Polusi udara di Kota Jakarta adalah masalah serius yang berdampak negatif pada kualitas udara dan kesehatan penduduk. Terbaru, Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan udara terkotor nomor satu sedunia. Sebenarnya indikator polusi udara apa saja yang diukur untuk menentukan kualitas udara di suatu kawasan?
Faktor Penyumbang Polusi Udara Kota Jakarta
Sebagai ibukota Indonesia, kota Jakarta tentu sangat sibuk. Berbagai aktifitas penduduknya setiap detik akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, termasuk kualitas udara. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap polusi udara di Jakarta antara lain:
- Kendaraan bermotor: Jumlah kendaraan bermotor yang tinggi di Jakarta adalah salah satu penyebab utama polusi udara. Kendaraan ini menghasilkan emisi seperti gas buang, partikulat, dan zat berbahaya lainnya ke atmosfer.
- Polusi udara dalam ruangan: Penggunaan bahan bakar fosil dalam rumah tangga untuk memasak dan pemanasan juga dapat menjadi sumber polusi udara dalam ruangan di Jakarta.
- Aktivitas industri: Jakarta adalah pusat ekonomi dan industri di Indonesia. Aktivitas industri dapat menghasilkan emisi polutan udara seperti belerang dioksida, nitrogen dioksida, dan partikel berbahaya.
- Pembakaran sampah: Pembakaran sampah terbuka di berbagai tempat di Jakarta dapat menghasilkan polusi udara yang signifikan, termasuk partikel-partikel berbahaya.
Dampak Polusi Udara di Jakarta
Produksi polusi udara yang terus menerus pada akhirnya akan berdampak pada manusia yang menghuni lingkungan di sana. Beberapa dampak polusi udara yang akan muncul diantaranya adalah :
- Masalah kesehatan: Polusi udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit pernapasan, asma, bronkitis, dan penyakit jantung. Anak-anak, lansia, dan individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada lebih rentan terhadap dampak kesehatan negatif dari polusi udara.
- Kerusakan lingkungan: Polusi udara dapat merusak lingkungan, termasuk tanaman, air, dan tanah. Ini dapat memengaruhi ekosistem lokal dan mengancam keberlanjutan lingkungan.
- Kemacetan lalu lintas: Kemacetan lalu lintas yang parah di Jakarta juga dapat meningkatkan polusi udara karena kendaraan bermotor yang terjebak dalam lalu lintas sering kali menghabiskan waktu lebih lama dengan mesin menyala.
Indikator Pengukuran Polusi Udara
Polusi udara biasanya diukur menggunakan berbagai indikator yang mencerminkan kualitas udara dan tingkat kontaminasi. Berikut adalah beberapa indikator utama yang digunakan untuk mengukur polusi udara:
1. Partikulat Matter (PM):
- PM2.5: Partikel halus dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer.
- PM10: Partikel dengan diameter kurang dari 10 mikrometer.
Partikel PM dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar, industri, dan aktivitas manusia. PM2.5 dianggap lebih berbahaya karena ukurannya yang sangat kecil dapat menembus lebih dalam ke dalam saluran pernapasan manusia.
2. Ozon (O3):
Ozon di atmosfer atas (stratosfer) bermanfaat karena melindungi dari sinar ultraviolet (UV) berbahaya. Namun, ozon di tingkat permukaan (troposfer) dapat menjadi polutan udara yang berbahaya dan membentuk kabut asap yang merusak.
3. Nitrogen Dioksida (NO2):
Gas ini dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan aktivitas industri. NO2 dapat mengiritasi saluran pernapasan manusia dan berkontribusi pada pembentukan hujan asam.
4. Belerang Dioksida (SO2):
Gas ini biasanya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara dan minyak bumi. SO2 dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan.
5. Karbon Monoksida (CO):
Gas beracun ini dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan dapat mengganggu kemampuan darah untuk membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
6. Timbal (Pb):
Timbal adalah logam berat yang pernah banyak digunakan dalam bahan bakar bensin tetapi sekarang telah dihapus. Paparan timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf dan perkembangan anak yang buruk.
7. Hidrokarbon Polisiklik Aromatik (PAH):
PAH adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk selama pembakaran bahan bakar fosil dan materi organik lainnya. Beberapa PAH bersifat karsinogenik.
8. Karbon Dioksida (CO2):
Meskipun CO2 adalah komponen alami udara, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat secara signifikan karena aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil. Ini adalah gas rumah kaca utama yang bertanggung jawab atas pemanasan global dan perubahan iklim.
9. Amoniak (NH3):
Amoniak adalah gas beracun yang dapat berasal dari pertanian dan industri. Paparan amoniak dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Indikator polusi udara ini diukur dalam unit-unit tertentu, seperti mikrogram per meter kubik (µg/m³) atau bagian per juta (ppm), tergantung pada jenis polutan yang diukur. Monitoring polusi udara penting untuk menjaga kualitas udara dan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Ragam Penyakit Akibat Polusi Udara
Polusi udara dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada manusia. Berikut beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara:
1. Gangguan pernapasan:
- Asma: Polusi udara dapat memicu atau memperburuk gejala asma pada individu yang sudah menderita penyakit ini.
- Bronkitis kronis: Paparan jangka panjang terhadap polutan udara dapat menyebabkan bronkitis kronis, yang ditandai oleh peradangan paru-paru dan produksi lendir berlebihan.
2. Infeksi saluran pernapasan atas:
Infeksi saluran pernapasan atas, seperti pilek dan flu, bisa lebih sering terjadi pada daerah dengan polusi udara yang tinggi. Polusi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi.
3. Penyakit kardiovaskular:
- Penyakit jantung: Polusi udara dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, yang dapat mengakibatkan serangan jantung.
- Hipertensi: Paparan jangka panjang terhadap polusi udara juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
4. Penyakit pernapasan kronis:
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK): Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat menjadi faktor risiko utama untuk PPOK, yang meliputi penyakit paru-paru obstruktif kronis dan emfisema.
5. Kanker:
Polusi udara mengandung zat-zat berbahaya, seperti karsinogen (zat yang dapat menyebabkan kanker). Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru dan kanker lainnya.
6. Gangguan perkembangan anak:
Paparan polusi udara pada ibu hamil dapat berpotensi merusak perkembangan janin dan mengakibatkan masalah perkembangan pada anak, seperti gangguan neurologis.
7. Gangguan sistem saraf:
Beberapa penelitian telah mengaitkan polusi udara dengan gangguan neurologis, seperti penurunan fungsi kognitif dan peningkatan risiko penyakit Alzheimer.
8. Masalah kulit:
Polusi udara juga dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan iritasi, alergi kulit, dan masalah kulit lainnya.
9. Gangguan sistem kekebalan tubuh:
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya.
10. Kematian prematur:
Polusi udara yang parah dapat menyebabkan kematian prematur, terutama pada individu yang sudah menderita penyakit kronis.
Dampak polusi udara dapat bervariasi tergantung pada tingkat paparan, jenis polutan, dan faktor-faktor individu seperti usia, kondisi kesehatan, dan kepekaan individu terhadap polusi udara.
Upaya perlindungan terhadap polusi udara, seperti menghindari paparan yang berlebihan dan mendukung regulasi lingkungan yang ketat, dapat membantu mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.
Pemerintah dan berbagai organisasi di Jakarta telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah polusi udara. Ini termasuk mempromosikan transportasi berkelanjutan, mengurangi pembakaran sampah terbuka, meningkatkan penggunaan bahan bakar yang lebih bersih, dan melakukan pemantauan kualitas udara secara teratur.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka