Narkotika Golongan 1 Apa Saja dan Seberapa Besar Bahayanya - Ashefa Griya Pusaka

Narkotika Golongan 1 Apa Saja dan Seberapa Besar Bahayanya

Narkotika Golongan 1 Apa Saja dan Seberapa Besar Bahayanya
Share on:

Mungkin belum banyak yang tahu bahwa 26 Juni adalah Hari Anti Narkoba Sedunia.  Narkoba kepanjangannya yaitu Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Ini adalah bahan yang apabila dikonsumsi bisa mengganggu pikiran, mood hingga perilaku. Di Indonesia, dikenal pula narkotika golongan 1. Narkotika Golongan 1 Apa Saja macamnya?

Jadi menurut UU No. 22 tahun 1997 Narkotika dikategorikan dalam 3 golongan terdiri dari :

  • Narkotika golongan I yaitu kelompok narkotika paling berbahaya. Kemampuan adiktifnya sangat kuat. Narkotika golongan 1 ini hanya dapat diaplikasikan dalam penelitian dan ilmu pengetahuan. Misalnya : heroin, ganja, kokain, opium dan morfin.
  • Narkotika golongan II yaitu kelompok narkotika dengan daya adiktif kuat dan bisa digunakan dalam pengobatan dan penelitian. Misalnya  : benzetidin, petidin dan betametadol.
  • Narkotika golongan III yaitu narkotika dengan daya adiktif rendah, dan berguna dalam pengobatan dan penelitian. Misalnya : Codein beserta zat yang diturunkan darinya.

Heroin

Heroin adalah salah satu narkoba yang paling kuat, penggunaan pertama pun sudah sangat adiktif. Jenis narkotika golongan 1 ini dijual dalam bentuk murni, tetapi lebih sering dicampur dengan berbagai zat lain untuk mengurangi biaya produksi dan menghasilkan lebih banyak keuntungan. Menurut sejarahnya, pada awal abad ke-20, zat itu digunakan untuk mengobati batuk dan gangguan saraf. Heroin juga telah digunakan sebagai obat untuk meredakan keinginan mengidam opium dan morfin. Namun, dokter dengan cepat menyadari bahwa obat ini tidak kalah adiktifnya, dan bahayanya bagi tubuh sangat besar.

Komponen utama jenis narkotika golongan 1 ini terdiri dari : Papaverin, Diacetylmorphine, Morfin, Kodein, dan asetilkodein. Sifat yang khas dari obat ini adalah efek kecanduannya yang sangat cepat. Penggunaan pertama atau kedua sudah bisa membuat orang menjadi pecandu. Heroin memiliki efek kumulatif, tetap berada di jaringan tubuh, sehingga sangat sulit bagi pengguna bisa melepaskan sendiri jeratnya.

Efek heroin segera setelah di konsumsi yaitu: Euforia dan kebahagiaan, kehangatan yang menyenangkan di seluruh tubuh, energi meningkat secara signifikan. Selanjutnya, pengguna akan merasa damai, tenang, libido meningkat dan sensasi saat berhubungan seks pun meningkat. Proses fisiologis tubuh akhirnya melambat, sehingga pecandu narkoba ini berperilaku aneh.

Durasi efek heroin di tubuh biasanya sekitar 6-12 jam. Sehari setelah penggunaa terakhir maka gejala putus obat atau sakau terjadi. Setelah 2-4 suntikan heroin, efeknya berangsur-angsur melemah. Pecandu tidak lagi merasa euforia dan santai sehingga ia pun akan meningkatkan dosis konsumsi. Kecanduan yang dirasakan tubuh juga semakin meningkat sehingga tidak mungkin bagi pecandu bisa berusaha sendiri berhenti menggunakan heroin.

Heroin adalah zat yang sama adiktifnya baik pada tingkat fisik maupun psikologis. Kerusakan tubuh dan mental dari zat itu mengerikan, hanya sedikit yang bisa menahannya sendiri. Dalam hal ini, sangat sering pengguna akhirnya meninggal. Dalam kasus overdosis biasanya diberikan obat penawar secepat mungkin. Untuk heroin, obat itu adalah Naloxone. Fungsinya adalah memblokir reseptor tempat heroin bekerja. 

Ganja

Ganja juga dimasukkan dalam narkotika golongan 1 yang berasal dari bunga kering, biji dan daun tanaman ganja (Cannabis Sativa). Campuran bahan ini berwarna hijau, coklat, dan abu-abu. Seperti semua jenis bahan cannabinoid, ganja diklasifikasikan  sebagai narkoba dengan efek halusinogen atau membuat pecandu selalu berhalusinasi.

Pada abad ke-19, ahli bedah tentara adalah yang pertama menggunakan ganja untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi dan untuk meredakan kejang. Cannabidiol masih digunakan sampai sekarang untuk membuat obat antiepilepsi.

Ganja biasanya dihisap, jarang yang diseduh seperti teh atau dicampur dengan makanan. Jika daun kering ganja digulung maka akan menjadi cerutu yang kemudian dihisap. Ganja di beberapa negara kadang digunakan dalam pengobatan sebagai analgesik, antiemetik, obat penenang, dll. Dengan penggunaan yang tepat di bawah pengawasan dokter, biasanya ketergantungan pada ganja tidak akan terjadi. Ada bentuk lain yang dinamakan Hashish yang diperoleh dari jus rami tanaman ganja yang tampilannya seperti susu. Efek merokok hashish ini adalah 6 kali lebih kuat dari efek daun ganja.

Efek ganja pada tubuh akan bekerja dalam beberapa menit setelah dikonsumsi. Semua sensasi (rasa makanan, suara, bau) menjadi lebih berbeda. Euforia pun akan dirasakan pengguna, waktu seakan melambat. Tanda-tanda fisiologis dari penggunaan ganja mungkin termasuk : mulut kering, mata merah, relaksasi kelopak mata, nadi cepat, kelemahan otot, dan rasa lapar yang tiba-tiba. Klimaks terjadi 30 menit setelah penggunaan dan akan masih bertahan setelah 2-3 jam. Terkadang pengguna tertawa tanpa alasan.

Jika dosis efektif untuk orang tertentu terlampaui 3-4 kali maka akan menimbulkan efek berupa perasaan takut, panik, dan paranoia. Kemudian bila pecandu menggunakan terlalu banyak sampai overdosis maka beberapa gejala yang muncul seperti kera otak terhambat, ucapan tidak koheren, dan sulit untuk menggerakkan anggota badan. Orang lain dapat mengenali seorang perokok ganja dengan bau harum rumput terbakar dari tubuh dan pakaiannya.

Ada jenis yang paling berbahaya dari ganja adalah apa yang dinamakan Khimka, pengganti ganja. Jenis baru narkoba ini dibuat dalam kondisi artisanal menggunakan pelarut (aseton, bensin, dll.). Bahaya ganja akan berlipat ganda jika dalam pembuatannya menggunakan standar rendah atau menambahkan beberapa bahan sintetis. Penggunaan ganja yang sering akan menyebabkan sindrom amotivasional yaitu hilangnya minat pada semua aktivitas yang membutuhkan perhatian dan ketekunan. Tanda-tanda lain dari penggunaan ganja meliputi: kekebalan menurun, penurunan potensi, kehilangan memori, apatis, dan mengantuk.

Penggunaan ganja yang berkepanjangan, risiko penyakit kardiovaskular dan konsekuensi lain dengan jantung meningkat. Perokok ganja mengalami pun bisa mengalami gagal ginjal. Secara paralel, aktivitas sosial hilang, paranoia berkembang, pengguna pun menarik diri dari orang lain, dan manifestasi emosi berkurang menjadi nol. Perokok ganja akan kehilangan kesenangan dan kegembiraan dari hal-hal yang layak untuk dijalani. Pada akhirnya, kebosanan membuat seseorang mencoba jenis narkoba yang lebih keras atau konsumsi ganja lebih banyak yang akhirnya akan membuat kecanduan parah.

Cara berhenti menggunakan ganja sebenarnya dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan dokter. Dengan kecanduan ganja ringan, cukup mengikuti aturan sederhana berikut ini :

  • Mengubah lingkungan, memutuskan semua hubungan dengan teman yang menggunakan narkoba;
  • Buang semua perangkat untuk merokok ganja (bong, bubbler);
  • Ubah tempat kerja dan tempat tinggal dari tampilan sebelumnya (terkadang tindakan drastis seperti itu paling berhasil);
  • Temui psikoterapis atau mendaftar untuk pertemuan terbuka dengan para mantan pecandu narkoba.

Namun, bila mengalami kecanduan yang parah, pengguna harus mencari bantuan dari pusat rehabilitasi. Di pusat rehabilitasi narkoba Ashefa Griya Pusaka, pasien akan tinggal bersama para pengguna lain, jauh dari kerabat, teman, dan pengedar ganja. Di tempat ini efek kecanduan benar-benar dirawat hingga sembuh dan tak ada lagi keinginan untuk menggunakan ganja.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top