Detoksifikasi medis dapat membantu Anda atau orang yang Anda kasihi yang sedang menjalani proses penghentian penggunaan narkoba atau alkohol secara aman sekaligus meminimalisir risiko komplikasi. Detoksifikasi medis tersedia di banyak klinik rehabilitasi narkoba dan merupakan cara pengobatan yang efektif untuk mengatasi kecanduan narkoba atau minuman keras.
Apa itu Detoksifikasi Medis?
Detoksifikasi medis adalah tahap pertama pengobatan dan pemulihan dari kecanduan narkoba. Perawatan ini akan mengelola dan mengurangi gejala putus obat (sakau) sehingga pasien dapat merasa lebih nyaman dan tidak terlalu merasakan sakit baik fisik maupun mental. Gejala sakau bisa menjadi pengalaman yang sangat sulit dan menyakitkan bagi banyak pecandu narkoba, namun detoksifikasi medis dijalankan untuk membuat fase pemulihan tersebut lebih “nyaman” dengan meminimalkan gejala.
Kebanyakan perawatan detoks medis melibatkan penggunaan obat-obatan yang memiliki kegunaan mengurangi gejala tertentu seperti sakit kepala, kecemasan, dan mual. Pasien yang sedang dalam proses berhenti menggunakan narkoba jenis opioid dan alkohol dapat diberikan obat tertentu yang dirancang untuk mengurangi atau menghilangkan semua gejala yang terkait dengan sindrom penarikan tersebut. Manfaat utama menjalani detoksifikasi medis yaitu adanya pengawasan secara ketat oleh tenaga medis sehingga dapat mengantisipasi dan mencegah komplikasi, serta pasien merasa nyaman dan tenteram selama prosesnya tersebut.
Siapa yang Membutuhkan Detoksifikasi Medis?
Detoksifikasi medis ditujukan bagi siapa saja yang secara fisik bergantung pada obat-obatan atau alkohol dan mengalami berbagai gejala ketika berusaha menghentikan penggunaan obat-obatan tersebut secara tiba-tiba. Alkohol, heroin, obat penghilang rasa sakit, benzodiazepin, kokain, sabu, dan obat untuk ADHD adalah jenis-jenis narkoba pembentuk kebiasaan yang seringkali memerlukan perawatan detoks medis. Menghentikan penggunaan jenis-jenis narkoba tersebut secara tiba-tiba akan dapat mengancam nyawa pecandu dan menyebabkan komplikasi termasuk kejang, dehidrasi, dan kegagalan organ terutama ketika mereka mencobanya sendiri tanpa pengawasan atau perawatan medis.
Ketergantungan fisik pada narkoba dan alkohol terjadi ketika pengguna mengembangkan toleransi terhadap narkoba yang mereka gunakan. Pengertian toleransi sendiri adalah seseorang yang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk mencapai efek yang diinginkan, atau mengalami efek yang berkurang ketika menggunakan jumlah yang biasa. Misalnya, seseorang yang mengembangkan toleransi terhadap alkohol mungkin memerlukan enam gelas bir agar bisa merasa bahagia dan rileks, namun mungkin tidak merasakan efek tersebut seperti yang mereka rasakan di masa lalu ketika hanya minum dua gelas bir. Siapapun yang toleran terhadap satu atau lebih zat maka berisiko mengalami ketergantungan fisik dan mengalami gejala sakau ketika mencoba menghentikan penggunaan narkoba secara tiba-tiba.
Cara Kerja Detoksifikasi Medis
Detoksifikasi medis biasanya dilakukan di lingkungan fasilitas rawat inap di klinik rehabilitasi narkoba di mana pasien harus tinggal di sana selama proses pengobatan. Rejimen pengobatan setiap pasien biasanya akan bersifat unik, berdasarkan beberapa faktor, termasuk narkoba yang mereka gunakan, tingkat keparahan gejala putus obat, dan kondisi kesehatan penyerta, dan masih banyak lagi. Pasien akan dievaluasi secara cermat oleh perawat, dokter, psikolog, dan profesional medis lainnya sebelum memulai pengobatan, dan menerima rencana detoks medis yang disesuaikan dengan kondisi mereka.
Umumnya, pasien yang menerima detoksifikasi medis dipantau sepanjang waktu saat mereka melalui proses penghentian penggunaan narkoba, dan banyak yang diberi obat tertentu untuk mengurangi gejalanya. Pasien diperbolehkan untuk berjalan-jalan atau berolahraga selama proses ini, termasuk untuk beristirahat dan bersantai di tempat tidur.
Alkohol
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, gejala putus alkohol biasanya dimulai dalam waktu enam hingga 24 jam setelah minuman terakhir dan dapat berlangsung hingga 10 hari. Pasien yang gejalanya ringan diberikan obat seperti ibuprofen untuk mengurangi sakit kepala.
Sementara pasien yang gejalanya sedang hingga berat diberikan diazepam untuk mengontrol dan menstabilkannya. Diazepam adalah obat dari golongan benzodiazepin yang dapat memperlambat sistem saraf pusat ketika dipercepat saat penghentian alkohol. Hasilnya, diazepam mengurangi risiko kejang, halusinasi, dehidrasi, dan fluktuasi berbahaya pada detak jantung dan suhu tubuh dimana itu semuanya semuanya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa terkait dengan penghentian alkohol. Pasien mungkin tetap mengonsumsi diazepam selama beberapa jam atau hari sampai gejalanya hilang sepenuhnya.
Opioid
Sakau karena kecanduan opioid terasa mirip dengan gejala flu dan dapat berlangsung antara empat hingga 20 hari berdasarkan jenis opioid yang digunakan. Pasien yang gejalanya ringan biasanya akan diberikan obat tertentu untuk mengatasinya. Namun, pasien yang gejalanya sedang hingga berat biasanya diberikan obat pengganti opioid seperti buprenorfin atau metadon.
Obat-obatan ini bekerja pada reseptor yang sama seperti opioid lainnya, namun tidak menghasilkan efek menyenangkan seperti kebahagiaan ekstrem, itulah sebabnya obat ini sangat efektif dalam mengurangi gejala putus obat. Banyak dokter yang secara bertahap akan mengurangi dosis buprenorfin atau metadon pada pasiennya hingga pasien tidak lagi mengalami gejala putus obat.
Benzodiazepin
Masa penghentian narkoba jenis benzodiazepin adalah salah satu yang terlama, karena dapat berlangsung dua hingga delapan minggu atau lebih. Detoksifikasi medis untuk benzodiazepin biasanya dilakukan dengan metode pengurangan dosis. Benzodiazepin yang digunakan diganti dengan diazepam dengan dosis setara, kemudian dosis dikurangi secara bertahap seiring berjalannya waktu hingga pasien berhenti mengalami gejala putus obat. Benzodiazepin tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, karena dapat menyebabkan kejang.
Narkoba Stimulan
Detoksifikasi medis untuk kokain, sabu dan ekstasi berfokus pada pengobatan gejala penarikan tertentu, biasanya berlangsung antara tiga hingga lima hari. Narkoba stimulan cenderung menghasilkan lebih banyak gejala sakau secara psikologis, termasuk agitasi dan depresi yang memerlukan pengobatan dengan obat penenang dan antipsikotik. Banyak pasien tetap menjalani pengobatan psikiatrik selama beberapa bulan setelah gejala putus obat akut berakhir, dan akhirnya beralih ke program rehabilitasi narkoba untuk menjalani terapi perilaku.
Manfaat Utama Detoksifikasi Medis
Detoksifikasi medis adalah cara teraman untuk pulih dari ketergantungan narkoba dan alkohol. Proses ini melibatkan penanganan gejala sakau dengan tetap diawasi secara ketat dan dirawat oleh tim profesional medis yang sangat berpengalaman.
Gejala penarikan obat bisa sangat berbahaya dan berisiko terutama bagi mereka yang mencoba berhenti mengonsumsi alkohol, benzodiazepin, dan opioid. Alkohol dan benzodiazepin bisa menghasilkan risiko kejang dan gagal jantung, sedangkan opioid memiliki risiko kambuh dan overdosis.
Detoksifikasi medis memungkinkan pasien dirawat dengan obat-obatan yang secara efektif dapat mengurangi gejala dan membuat mereka merasa lebih nyaman. Misalnya, obat penghentian opioid buprenorfin dan metadon hanya dapat diresepkan oleh dokter yang menerima pelatihan khusus dan sertifikasi tentang cara menggunakan obat-obatan tersebut secara bertanggung jawab dan tepat.
Menghadapi dan menangani gejala sakau sendiri bisa jadi menakutkan dan sulit, terutama jika Anda tidak memiliki pengetahuan medis, akses terhadap obat-obatan yang diperlukan, atau teman dan keluarga yang dapat membantu.
Detoksifikasi medis dapat membuat Anda tetap aman, mengurangi risiko komplikasi, dan memberi Anda semua kenyamanan yang Anda butuhkan saat Anda pulih dari ketergantungan narkoba dan alkohol. Selain itu, semua perawatan detoksifikasi medis selalu disesuaikan untuk setiap pasien untuk memastikan proses pemulihan berjalan dengan tepat.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka