Penyalahgunaan narkoba adalah fenomena buruk yang mempengaruhi kehidupan jutaan orang di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan berbagai dampak kesehatan, fisik, emosional, dan psikologis. Apa yang dimaksud narkoba, apa saja dampaknya dan bagaimana cara mengatasinya? Artikel berikut akan menjelaskannya dengan gamblang.
Pengertian Narkoba
Narkoba merupakan istilah lain dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan ketergantungan.
Sedangkan psikotropika yaitu zat atau obat, baik alami maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Pengertian obat terlarang yaitu jenis jenis obat medis yang tidak memiliki izin edar dari pihak berwenang dan dapat membahayakan kesehatan atau jiwa penggunanya bila digunakan tanpa petunjuk dari dokter.
Contoh narkotika salah satunya morfin. Morfin merupakan alkaloid analgesik yang sangat kuat yang ditemukan pada opium. Senyawa tersebut bekerja langsung pada sistem saraf pusat sebagai penghilang rasa sakit. Memakainya biasanya dengan disuntikkan ke otot atau pembuluh darah. Pengguna bisa mengalami penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Contoh psikotropika adalah obat diazepam. Diazepam adalah obat penenang yang termasuk dalam kelompok benzodiazepin. Obat ini bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat serta mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Efek samping pemakaian yang utama yaitu menurunnya kesadaran pengguna, kebingungan, berkeringat, dan perubahan suasana hati.
Sementara contoh obat terlarang adalah putaw. Putaw adalah obat yang mengandung campuran antara heroin dan kafein. Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan dan kerusakan organ tubuh. Efek samping pemakaian putaw seperti merasakan efek tenang, tertidur atau pingsan, dan kejang otot.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Penggunaan narkotika, psikotropika, dan obat terlarang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan fungsi organ tubuh, penurunan daya tahan tubuh, gangguan kognitif, depresi, psikosis, dan bahkan kematian. Penyalahgunaan narkoba juga dapat berdampak pada aspek sosial, ekonomi, dan hukum, seperti kerusakan hubungan keluarga, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, kriminalitas, dan penjara.
Dampak Kesehatan dan Fisik Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak fisik yang parah pada tubuh. Efek ini dapat bervariasi tergantung pada jenis narkoba yang digunakan, jumlah yang digunakan, dan frekuensi penggunaan. Beberapa dampak fisik yang umum dari penyalahgunaan narkoba meliputi:
- Kerusakan otak: Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kerusakan pada otak, menyebabkan gangguan fungsi kognitif, kehilangan ingatan, dan gangguan neurologis lainnya.
- Kerusakan kardiovaskular: Narkoba dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan pembuluh darah, menyebabkan serangan jantung, stroke, dan masalah kardiovaskular lainnya.
- Gangguan pernafasan: Menghisap jenis narkoba seperti ganja dan kokain dapat merusak paru-paru, menyebabkan masalah pernafasan seperti bronkitis kronis dan emfisema.
- Kerusakan hati: Penyalahgunaan zat terlarang dapat menyebabkan kerusakan hati, menyebabkan penyakit hati, sirosis, dan gagal hati.
- Kerusakan saluran cerna: Obat-obatan terlarang dalam kelompok narkoba dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, sehingga menyebabkan masalah saluran cerna seperti maag, mual, dan muntah.
Dampak Kesehatan Mental dan Psikologis akibat Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba juga dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan emosional dan psikologis seseorang. Efeknya bisa berbeda-beda tergantung jenis narkoba yang digunakan, jumlah dan juga frekuensi penggunaan. Beberapa dampak emosional dan psikologis yang umum dari penyalahgunaan narkoba diantaranya :
- Depresi: Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya.
- Kecanduan: Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kecanduan, yang merupakan perjuangan seumur hidup bagi banyak orang.
- Isolasi sosial: Penyalahgunaan narkoba pun dapat menyebabkan isolasi sosial, sehingga menyulitkan individu untuk menjaga hubungan yang sehat dengan teman dan keluarga serta masyarakat.
- Masalah keuangan: Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan masalah keuangan, karena seorang pecandu berpotensi menghabiskan banyak uang untuk membeli narkoba atau kehilangan pekerjaan karena kecanduannya.
- Masalah hukum: Penyalahgunaan narkoba juga dapat menimbulkan masalah hukum, karena seseorang mungkin melakukan aktivitas ilegal untuk mendapatkan narkoba atau karena efek dari narkoba tersebut.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kehidupan Pribadi dan Profesional
Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan dengan keluarga dan teman. Individu yang berjuang melawan kecanduan mungkin menjadi terisolasi, karena mereka mungkin memprioritaskan penggunaan narkoba daripada menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta atau berpartisipasi dalam aktivitas yang dulu mereka sukai. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan tekanan finansial, sehingga menyulitkan pengguna narkoba untuk menafkahi dirinya sendiri atau keluarganya.
Penyalahgunaan narkoba juga dapat berdampak signifikan terhadap kehidupan profesional seseorang. Mereka yang berjuang melawan kecanduan mungkin merasa kesulitan untuk mempertahankan pekerjaan atau bekerja dengan baik karena dampak fisik dan emosional dari penyalahgunaan narkoba. Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat mengakibatkan masalah hukum seperti penangkapan atau penahanan, yang selanjutnya dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mempertahankan pekerjaan tetap.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba terhadap Kehamilan dan Persalinan
Penyalahgunaan narkoba selama kehamilan dapat menimbulkan dampak buruk bagi ibu dan anak. Zat narkoba dapat melewati plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin, sehingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti berat badan lahir bayi yang rendah, kelahiran prematur, dan keterlambatan perkembangan bayi. Selain itu, penyalahgunaan narkoba selama kehamilan meningkatkan risiko komplikasi seperti keguguran, lahir mati, dan sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Penyalahgunaan narkoba juga bisa berdampak pada persalinan. Wanita yang menyalahgunakan narkoba mungkin mengalami kesulitan selama persalinan, termasuk persalinan yang lama, pendarahan, dan mengalami infeksi.
Bayi yang lahir dari ibu yang menyalahgunakan narkoba selama kehamilan mungkin mengalami gejala putus obat setelah lahir, yang dapat mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan benar. Karena itu sangat penting bagi wanita hamil yang berjuang melawan kecanduan narkoba untuk mencari bantuan guna melindungi kesehatan mereka sendiri dan kesehatan janin yang sedang berkembang.
Dampak Jangka Panjang Narkoba pada Otak dan Fungsi Kognitif
Penggunaan narkoba dalam jangka panjang dapat berdampak besar pada otak dan fungsi kognitif. Penyalahgunaan narkoba kronis dapat menyebabkan perubahan kimia, struktur, dan fungsi otak yang dapat menghasilkan efek jangka panjang pada kognisi.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada sistem penghargaan otak, yang bertanggung jawab atas perasaan senang dan motivasi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk merasakan kesenangan dari imbalan alami seperti makanan atau interaksi sosial, sehingga menyulitkan individu untuk melakukan perilaku sehat.
Selain itu, penyalahgunaan narkoba kronis pun dapat menyebabkan berkurangnya materi abu-abu di area otak yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan, pengendalian diri, dan pengaturan emosi. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan penilaian, impulsif, dan kesulitan mengelola emosi.
Penggunaan narkoba jangka panjang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan psikosis. Gangguan ini selanjutnya dapat mengganggu fungsi kognitif dan menyulitkan individu untuk menjaga hubungan atau pekerjaan yang sehat. Secara keseluruhan, dampak penggunaan narkoba jangka panjang terhadap otak dan fungsi kognitif bisa sangat buruk.
Dampak Narkoba pada Kekebalan Tubuh dan Risiko Infeksi
Penyalahgunaan narkoba dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini karena narkoba seperti opioid, metamfetamin, dan kokain dapat menekan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Para pengguna narkoba pun lebih muda terserang penyakit baik ringan maupun berat.
Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat mengarah pada perilaku berisiko seperti berbagi jarum suntik atau melakukan hubungan seks tanpa kondom, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi. Ketika sistem kekebalan melemah karena penyalahgunaan narkoba, seseorang mungkin lebih rentan terhadap berbagai infeksi termasuk HIV/AIDS, hepatitis B dan C, tuberkulosis (TB), dan pneumonia.
Selain itu, penyalahgunaan narkoba dapat mempersulit individu untuk menerima perawatan medis yang tepat untuk infeksi ini. Mereka yang berjuang melawan kecanduan mungkin cenderung tidak mencari pertolongan medis atau mematuhi program pengobatan karena tekanan keuangan atau ketakutan akan konsekuensi hukum.
Dampak Overdosis Narkoba
Penyalahgunaan narkoba bisa menyebabkan overdosis (OD) yang berisiko fatal. Overdosis terjadi ketika seseorang mengonsumsi narkoba dalam jumlah yang beracun, menyebabkan efek fisik dan psikologis yang parah yang dapat mengancam jiwa.
Tanda-tanda fisik dan psikologis dari overdosis narkoba dapat bervariasi tergantung pada jenis narkoba yang diminum dan apakah narkoba tersebut dikonsumsi bersamaan dengan zat lain. Tanda dan gejala umum overdosis narkoba dapat meliputi:
- Pupil mata mengecil.
- Berjalan tidak stabil.
- Sakit dada.
- Kesulitan bernapas yang parah, pernapasan dangkal, atau penghentian napas total.
- Suara gemericik yang menandakan saluran napas orang tersebut tersumbat.
- Bibir atau jari berwarna biru.
- Mual atau muntah.
- Suhu tubuh yang sangat tinggi.
- Perilaku kekerasan atau agresif.
- Disorientasi atau kebingungan.
- Paranoia.
- Agitasi.
- Kejang atau tremor.
- Tidak responsif.
- Ketidaksadaran.
- Kematian.
Seseorang mungkin tidak menunjukkan semua atau bahkan sebagian besar tanda-tanda ini, dan lamanya waktu overdosis dapat bervariasi tergantung pada faktor lain seperti respons tubuh, jenis zat, jumlah yang diminum, dan seberapa parah overdosisnya. Bahkan beberapa gejala saja bisa menandakan seseorang mengalami overdosis.
Menyalahgunakan narkoba jenis apa pun, selalu ada risiko overdosis. Namun, tindakan dan kondisi tertentu dapat semakin meningkatkan risiko ini, dan penting untuk mewaspadainya guna mengurangi kemungkinan seseorang mengalami overdosis. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko overdosis antara lain:
- Ketergantungan fisiologis yang signifikan pada suatu obat atau narkoba tertentu.
- Overdosis sebelumnya.
- Menyalahgunakan berbagai zat, termasuk alkohol.
- Mengonsumsi sejumlah besar narkoba sekaligus.
- Tak menyelesaikan program pengobatan penyalahgunaan narkoba.
- Meningkatkan dosis suatu zat narkoba secara bertahap seiring berjalannya waktu.
- Keengganan untuk mencari bantuan darurat saat dibutuhkan.
- Penggunaan narkoba intravena.
- Baru saja dibebaskan dari penjara.
- Upaya bunuh diri sebelumnya.
- Melanjutkan penggunaan narkoba setelah periode pantang.
- Tingkat toleransi fisik yang rendah.
Toleransi mengacu pada keadaan yang terjadi ketika tubuh pengguna sudah terbiasa dengan keberadaan suatu zat narkoba, sehingga memerlukan peningkatan jumlah atau dosis zat yang lebih sering untuk mencapai rasa mabuk yang sebelumnya dirasakan dengan dosis yang lebih kecil. Jika pengguna terus meningkatkan dosis atau mengonsumsi obat lebih sering, tentu memiliki risiko overdosis yang lebih tinggi.
Toleransi juga dapat mempengaruhi risiko overdosis dengan cara lain. Misalnya, orang-orang dengan riwayat penyalahgunaan narkoba yang kronis atau berat dapat mengembangkan toleransi yang cukup besar terhadap efek suatu jenis narkoba. Itu memungkinkan mereka untuk mengonsumsi lebih banyak dibandingkan seseorang yang memiliki sedikit riwayat penggunaan zat tersebut. Setelah upaya untuk berhenti menggunakan narkoba, atau periode pantang apa pun, toleransi dapat mereda. Namun jika orang tersebut tiba-tiba kembali menggunakan narkoba tersebut, terutama dalam dosis yang biasa mereka gunakan, kemungkinan terjadinya overdosis akan lebih besar.
Berbagai Jenis Program Perawatan untuk Pecandu Narkoba
Ada beberapa jenis program perawatan yang tersedia untuk mereka yang sedang berjuang melawan kecanduan narkoba. Setiap program rehabilitasi narkoba itu memiliki pendekatan uniknya sendiri dan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pasien.
- Program Rehabilitasi Residensial
Rehabilitasi residensial, juga dikenal sebagai perawatan rawat inap, adalah program yang sangat terstruktur yang mengharuskan tinggal di fasilitas perawatan untuk jangka waktu yang lama. Jenis program ini ideal bagi para pecandu yang membutuhkan dukungan dan pengawasan intensif selama proses pemulihannya.
Program rehabilitasi residensial biasanya melibatkan sesi terapi individu dan kelompok, serta aktivitas lain seperti olahraga dan meditasi serta berbagai aktifitas pendukung lainnya. Lamanya masa tinggal dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan pasien, tetapi biasanya berkisar antara 30 hari hingga 90 hari.
- Program Rehabilitasi Rawat Jalan
Program rawat jalan kurang intensif dibandingkan rehabilitasi residensial namun tetap memberikan dukungan tingkat tinggi bagi para pecandu dalam proses pemulihan. Program rawat jalan memungkinkan pasien untuk menerima pengobatan sambil tetap menjalankan tanggung jawab sehari-hari seperti bekerja atau sekolah.
Program rawat jalan pecandu narkoba biasanya melibatkan sesi terapi reguler, baik secara tatap muka atau dalam kelompok. Sesi ini dapat berlangsung pada siang atau malam hari, tergantung pada jadwal kegiatan pasien.
- Grup Pendukung (Support Groups)
Kelompok pendukung atau support groups akan memberikan dukungan sejawat bagi para pecandu yang sedang dalam proses pemulihan. Kelompok-kelompok tersebut akan menawarkan ruang aman bagi individu untuk berbagi pengalaman dan terhubung dengan orang lain yang mengalami masalah serupa.
Kelompok pendukung biasanya melibatkan pertemuan rutin di mana para anggota dapat berbagi cerita dan menawarkan dukungan satu sama lain. Pertemuan tersebut gratis dan terbuka bagi siapa saja yang sedang berjuang melawan kecanduan narkoba.
Dengan rencana pengobatan yang tepat, mereka yang sedang berjuang melawan kecanduan narkoba dapat mencapai pemulihan jangka panjang. Perawatan mungkin melibatkan kombinasi terapi bantuan pengobatan, konseling, dan kelompok dukungan. Dokter dan profesional kesehatan yang akan menganalisa jenis rehabilitasi yang tepat untuk orang per orang.
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Kita dapat memerangi penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan obat terlarang dengan upaya bersama dari berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, keluarga, sekolah, media, dan lembaga kesehatan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah penyuluhan, sosialisasi, pemberantasan, rehabilitasi, dan pemberdayaan.
Penyuluhan dan sosialisasi dapat dilakukan dengan cara memberikan informasi yang benar dan jelas tentang bahaya narkoba. Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara menindak tegas para pengedar dan bandar narkoba. Rehabilitasi dapat dilakukan dengan cara memberikan bantuan medis dan psikologis kepada para pengguna narkoba untuk membantu mereka keluar dari ketergantungan. Sementara pemberdayaan dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan dan bantuan finansial kepada mantan pengguna agar mereka dapat hidup mandiri dan produktif.
Dalam upaya memerangi penyalahgunaan narkoba, peran masyarakat sangatlah penting. Masyarakat dapat membantu dengan cara melaporkan kegiatan pengedar dan bandar narkoba kepada pihak berwenang. Masyarakat juga dapat membantu dengan cara memberikan dukungan dan bantuan kepada para pengguna narkotika, psikotropika, dan obat terlarang agar mereka bisa segera terbebas dari ketergantungan.
Kita harus bersama-sama memerangi penyalahgunaan narkoba agar kita dapat hidup sehat, mandiri, dan produktif. Mari kita jaga kesehatan dan kehidupan kita dengan tidak menggunakan narkotika, psikotropika, dan obat terlarang.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka