Kanker ovarium, juga dikenal sebagai kanker indung telur, adalah jenis kanker yang dimulai di ovarium, organ berbentuk telur yang merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Kanker jenis ini sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal. Sebelum terkena, bagaimana mencegah kanker ovarium?
Faktor Risiko Kanker Ovarium
Kanker ovarium dapat menjadi salah satu jenis kanker yang serius dan sulit dideteksi pada tahap awal karena gejalanya seringkali tidak spesifik dan muncul ketika sudah dalam tahap lanjut. Berikut beberapa faktor risiko kanker ovarium bisa dialami oleh wanita :
- Usia: Risiko kanker ovarium meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah menopause.
- Riwayat Keluarga: Jika ada riwayat keluarga dengan kanker ovarium atau kanker payudara, risiko Anda dapat meningkat.
- Mutasi Genetik: Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 dapat meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
- Faktor Reproduksi: Wanita yang tidak pernah hamil atau yang hamil pertama kali setelah usia 35 tahun mungkin berisiko lebih tinggi.
- Terapi Hormon Penggantian: Terapi hormon penggantian setelah menopause dapat meningkatkan risiko.
Gejala Gejala Kanker Ovarium
Gejala kanker ovarium seringkali tidak spesifik, tetapi beberapa yang mungkin muncul adalah:
- Nyeri atau tekanan di perut atau panggul.
- Pembengkakan perut atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
- Perubahan dalam pola buang air kecil, seperti sering buang air kecil atau kesulitan buang air kecil.
- Perubahan dalam kebiasaan pencernaan, seperti sembelit atau diare yang berulang.
- Rasa kenyang cepat saat makan.
- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.
Diagnosis Kanker Ovarium
Diagnosis kanker ovarium melibatkan berbagai tes dan prosedur, termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, pencitraan seperti USG dan CT scan, serta biopsi untuk mengkonfirmasi keberadaan kanker.
- Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang melibatkan palpasi perut untuk mencari tanda-tanda pembengkakan ovarium atau kista. Mereka juga akan memeriksa panggul untuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda seperti perubahan dalam ukuran atau bentuk ovarium.
- Pemeriksaan USG (Ultrasonografi): USG adalah salah satu alat diagnostik utama untuk kanker ovarium. Ini dapat dilakukan melalui dua metode: USG transvaginal, di mana probe dimasukkan ke dalam vagina, atau USG transabdominal, di mana gelombang suara tinggi dipancarkan ke dalam perut dan pantulan dari organ internal dikonversi menjadi gambar. USG membantu mengidentifikasi tumor, kista, atau perubahan abnormal lainnya pada ovarium.
- Tes Darah: Beberapa tes darah tertentu dapat membantu dalam diagnosis kanker ovarium, seperti pengukuran kadar CA-125. CA-125 adalah protein yang mungkin ditemukan dalam jumlah tinggi pada wanita dengan kanker ovarium. Namun, harus diingat bahwa CA-125 juga dapat meningkat dalam kondisi lain yang tidak berkaitan dengan kanker ovarium.
- CT Scan (Computed Tomography): CT scan menggunakan sinar-X untuk mengambil gambar potongan-potongan tubuh Anda dari berbagai sudut. Ini dapat membantu dokter melihat apakah kanker telah menyebar ke organ lain di dalam rongga perut atau panggul.
- MRI (Magnetic Resonance Imaging): MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk mengambil gambar yang lebih rinci dari organ-organ dalam tubuh. Ini dapat membantu dalam penilaian yang lebih mendalam tentang tumor ovarium dan penyebarannya.
- Biopsi: Untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker ovarium, dokter dapat melakukan biopsi. Biopsi melibatkan pengambilan sampel jaringan dari tumor atau kista ovarium untuk dianalisis di bawah mikroskop. Ini adalah langkah yang penting untuk mengidentifikasi jenis sel kanker dan tingkat keparahan kanker.
- Laparoskopi: Ini adalah prosedur bedah yang melibatkan penyisipan alat endoskopi kecil ke dalam perut melalui sayatan kecil. Ini dapat membantu dalam visualisasi langsung ovarium dan peritoneum (lapisan rongga perut) serta mengambil sampel untuk biopsi jika diperlukan.
Setelah diagnosis kanker ovarium dikonfirmasi, langkah selanjutnya adalah menentukan stadium kanker, yaitu sejauh mana kanker telah menyebar. Ini membantu dalam merencanakan pengobatan yang sesuai.
Pengobatan Kanker Ovarium
Pilihan pengobatan kanker ovarium tergantung pada stadium kanker, jenis sel yang terlibat, dan kondisi kesehatan pasien. Pengobatan umumnya melibatkan kombinasi pembedahan, kemoterapi, dan terapi target.
Pengobatan kanker ovarium tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis kanker ovarium, stadium kanker (sejauh mana kanker telah menyebar), dan kondisi kesehatan pasien. Berikut beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan dalam penanganan kanker ovarium:
- Pembedahan (Operasi): Pembedahan adalah langkah pertama yang umumnya dilakukan dalam pengobatan kanker ovarium. Tujuan utama operasi adalah mengangkat tumor atau kista ovarium yang terinfeksi, serta mencari tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain dalam rongga perut. Pembedahan dapat melibatkan pengangkatan satu atau kedua ovarium, tuba falopi, rahim, dan kadang-kadang bagian lain dari saluran pencernaan atau organ-organ lain yang terkena penyebaran kanker.
- Kemoterapi: Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan kimia yang kuat untuk membunuh sel-sel kanker atau menghentikan pertumbuhan dan penyebarannya. Kemoterapi sering digunakan setelah operasi untuk mengobati sisa sel kanker yang mungkin masih ada. Ini juga bisa digunakan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor.
- Terapi Target: Terapi target adalah jenis pengobatan yang ditujukan langsung kepada faktor-faktor khusus yang memungkinkan pertumbuhan sel kanker, seperti penghambatan pembentukan pembuluh darah yang memasok tumor. Beberapa obat yang digunakan dalam terapi target untuk kanker ovarium termasuk bevacizumab (Avastin) dan olaparib (Lynparza).
- Radioterapi: Radioterapi menggunakan sinar-X atau partikel berenergi tinggi lainnya untuk menghancurkan sel kanker. Ini tidak selalu digunakan sebagai pengobatan utama untuk kanker ovarium, tetapi bisa digunakan untuk mengurangi gejala atau mengatasi kanker yang kembali setelah pengobatan sebelumnya.
- Imunoterapi: Imunoterapi adalah metode pengobatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Meskipun masih dalam penelitian untuk kanker ovarium, beberapa pendekatan imunoterapi telah menunjukkan potensi dalam beberapa kasus.
- Pengobatan Hormon: Terkadang, kanker ovarium yang lebih langka yang disebut kanker sel granulosa dapat diobati dengan terapi hormon. Terapi ini mengatur kadar hormon dalam tubuh untuk menghentikan pertumbuhan kanker.
Pengobatan kanker ovarium sering kali melibatkan kombinasi beberapa metode di atas, dan keputusan tentang pengobatan akan dibuat berdasarkan konsultasi antara pasien dan tim medis yang merawat. Pemantauan dan perawatan jangka panjang biasanya diperlukan setelah pengobatan untuk mengawasi kemungkinan kambuhnya kanker.
Mencegah Kanker Ovarium
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker ovarium, beberapa tindakan pencegahan dapat membantu mengurangi risiko, seperti melakukan operasi pengangkatan ovarium (ooforektomi) pada wanita dengan riwayat genetik tertentu yang meningkatkan risiko.
Mencegah sepenuhnya terkena kanker ovarium sangat sulit, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko. Ingatlah bahwa faktor-faktor risiko tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga atau faktor genetik tertentu, tetapi ada langkah-langkah yang dapat diambil para wanita untuk meningkatkan peluang menghindari kanker ovarium.
- Pemantauan Kesehatan Rutin: Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan pemeriksaan ginekologi berkala dapat membantu dalam mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, termasuk kanker ovarium. Diskusikan dengan dokter tentang frekuensi dan jenis pemeriksaan yang sesuai.
- Kehamilan dan Kelahiran: Wanita yang telah melahirkan anak memiliki risiko lebih rendah terkena kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah hamil. Ini karena kehamilan dan kelahiran mengurangi jumlah waktu sel telur di ovarium yang terpapar potensi karsinogen.
- Menggunakan Pil KB (Kontrasepsi Hormonal): Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Namun, konsultasikan dengan dokter tentang manfaat dan risiko penggunaan pil KB.
- Pemotongan Ovarium: Bagi wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker ovarium karena faktor genetik tertentu, seperti mutasi BRCA1 atau BRCA2, operasi pengangkatan ovarium (ooforektomi) dapat menjadi pilihan untuk mengurangi risiko.
- Gaya Hidup Sehat: Menjaga pola makan sehat dengan banyak buah-buahan dan sayuran, serta menghindari makanan tinggi lemak jenuh, dapat membantu. Berolahraga secara teratur, menjaga berat badan yang sehat, dan menghindari merokok juga dapat membantu mengurangi risiko kanker ovarium.
- Mengetahui Riwayat Keluarga: Jika ada riwayat keluarga yang kuat dengan kanker ovarium, konsultasikan dengan dokter. Dalam beberapa kasus, tes genetik dapat membantu menentukan risiko yang lebih tinggi dan langkah-langkah pencegahan yang sesuai.
- Menghindari Terapi Hormon Penggantian yang Berlebihan: Penggunaan terapi hormon penggantian setelah menopause harus diawasi dengan hati-hati. Penggunaan jangka panjang atau dosis yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
- Pentingnya Edukasi dan Kesadaran: Pendidikan diri tentang kanker ovarium, gejala awalnya, dan faktor risiko adalah langkah penting dalam deteksi dini dan pencegahan.
Mencegah kanker ovarium seringkali melibatkan berbagai faktor dan tidak ada tindakan tunggal yang dapat sepenuhnya mencegahnya. Konsultasikan dengan dokter untuk mendiskusikan langkah-langkah pencegahan yang sesuai dengan kondisi yang ada.
Langkah deteksi dini kanker ovarium bisa sangat penting untuk prognosis yang lebih baik. Karena gejalanya seringkali tidak spesifik, penting bagi wanita untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan dokter.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka