Menyembuhkan Kecanduan Shopping - Ashefa Griya Pusaka

Menyembuhkan Kecanduan Shopping

kecanduan shopping
Share on:

Saat membicarakan masalah keuangan, salah satu topik yang sering muncul adalah ketagihan belanja menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang diinginkan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “mungkinkah kita mengalami kecanduan shopping?”

Mendefinisikan Kecanduan Shopping

Kecanduan belanja, juga dikenal sebagai belanja kompulsif, adalah kecanduan perilaku yang melibatkan pembelian kompulsif sebagai cara untuk merasa nyaman dan menghindari perasaan negatif, seperti kecemasan dan depresi. Seperti kecanduan perilaku lainnya, kecanduan shopping dapat mengambil alih sebagai suatu keasyikan yang mengarah pada masalah di bidang kehidupan lainnya.

Pembeli kompulsif menggunakan belanja sebagai cara untuk melepaskan diri dari perasaan negatif, seperti depresi, kecemasan, kebosanan, dan kemarahan, serta pemikiran kritis terhadap diri sendiri. Sayangnya, upaya untuk melepaskan diri dari hal tersebut hanya bersifat jangka pendek, dan sering kali mengarah pada lingkaran setan berupa peningkatan pengeluaran dan memperparah tekanan emosional.

Perlu untuk diingat bahwa kecanduan shopping bukanlah bentuk gangguan mental yang baru. Penyakit ini sudah diketahui sejak awal abad ke-19 dan disebut-sebut sebagai gangguan kejiwaan pada awal abad ke-20.

Aspek Psikologis Kecanduan Shopping

Kecanduan belanja, merupakan masalah kompleks yang terkait dengan berbagai aspek psikologis. Ada beberapa pemicu emosional mengapa seseorang mengalami perilaku belanja kompulsif.

Pemicu Emosional Belanja Kompulsif

Belanja kompulsif, yang ditandai dengan keasyikan membeli produk dan membelanjakan uang, dapat dipicu oleh sejumlah faktor emosional. Tindakan berbelanja seringkali digunakan sebagai mekanisme coping untuk mengelola perasaan tidak nyaman seperti stres, kebosanan, masalah harga diri, dan kesedihan. Bagi sebagian orang, berbelanja memberikan kesenangan sementara, sehingga mengalihkan perhatian mereka dari emosi negatif. Namun, hal ini hanyalah solusi sementara dan seringkali menimbulkan masalah jangka panjang, seperti ketidakstabilan keuangan dan masalah kesehatan mental.

Belanja kompulsif memiliki kesamaan dengan gangguan psikologis lainnya seperti kecemasan, gangguan mood, penyalahgunaan zat, gangguan kontrol impuls, dan gangguan obsesif-kompulsif. Artinya, banyak pemicu emosional yang memicu perilaku belanja kompulsif.

Kecanduan Shopping dan Gangguan yang Terjadi Bersamaan

Kecanduan belanja sering kali tidak terjadi begitu saja. Hal ini sering terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, termasuk gangguan mood dan kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, gangguan makan, gangguan kontrol impuls lainnya, dan gangguan kepribadian.

Selain itu, kerabat tingkat pertama dari orang dengan kecenderungan belanja kompulsif lebih mungkin memiliki kondisi serupa atau masalah kesehatan mental lainnya. Hubungan antara kecanduan belanja dan kondisi kesehatan mental lainnya menunjukkan perlunya pendekatan pengobatan komprehensif yang tidak hanya mengatasi kecanduan belanja tetapi juga gangguan yang terjadi bersamaan.

Dampak Kecanduan Shopping

Kecanduan belanja, atau belanja kompulsif, bukan hanya tentang sensasi melakukan pembelian. Ini adalah kelainan mental kompleks dengan segudang dampak yang melampaui isi dompet.

Konsekuensi Finansial

Dampak paling langsung dan nyata dari kecanduan belanja adalah finansial. Orang-orang dengan kecanduan shopping biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk berbelanja daripada yang mereka mampu, akibatnya banyak yang mengalami masalah keuangan karena pengeluaran mereka yang berlebihan.

Belanja kompulsif dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang parah, termasuk utang, kebangkrutan, dan bahkan kejahatan seperti mengutil. Hal ini juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup karena ketidakmampuan mengendalikan perilaku belanja.

Konsekuensi Sosial dan Emosional

Meskipun dampak finansial dari kecanduan belanja sangat parah, gangguan ini juga mempunyai dampak sosial dan emosional yang signifikan. Pecandu belanja sering kali menghadapi konsekuensi negatif seperti pertengkaran dengan anggota keluarga, kebingungan emosional, dan tekanan karena ketidakmampuan mengendalikan perilakunya.

Selain itu, kecanduan belanja sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan lain, termasuk gangguan mood dan kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, gangguan makan, gangguan kontrol impuls lainnya, dan gangguan kepribadian. Kejadian bersamaan ini dapat meningkatkan tekanan emosional dan semakin mempersulit pemulihan.

Orang yang menderita kecanduan shopping juga cenderung lebih materialistis dibandingkan orang lain, mencari status melalui benda-benda materi dan persetujuan dari orang lain. Mereka juga mengalami kesulitan melawan dorongan hati mereka, yang selanjutnya memicu kecanduan mereka dan menciptakan lingkaran setan dalam pengeluaran.

Belanja Kompulsif Vs Impulsif

Meski sering digunakan secara bergantian, perilaku belanja kompulsif dan impulsif tidaklah sama. Belanja kompulsif sering disebut sebagai bentuk kecanduan perilaku. Hal ini ditandai dengan dorongan yang tak tertahankan untuk membeli barang-barang, yang banyak di antaranya yang tidak diperlukan. Orang yang melakukan belanja kompulsif melakukannya untuk meningkatkan suasana hati, citra diri, mendapatkan dukungan sosial, dan mengatasi stres. Perilaku ini sering kali menimbulkan perasaan malu, bersalah, dan penyesalan yang kuat serta dapat mengakibatkan masalah keuangan, hukum, dan hubungan karena perilaku mengeluarkan uang secara berlebihan.

Di sisi lain, belanja impulsif ditandai dengan pembelian spontan dan sesekali, yang didorong oleh isyarat eksternal seperti penjualan, diskon, atau tampilan produk yang menarik. Berbeda dengan belanja kompulsif, belanja impulsif tidak didorong oleh motivasi internal seperti mencari kesenangan atau mengatasi tekanan.

Pecandu belanja sering kali menjadi kecanduan dengan perilaku tersebut karena aktifitas berbelanja mampu melepaskan hormon endorfin dan dopamin di otak, menciptakan sensasi menyenangkan yang menjadi kecanduan.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Pusat Informasi Bioteknologi Nasional (NCBI) mengidentifikasi tiga kelompok pembeli berdasarkan faktor risiko psikologis untuk pembelian kompulsif:

  • Pembeli yang tidak bermasalah : Ditandai dengan rendahnya tingkat impulsif dan motif pembelian.
  • Pembeli perantara: Ditandai dengan tingkat motif pembelian terkait penguatan positif dan negatif yang lebih tinggi.
  • Pembeli bermasalah: Ditandai dengan frekuensi pembelian kompulsif yang lebih tinggi, perasaan kehilangan kendali yang lebih kuat, dan tingkat urgensi negatif serta motif mengatasi masalah yang lebih tinggi.

Menyembuhkan Kecanduan Shopping

Kecanduan belanja, seperti kecanduan lainnya, memerlukan pengobatan dan penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Itu dapat melibatkan terapi, pengobatan, dan pendekatan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan spesifik penderita.

Terapi untuk Kecanduan Shopping

Salah satu cara utama untuk mengatasi kecanduan belanja adalah melalui terapi. Tujuan dari pengobatan tersebut adalah untuk membantu penderita menghentikan dan mengendalikan perilaku pembelian bermasalah mereka, membangun pola pembelian yang sehat, dan mengembangkan keterampilan mengatasi masalah, manajemen stres, dan pemecahan masalah.

Proses terapi sering kali melibatkan identifikasi pemicu emosional yang mengarah pada belanja kompulsif dan upaya untuk menggantikan kebiasaan belanja yang tidak sehat dengan mekanisme penanganan yang lebih sehat. Terapi juga dapat membantu individu memahami masalah psikologis mendasar yang mungkin berkontribusi terhadap perilaku pembelian kompulsif mereka dan berupaya mengatasi masalah ini.

Pengobatan dan Pendekatan Lainnya

Selain terapi, pengobatan juga dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala kecanduan belanja. Farmakoterapi, termasuk obat-obatan seperti naltrexone, memantine, dan SSRI, dapat membantu mengatasi gejala dan memfasilitasi pemulihan.

Meskipun tidak ada obat untuk kecanduan belanja, penderita dapat memperoleh kembali kendali, meningkatkan kesehatan keuangan dan hubungan, dan berupaya mempertahankan kemajuan yang telah dicapai. Hal ini sering kali melibatkan kombinasi terapi, pengobatan, dan dukungan sebaya.

Kecanduan shopping adalah kondisi serius yang memerlukan bantuan profesional. Dengan perawatan dan dukungan yang tepat, kecanduan belanja dapat diatasi dan mendapatkan kembali kendali atas kebiasaan belanja yang lebih sehat.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top