Megalomania: Mengenal Gejala dan Penyebabnya - Ashefa Griya Pusaka

Megalomania: Mengenal Gejala dan Penyebabnya

Megalomania: Mengenal Gejala dan Penyebabnya
Share on:

Megalomania adalah gangguan mental atau kejiwaan yang berhubungan dengan kekuasaan. Sangat sulit berpikir kritis dan menerima kenyataan karena sikap egosentris. Kasus yang beredar dalam masyarakat seperti mengaku dirinya sebagai sosok pemimpin agama, walaupun hal tersebut jauh dari kenyataan namun pendapatnya  tidak bisa digoyahkan.

Penderita megalomania akan sulit menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan. Sehingga hubungan antara dirinya dan orang lain akan menjauh, sulit melakukan sosialisasi yang baik. Ketahui gejala serta penyebab megalomania lebih jelas di artikel ini, baca hingga selesai. 

Apa Itu Megalomania? 

Megalomania adalah penyakit mental yang membuat penderitanya merasa paling hebat, berkuasa daripada orang lain. Disebut juga delusions of grandeur yang merasa haus akan kekuasaan dan tidak bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata. Misalnya merasa dirinya memiliki kekuasaan, kekayaan, penemu terkenal, kecerdasan dan sebagainya. 

Seorang megalomania akan memprioritaskan diri sendiri dan menganggap orang lain rendah. Kondisi ini bisa menjadi penyebab gangguan mental lain seperti bipolar, skizofrenia, demensia, narsistik dan cedera kepala. 

Megalomania jika dilihat dari sifat egois nya bisa menjadi salah satu bagian narsisme yang ekstrem. Sehingga penderita melihat dirinya sendiri sebagai sosok yang lebih mampu, berkuasa, dan paling tinggi dalam segala hal. Pendapat atau ide yang dimiliki tidak bisa digoyahkan, jika ada yang menyerang pun ia tidak akan melihat kesalahannya sendiri tetapi ia akan mencari ikatan ide lawan. 

Gejala Megalomania 

Ada beberapa gejala yang bisa dilihat dari seorang megalomania, diantaranya : 

  • Selalu berusaha membuat orang lain percaya kepada dirinya 
  • Selalu menganggap dirinya hebat meskipun faktanya adalah sebaliknya 
  • Sulit akrab dengan orang lain 
  • Menganggap dirinya selalu benar 
  • Cenderung suka marah atau menghindar jika anggapannya berbeda dengan orang lain 
  • Mengalami delusi akan kehebatan, superioritas atau memiliki kekuatan yang hebat 
  • Tidak bisa mendengar pendapat orang lain 
  • Cara berpikir tidak masuk akal 
  • Self centered
  • Ingin orang lain takut kepadanya 
  • Mood gampang berubah 
  • Suka membesarkan sesuatu 

Penyebab Megalomania

1. Penyakit mental 

Ada beberapa gangguan mental yang membuat seseorang mengalami megalomania yaitu : 

  • Bipolar, yaitu gangguan mental yang menyebabkan penderita mengalami episode depresi dan diikuti mania. Selama episode mania akan mengalami rasa percaya diri yang tinggi yang bisa menyebabkan megalomania. 
  • Gangguan kepribadian narsistik, pada kondisi ini akan membuat seseorang merasa sangat tinggi tentang keberadaanya sehingga akan mencari banyak sanjungan, percaya diri namun kurang empati. 
  • Skizofrenia, kondisi mental yang ditandai dengan delusi dan halusinasi sehingga sulit membedakan antara yang nyata dan tidak. Megalomania bisa terjadi saat seseorang mengalami skizofrenia. 
  • Adanya trauma atau cedera otak, bisa menyebabkan perubahan cara berpikir seseorang seperti delusi, halusinasi, masalah memory dan perubahan kepribadian. 

2. Stres yang dialami dalam hidupnya 

3. Penyalahgunaan narkoba 

4. Kurangnya interaksi sosial 

5. Tidak seimbangnya neurotransmitter dalam otak 

Kesimpulan 

Megalomania adalah penyakit mental yang membuat penderitanya paling kuat, hebat dan berkuasa namun kenyataannya tidak begitu. Disebut juga delusion of grandeur, merasa memiliki kekayaan, kehebatan,kekuasaan dan sebagainya. Gejalanya yaitu merasa dirinya selalu benar, berusaha membuat orang lain percaya, cara berpikir tidak masuk akal, tidak bisa mendengar pendapat orang lain dan sebagainya. 

Penyebab megalomania yaitu karena gangguan mental seperti skizofrenia,bipolar, gangguan kepribadian narsistik, cedera otak. Bisa juga disebabkan karena penyalahgunaan narkoba, stres, kurang interaksi dengan orang lain, dan tidak seimbangnya neurotransmitter di otak.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top