Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Narkotika Bagi Orang dengan HIV - Ashefa Griya Pusaka

Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Narkotika Bagi Orang dengan HIV

Pelaksanaan Layanan Rehabilitasi Narkotika Bagi Orang dengan HIV
Share on:

Jumlah estimasi orang dengan HIV di kalangan pengguna narkotika suntik saat ini mencapai lebih dari 150 ribu jiwai dan ini belum termasuk orang dengan HIV yang memiliki latar belakang menggunakan narkotika non suntik (amphetamine). HIV adalah virus yang menginfeksi jenis sel darah putih yang disebut sel T CD4+. Sel-sel ini memediasi respon imun terhadap bakteri infeksi. Jika tidak menjalankan pengobatan, maka HIV dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV sekarang dapat dikelola sebagai penyakit kronis dengan antiretroviral terapi (ART). Selain itu, dapat dicegah melalui strategi pengurangan dampak buruk (mis., program layanan kondom dan jarum suntik) dan intervensi medis (misalnya, pra-pajanan profilaksis [PrEP] dan profilaksis pasca pajanan [PEP). Penggunaan ART secara konsisten dapat menekan jumlah virus hingga titik tidak terdeteksi dan hal ini juga mengurangi risiko penularan HIV.

Untuk orang yang hidup dengan HIV yang juga mengalami gangguan penggunaan zat narkotika secara bersamaan, layanan rehabilitasi narkotika yang efektif dapat  mengintegrasikan perawatan HIV dan meningkatkan kualitas kesehatan secara komprehensif. Program rehabilitasi narkotika yang komprehenisf patut menyediakan layanan pemeriksaan dan penilaian risiko HIV, tes, konseling, dan jejaring kerja yang baik dengan penyedia layanan HIV. Tidak hanya sampai disitu, layanan rehabilitasi narkotika pun turut melakukan pemutakhiran pemahaman dan pengetahuan terkait program pencegahan HIV terbaru seperti PrEP dan PEP.

Stigma dan diskriminasi pada Pengguna Narkotika dengan HIV

Pelaksanaan

Kendala yang sering dihadapi oleh pengguna narkotika dengan HIV dalam mengakses perawatan ialah stigma dan diskriminasi yang diterima baik dari masyarakat dan bahkan dari layanan kesehatan itu sendiri. Kompleksitas komorbiditas medis (misalnya, hepatitis virus) HIV, ketergantungan narkotika, dan gangguan mental yang terjadi bersamaan membutuhkan penanganan dari fasilitas layanan kesehatan yang memiliki kompetensi dan kapasitas dalam penyediaan layanan yang dibutuhkan termasuk di dalamnya penyediaan manajer kasus bagi setiap individu yang membutuhkan jenis layanan yang berbeda.

Faktor Penting dalam Layanan Rehabilitasi bagi Orang dengan HIV

Penyedia layanan rehabilitasi mungkin menghadapi berbagai tantangan saat bekerja dengan klien dengan komorbiditas medis yang salah satunya adalah HIV, termasuk tantangan dalam memberikan dan menyediakan dukungan pengobatan dari kondisi kesehatan yang dialami oleh klien.  Faktor kepatuhan, kondisi emosional, dukungan keluarga dan sebagainya merupakan beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh penyedia layanan rehabilitasi. Beberapa aspek lain yang perlu diperhatikan dan disediakan dalam sebuah layanan rehabilitasi antara lain:

  • Melakukan skrining, penilaian resiko dan pemeriksaan.

Penyedia layanan rehabilitasi harus meyediakan layanan penilaian resiko, skrining dan pemeriksaan HIV baik secara mandiri atau berjejaring dengan fasilitas layanan kesehatan terdekat. Penyediaan layanan ini merupakan langkah penting dalam upaya pemberian layanan rehabilitasi yang komprehensif yang tidak hanya terkonsentrasi pada masalah penggunaan narkotikanya semata namun termasuk juga di dalamnya dampak buruk yang ditimbulkan. Penting untuk diketahui prosedur, tata laksana dan aturan dalam pelaksanaan skrining dan pemeriksaan HIV.

  • Memotivasi konsumsi ARV secara konsisten

Mengkonsumsi ART secara konsisten dapat menekan jumlah virus HIV dalam tubuh dan mengurangi potensi penularan HIV di masa depan. Untuk klien dengan HIV, kepatuhan ART dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama pada metode layanan rawat jalan. Hal pertama yang perlu disediakan dalam memotivasi klien dengan HIV dalam mengakses ART dan merawat kepatuhan minum obat adalah dengan menyediakan edukasi dan pemahaman terkait ARV. Beberapa tema yang dapat disampaikan antara lain:

  • Pemahaman dasar HIV, termasuk menghilangkan stigma diskriminasi tentang HIV itu sendiri, rute penularan, dan pentingnya melaksanakan VCT (Voluntary Counseling Test)
  • Penerapan strategi pengurangan dampak buruk untuk mencegah penularan HIV yang diintegrasikan dengan rencana rawatan rehabilitasi
  • Kebijakan program pengobatan terkait HIV
  • Aturan mengenai kerahasiaan
  • Direktori penyedia layanan kesehatan HIV, termasuk tempat tes dan hotline
  • Layanan medis dan sosial yang tersedia dan cara mengakses
  • Melakukan Pemantauan terhadap interaksi ARV

Penyedia layanan rehabilitasi perlu memahami tentang interaksi yang mungkin timbul bilamana klien mulai menginisiasi ARV saat menjalani program rehabilitasi, situasi ini tentunya membutuhkan ketersediaan professional medis baik yang bekerja dalam lembaga rehabilitasi atau layanan rujukan. Perlu diketahui, proses pemantauan inisiasi ARV tetap dilakukan oleh SDM layanan rehabilitasi. Pentingnya peningkatan kapasitas SDM mengenai efek yang mungkin timbul dan interaksi dengan obat jenis lain yang dikonsumsi perlu menjadi perhatian terutama pada beberapa kondisi khusus pada klien seperti klien dengan HIV yang sedang hamil, atau dengan komorbid gangguan kesehatan mental yang membutuhkan intervensi farmakoterapi.

Kompenen Layanan Terintegrasi

  • Lembaga rehabilitasi memiliki prosedur operasional bagi klien untuk melaksanakan konseling kesiapan pelaksanaan tes HIV hingga rujukan untuk pelaksanaan tes.
  • Terdapatnya strategi pencegahan HIV bagi klien yang terintegrasi dengan program rehabilitasi dan rencana rawatan klien.
  • Melakukan kajian dan penilaian derajat keparahan klien serta resiko kesehatan yang mungkin timbul dalam penyusunan rencana rawatan klien  
  • Menyediakan layanan manajer kasus untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan perawatan klien dengan HIV
  • Menyediakan layanan konseling kepatuhan minum obat (ARV)
  • Mengembangkan modul peningkatan kapasitas bagi SDM dan  staf klinis tentang HIV, ARV, Faktor kerahasiaan, gender, etika dan aspek terkait lainnya

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top