- Penyakit iskemik koroner
Jika kondisi-kondisi tersebut dikelompokkan menurut sistem atau organ yang terpengaruh, urutan prevalensinya adalah sebagai berikut:
- Penyakit endokrin: 245 dari setiap 1000 orang dengan depresi yang berpartisipasi dalam penelitian ini didiagnosis menderita patologi endokrin, seperti diabetes.
- Gangguan muskuloskeletal: Penyakit ini terjadi pada 91 dari setiap 1000 orang dengan depresi. Ini termasuk nyeri punggung bawah.
- Penyakit sistem peredaran darah: Penyakit ini tercatat terjadi pada 86 dari setiap 1000 orang dengan depresi.
Di antara situasi yang melibatkan hubungan dua arah, yaitu berpartisipasi dalam lingkaran setan di mana depresi meningkatkan risiko terkena penyakit tertentu dan kondisi-kondisi tersebut melakukan hal yang sama untuk depresi, yang paling terkenal adalah upaya bunuh diri dengan meracuni diri sendiri dan jatuh.
Meskipun studi khusus ini menghubungkan depresi dengan kondisi kesehatan yang memerlukan rawat inap, kita tahu bahwa masalah ini juga meluas ke penyakit lain yang tidak perlu diatasi dengan rawat inap. Menurut sebuah publikasi di Statpearls, orang yang mengalami kondisi depresi menghadapi munculnya gangguan suasana hati lainnya, seperti kecemasan.
Selain itu, jika pasien tersebut menderita hipertensi arteri, akan ada kesulitan yang lebih besar dalam mencapai kendali atas penyakit tersebut. Lebih buruk lagi, ada risiko tinggi terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan juga upaya untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Depresi merupakan faktor risiko untuk kondisi kesehatan lain melalui berbagai mekanisme. Misalnya, para peneliti mengetahui bahwa orang yang depresi lebih mungkin menderita Alzheimer di masa mendatang. Dan mereka berasumsi bahwa hal ini terjadi karena stres akibat kondisi depresi yang dapat menghasilkan zat inflamasi yang mampu merusak neuron.
Sedangkan untuk diabetes, studi ilmiah tentang subjek tersebut berspekulasi tentang gaya hidup yang akan mendukung gangguan metabolisme. Artinya, orang yang hidup dengan depresi cenderung lebih banyak duduk dan memiliki pola makan dengan proporsi lemak jenuh dan gula sederhana yang lebih tinggi.
Jika kita fokus pada patologi jantung, sebuah publikasi ilmiah tahun 2016 menjelaskan bahwa stres tampaknya menjadi penyebabnya. Depresi mengaktifkan mekanisme oksidasi sel, yang akan memengaruhi otot jantung dan pembuluh darah yang memberinya makan. Secara kronis, melemahnya sistem kardiovaskular akan membuatnya lebih rentan terhadap serangan jantung.
Mengurangi Risiko Terkena Penyakit Saat Sedang Depresi
Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit saat kita sedang depresi? Kabar baiknya adalah bahwa perawatan yang tepat waktu dan pendampingan yang memadai akan dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit lain. Mengobati depresi untuk mencegah kondisi kesehatan lain tidak bisa dianggap enteng.
Depresi bukan sekadar gejala lain yang bisa diremehkan. Demikian pula, merupakan tanggung jawab negara untuk memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke layanan kesehatan mental. Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi depresi.
Penulis studi JAMA Psychiatry menyimpulkan bahwa perilaku orang dengan depresi merupakan penyebab utama timbulnya kondisi terkait. Merokok, alkoholisme, dan kurangnya aktivitas fisik tampak sebagai situasi yang perlu diubah.
Jadi, jika Anda didiagnosis menderita depresi Jika Anda sedang menjalani pengobatan dan perawatan psikologis, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk mengurangi risiko, mulailah dengan langkah-langkah berikut:
- Hentikan kebiasaan buruk yang berhubungan dengan zat-zat terlarang. Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol. Mintalah bantuan khusus untuk melakukannya.
- Mulailah aktivitas fisik, setidaknya 30 menit sehari. Berjalan kaki mungkin cukup untuk membantu Anda memulai.
- Lakukan diet yang tepat dengan ahli gizi, yang memberi Anda cukup energi dan terdiri dari produk-produk sehat.
Menyembuhkan depresi memang tidak mudah. Namun, itu mungkin dilakukan. Jangan melakukan apa pun sendirian dan jangan panik terkait penyakit yang mungkin Anda derita.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka