Khat (Catha edulis) adalah tanaman yang tumbuh di beberapa wilayah di Afrika Timur dan Semenanjung Arab. Tanaman ini dikenal karena daunnya yang mengandung senyawa stimulan, terutama katinon dan kathinon, yang memberikan efek penggugah semangat. Penggunaan khat telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi di beberapa komunitas di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah tempat tanaman ini tumbuh alami.
Asal-usul dan Sejarah Khat
Asal-usul penggunaan khat dapat ditelusuri kembali ribuan tahun ke budaya Ethiopia, di mana tanaman ini pertama kali dikenal. Khat plant kemudian menyebar ke wilayah lain di Afrika Timur dan Semenanjung Arab. Di sana, khat menjadi bagian integral dari kehidupan sosial, digunakan dalam berbagai konteks, seperti upacara adat, ritual keagamaan, dan pertemuan sosial.
Penggunaan khat telah menjadi bagian integral dari budaya di beberapa daerah, khususnya di Ethiopia, Yaman, dan negara-negara di sekitar Semenanjung Arab. Di sana, khat sering kali dianggap sebagai bagian dari tradisi dan digunakan dalam berbagai konteks sosial. Namun, seiring dengan perkembangan globalisasi, penggunaan khat telah menyebar ke negara-negara di luar wilayah asalnya.
Pada beberapa tempat, khat bahkan diimpor dan digunakan oleh komunitas imigran yang membawa tradisi penggunaannya ke negara-negara baru. Meskipun di beberapa tempat khat dianggap sebagai bagian dari warisan budaya, di tempat lain, penggunaannya menjadi sumber kontroversi dan perdebatan hukum.
Khat plant adalah semak atau pohon kecil yang tumbuh setinggi 1 hingga 5 meter. Daunnya bersifat hijau mengkilap, berbentuk oval-lanset, dan biasanya memiliki ujung yang runcing. Meskipun tanaman ini dapat tumbuh di berbagai kondisi iklim, tanaman ini biasanya ditemukan di daerah-daerah yang memiliki musim kering dan panjang matahari. Khat juga dikenal dengan nama-nama lokal seperti “qat,” “chat,” atau “miraa” tergantung pada wilayah geografisnya.
Khat tumbuh subur di dataran tinggi dengan ketinggian 1.500 hingga 2.500 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini biasanya dipetik saat subuh, agar bisa dikonsumsi di siang harinya. Khat biasanya dikonsumsi dengan cara dikunyah, ditelan, atau direbus menjadi teh.
Khat dikonsumsi secara luas di Ethiopia, Yaman, Somalia, dan Kenya. Di Ethiopia, khat dikonsumsi oleh sekitar 50% dari populasi dewasa. Di Yaman, khat dikonsumsi oleh sekitar 80% dari populasi dewasa.
Senyawa Aktif dalam Khat
Orang yang mengonsumsi tanaman khat sering melaporkan perasaan euforia, peningkatan kewaspadaan, dan ketajaman mental. Oleh karena itu, katinon dan senyawa terkaitnya telah menjadi subjek minat karena efek stimulan ini.
Efek stimulan khat terkait dengan senyawa-senyawa tertentu yang ditemukan dalam daunnya. Katinon dan kathinon adalah dua senyawa utama yang memberikan efek stimulan tersebut. Katinon memiliki struktur kimia yang mirip dengan amfetamin atau sabu dan merupakan alkaloid yang bersifat stimulan. Strukturnya terdiri dari cincin benzena yang tergabung dengan cincin pirrolidina, memberikan karakteristik stimulan pada senyawa ini.
Katinon, yang sering diubah menjadi kathinon setelah pemetikan, bertindak pada sistem saraf pusat dan menyebabkan perasaan euforia, peningkatan energi, dan meningkatnya ketajaman mental.
Penggunaan khat biasanya dengan mengunyah daun dan ranting muda tanaman ini. Daun segar khat dapat memberikan rasa pahit, dan dalam beberapa budaya, orang mengunyahnya bersama dengan batu kapur untuk meningkatkan efek stimulannya. Praktik ini sering kali terjadi dalam konteks sosial, di mana orang berkumpul untuk bersosialisasi sambil menikmati efek penggugah semangat khat.
Efek dan Pengalaman Penggunaan Khat
Efek dari penggunaan khat dapat bervariasi antara individu dan bergantung pada banyak faktor, termasuk dosis, ketahanan tubuh, dan lingkungan penggunaan. Beberapa efek yang umumnya dilaporkan termasuk rasa euforia, peningkatan kewaspadaan, dan peningkatan energi. Beberapa pengguna khat juga melaporkan peningkatan dalam percakapan dan keterlibatan sosial.
Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan khat juga dapat memiliki efek samping. Beberapa dari mereka termasuk insomnia, kecemasan, penurunan nafsu makan, dan peningkatan tekanan darah. Penggunaan jangka panjang dapat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti masalah jantung, gangguan tidur, atau masalah gigi akibat kebiasaan mengunyah daun khat.
Seperti halnya dengan banyak zat stimulan, penggunaan khat dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama jika digunakan secara berlebihan atau secara terus-menerus. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa khat dapat menyebabkan ketergantungan psikologis, meskipun ketergantungan fisik cenderung kurang umum.
Selain itu, karena khat dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan masalah kesehatan jantung, orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti hipertensi, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan khat.
Meskipun khat telah dikenal dan digunakan selama berabad-abad, penelitian terkait efek jangka panjang dan potensi medis khat masih terbatas. Sejumlah penelitian sedang dilakukan untuk memahami lebih baik dampak kesehatan khat, baik dari segi positif maupun negatif. Sebagai contoh, beberapa penelitian mendukung potensi khat sebagai agen antioksidan, sementara penelitian lain menyoroti risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan berlebihan.
Meskipun khat memberikan efek penggugah semangat yang dikenal oleh komunitas yang menggunakannya, penting untuk memahami bahwa penggunaan yang berlebihan atau tanpa pertimbangan dapat memiliki dampak kesehatan yang signifikan. Di Indonesia, khat dimasukkan dalam kelompok narkoba jenis baru sesuai dengan Permenkes No 13/2014. Jangan sampai terjerumus dalam pusaran gelap narkoba yang hanya akan membuat hidup menderita.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka