Memahami Fenomena Digital Self Harm - Ketika Diri Sendiri Jadi Korban di Dunia Maya - Ashefa Griya Pusaka

Memahami Fenomena Digital Self Harm – Ketika Diri Sendiri Jadi Korban di Dunia Maya

digital self harm 1
Share on:

Dalam era digital yang semakin canggih ini, internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, di balik keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital, ada fenomena yang mulai muncul yang dikenal sebagai “digital self harm”. Mengapa hal ini menjadi masalah yang serius, dan bagaimana kita dapat melindungi diri dari dampak negatifnya.

Definisi Digital Self Harm

Digital self harm dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai “merugikan diri secara digital.” Digital self harm adalah tindakan seseorang yang merugikan diri sendiri secara online atau dalam dunia maya. Ini dapat mencakup berbagai perilaku yang merugikan diri sendiri seperti:

  • Penghinaan Diri: Seseorang mungkin menggunakan akun sosial media mereka untuk menghina atau merendahkan diri sendiri dengan komentar negatif atau bahasa kasar.
  • Cyberbullying Diri Sendiri: Seseorang bisa menciptakan akun palsu atau anonim untuk mengirimkan pesan beracun (toxic) atau mengancam kepada diri mereka sendiri.
  • Mengunggah Konten Merugikan: Individu mungkin membagikan konten yang merugikan diri mereka sendiri, seperti foto atau video yang menggambarkan perilaku berbahaya atau merugikan.
  • Mengundang Hujatan: Beberapa orang bahkan mungkin mencoba untuk memicu hujatan atau kebencian dari orang lain terhadap diri mereka sendiri.

Mengapa Digital Self Harm Terjadi?

Penyebab dari digital self harm bisa sangat kompleks dan beragam. Beberapa alasan yang mungkin menyebabkan individu melakukan digital self harm seperti :

  • Perasaan Isolasi: Terutama selama masa pandemi COVID-19, banyak orang mengalami perasaan kesepian dan isolasi sosial. Beberapa mungkin mencari perhatian atau reaksi dari orang lain melalui perilaku merugikan diri secara digital.
  • Gangguan Mental: Individu dengan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan mungkin lebih rentan terhadap perilaku digital self harm.
  • Tuntutan Sosial: Tekanan dari media sosial untuk terlihat sempurna atau mencapai standar kecantikan yang tidak realistis dapat mendorong beberapa orang untuk merugikan diri mereka sendiri secara online.
  • Perasaan Ditolak: Pengalaman penolakan atau bullying sebelumnya dapat membuat seseorang cenderung melakukan digital self harm sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional.

Dampak Digital Self Harm

Digital self harm dapat memiliki dampak serius pada individu yang terlibat. Beberapa dampaknya meliputi:

  • Mengganggu Kesehatan Mental: Perilaku ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada atau bahkan memicu gangguan mental baru.
  • Perasaan Bersalah dan Malu: Setelah melakukan digital self-harm, seseorang mungkin merasa bersalah atau malu atas tindakannya. Perasaan-perasaan ini dapat mengganggu kesejahteraan mental dan emosional, serta merusak harga diri.
  • Isolasi Sosial: Seiring berjalannya waktu, digital self harm dapat membuat individu semakin terisolasi dan menjauhkan diri dari dukungan sosial yang sebenarnya mereka butuhkan.
  • Perburukan Hubungan: Konten yang merugikan diri sendiri secara digital dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan orang lain. Teman, keluarga, atau rekan kerja mungkin merasa khawatir, frustasi, atau bahkan marah karena perilaku tersebut.
  • Dampak Karir: Jika tindakan digital self-harm terkait dengan pekerjaan atau karir seseorang, itu dapat merusak reputasi profesional dan peluang karir.
  • Pemborosan Waktu dan Energi: Aktivitas merugikan diri secara digital dapat menjadi pemborosan waktu dan energi yang signifikan, menghalangi individu dari mencapai potensi mereka yang sebenarnya.
  • Potensi Penyebaran Luas: Informasi yang merugikan diri sendiri yang dibagikan secara digital dapat menyebar dengan cepat dan luas. Ini dapat memiliki konsekuensi jangka panjang yang tidak diinginkan jika informasi tersebut terbukti sulit untuk dihapus atau dilupakan.
  • Ketergantungan pada Feedback Negatif: Seseorang yang terlibat dalam digital self-harm mungkin terjebak dalam siklus mencari tanggapan negatif atau dukungan dari orang lain. Hal ini dapat menciptakan ketergantungan pada perhatian negatif, yang tidak sehat dan merugikan.
  • Perilaku Merugikan Lainnya: Digital self-harm bisa menjadi pintu masuk ke perilaku merugikan lainnya, seperti konsumsi alkohol atau narkoba yang berlebihan, makan berlebihan, atau tindakan merugikan diri secara fisik.
  • Pemulihan yang Sulit: Semakin lama seseorang terlibat dalam digital self-harm, semakin sulit bagi mereka untuk pulih. Perilaku ini dapat menjadi kebiasaan yang sulit diubah tanpa dukungan yang tepat.
  • Kemungkinan Dampak Hukum: Beberapa tindakan digital self-harm, seperti penyebaran informasi palsu atau merugikan diri sendiri secara hukum, dapat memiliki konsekuensi hukum yang serius.
  • Pengaruh Negatif pada Citra Diri: Terlibat dalam digital self harm dapat merusak citra diri seseorang dan mengurangi rasa percaya diri.

Mengatasi Digital Self Harm

Dalam rangka menghindari akibat buruk ini, penting untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah digital self harm dan mencari dukungan profesional jika diperlukan. Memprioritaskan kesejahteraan mental dan emosional adalah langkah penting dalam menjaga kualitas hidup yang sehat dan bahagia.

Untuk mengatasi digital self harm, langkah-langkah berikut mungkin saja akan dapat membantu:

  • Jangan Hanya Menyalahkan Diri Sendiri. Pertama-tama, jangan menyalahkan diri sendiri jika Anda merasa cenderung melakukan digital self-harm. Ini adalah tanda bahwa Anda mungkin menghadapi masalah emosional atau psikologis yang lebih dalam. Mengakui masalah ini adalah langkah pertama menuju pemulihan.
  • Berbicara dengan Orang Terpercaya: Terbuka dengan seseorang yang dapat dipercaya tentang perasaan dan perilaku digital self harm dapat menjadi langkah pertama untuk mendapatkan dukungan.
  • Cari Bantuan Profesional: Konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater jika digital self harm telah merusak kesejahteraan emosional Anda.
  • Hapus Konten Merugikan: Jika Anda telah mengunggah konten merugikan diri Anda sendiri, segera hapus dan hindari berbagi konten semacam itu di masa depan.
  • Kurangi Waktu Online: Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial atau internet dapat membantu mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku digital self harm.
  • Batas Privasi dan Keamanan Online. Perkuat batas privasi Anda di media sosial dan platform online lainnya. Pastikan hanya teman dan orang yang Anda percayai yang memiliki akses ke informasi pribadi Anda. Ini dapat membantu melindungi Anda dari tindakan digital self-harm oleh pihak lain.
  • Jangan Terlalu Terpaku pada Komentar dan Tanggapan. Hindari terlalu terpaku pada komentar dan tanggapan yang Anda terima di media sosial. Orang-orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda, dan reaksi negatif tidak selalu mencerminkan nilai Anda sebagai individu. Belajar untuk memfilter masukan yang Anda terima dan berfokus pada pemahaman diri yang lebih dalam.
  • Bergabung dengan Komunitas Dukungan: Bergabung dengan komunitas atau kelompok dukungan online yang fokus pada kesehatan mental dan kesejahteraan dapat memberikan dukungan yang diperlukan.

Digital self harm memang menjadi fenomena yang semakin mendapatkan perhatian dalam era digital ini. Ini adalah bentuk perilaku merugikan diri sendiri secara online yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan mental dan emosional individu.

Penting bagi kita semua untuk memahami dan menyadari potensi risiko dari digital self harm dan untuk mencari dukungan dan bantuan jika kita atau seseorang yang kita kenal terlibat dalam perilaku ini. Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat membantu melindungi diri sendiri dan orang lain dari dampak negatif digital self harm.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top