Terapi kognitif perilaku merupakan cara yang paling efektif untuk membantu mengatasi masalah kecemasan yang sedang dialami, hal ini juga bisa membantu untuk pemulihan pada korban penyalahgunaan narkoba.
Setiap individu memiliki kemungkinan akan mempunyai gangguan kecemasan umum. Bahkan, berpotensi untuk berkembang menjadi hal yang buruk bagi penderitanya. Yakni, mengurangi kualitas hidup mereka. Sebab itulah, beberapa darinya menjalani terapi kognitif guna mengobati kecemasan yang dimiliki.
Penyalahgunaan NAPZA memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan gangguan kecemasan. Buat kamu yang ingin mendapatkan program rehabilitasi narkoba segera hubungi Ashefa Griya Pusaka sekarang juga.
Pengertian Terapi Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Cognitive Behavioral Therapy atau terapi kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi. Yang mana dalam hal ini, mereka mengkombinasikan terapi perilaku dan terapi kognitif perilaku guna untuk membantu pasien menghadapi kecemasan umum yang dimilikinya.
Selain itu, terapi kognitif juga membantu pasien yang memiliki gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder) sering kali disebut GDA dalam mengubah pola pikir mereka. Yakni, yang awalnya pendirita berpikiran negatif. Maka, bisa diubah menjadi pola pikir positif.
Indikasi Terapi Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) digunakan untuk membantu mereka yang memiliki gangguan kecemasan dan pola pikir negatif. Oleh karena itu, ini sangat mungkin untuk diterapkan oleh pasien dari segala usia yang mengalami beberapa kondisi seperti pada penjabaran berikut.
- Depresi
Depresi adalah kondisi dimana penderitanya akan mengalami gangguan pada suasana hatinya. Biasanya, dapat ditandai dengan munculnya perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Mereka dinobatkan sebagai penderita depresi ketika mereka bersedih lebih dari 2 minggu dan putus harapan.
Depresi bisa menyerang siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya itu, ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena dapat memicu terjadinya hal yang tidak diinginkan. Seperti, penurunan produktivitas kerja, gangguan hubungan sosial penderitanya, bahkan muncul keingininan bunuh diri.
- Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar disorder adalah gangguan pada mental penderitanya yang biasanya dapat ditandai dengan perubahan suasana hati mereka secara drastis. Tidak mengherankan, jika para penderita gangguan ini mudah sekali merasa sedih dan kemudian berubah menjadi sangat bahagia secara cepat.
Sering kali ditemukan, para penderita gangguan bipolar mengalami kecacatan. Bahkan, kematian akibat munculnya rasa ingin bunuh diri. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter dan psikoterapi guna membantunya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Gangguan Kecemasan
Setiap individu tentunya pernah merasa cemas dan gugup, dan itu merupakan hal yang wajar terjadi saat mereka hendak menghadapi situasi tertentu membuatnya seolah tertekan dengan keadaan tersebut. Seperti, saat akan melakukan interview kerja, sebelum ujian, dan mengambil surat pemeriksaan dokter.
Disisi lain, rasa cemas atau gugup yang dikenal sebagai anxiety berlebihan dan tak terkontrol tidaklah bagus bagi para penderitanya. Karena dapat mengakibatkan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari mereka. Sering kali penderita gangguan ini menyembunyikan gejalanya serta bertingkah seolah ia baik-baik saja.
OCD merupakan kondisi dimana penderitanya mengalami gangguan pada mentalnya yang mengakibatkan mereka melakukan suatu hal atau akitifitas berulang-ulang. Selain itu, dampak negatif juga diperoleh saat penderita gangguan ini tidak melakukan hal itu. Ia akan merasa cemas dan takut secara berlebihan.
Gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Mereka yang terjangkit OCD sering kali kesulitan dalam menyadari bahwa pikiran dan tindakannya itu berlebihan. Oleh karena itu, terapi kognitif dilakukan guna membantunya mengendalikan pikiran dan tindakan mereka.
Cara Kerja Terapi Kognitif
Tidakkah kalian penasaran akan cara kerja terapi kognitif perilaku yang bisa digunakan untuk menangani dan menyembuhkan pasiennya dari gangguan kecemasan umum (GDA)?. Sebenarnya, terapi ini memiliki tahap yang harus ditempuh oleh pasien dan juga dokter. Berikut pembahasannya!
- Identifikasi Masalah
Hal pertama yang harus anda lakukan saat melakukan terapi ini adalah sadar akan masalah yang dimiliki. Biasanya, pasien diminta untuk menceritakan keluhan yang dia punya secara gamblang. Itu bisa berupa masalah kecanduan terhadap alkohol, insomnia, kesulitan menjalin hubungan, dan emosi tidak menentu.
Tahap ini dilakukan dengan tujuan agar terapis atau dokter dapat menentukan masalah sekaligus akar dari permasalahan tersebut. Setelah itu, dokter bisa membantu pasien dalam mengenali penyebab munculnya keluhan serta cara penyelesaiannya.
- Menyadari Pikiran dan Perasaan
Langkah selanjutnya yaitu, menyadari pikiran dan perasaan dimana pasien diminta untuk mengungkapkan emosi dan pikiran mereka ketika masalah itu muncul. Seperti, saat anda merasa bebas dan lepas dari masalah segera setelah mengonsumsi alkohol.
Tidak hanya itu, terapis biasanya akan meminta pasiennya untuk mencatat emosi dan pikiran mereka ketika masalah mulai bermunculan dalam sebuah buku harian atau jurnal. Dengan ini, mereka dapat menyadari bahwa pikiran dan perasaannya bisa berubah-ubah seiring dengan permasalahanyang terjadi.
- Mengatasi Pikiran Negatif
Guna membantu pasien menyadari adanya kesalahan dalam pola pikir mereka. Terapis sering kali memintanya untuk membandingkan permasalahan dalam situasi yang berbeda-beda. Seperti, saat ia berada dalam keadaan menegangkan dan muncul masalah yang harus diselesaikan dengan segera.
Dalam hal itu, mereka tidak boleh terpicu oleh masalah yang ada agar tidak gegabah sehingga menyebabkan dampak negatif. Disini, setiap individu perlu memperhatikan reaksi fisik, psikologis, dan emosinya sebelum menentukan penyelesaian yang akan berpengaruh positif padanya
- Re-struktur Pola Pikir
Tahap ini tergolong sulit karena pasien akan diminta untuk mengevaluasi pola pikir dan cara mereka memandang sebuah situasi berdasarkan akal sehat ataukah dengan cara yang salah. Oleh karena itu, bantuan terapi kognitif perilaku diperlukan guna mengendalikan perilaku seseorang saat dihadapkan pada masalah.
Selain itu, terapi kognitif juga akan mengajari pasiennya untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan satu masalah dengan lainnya, sekaligus dampak permasalahan tersebut dalam kehidupannya. Hal ini bertujuan untuk mengubah cara pandang seseorang saat menilai masalah yang muncul.
Cara Menghindari Efek Negatif Terapi Kognitif
Terapi kognitif hanya akan dilakukan Ketika seorang pasien sudah menunjukkan beberapa gejala yang serius. Diantaranya seperti fobia, gangguan tidur dan pola makan, penyalahgunaan alcohol, gangguan bipolar dan seksual, rasa panik berlebihan, skizofrenia hingga OCD.
Terapi kognitif memang hanya akan dilakukan jika masalah yang dialami berhubungan dengan pikiran, perasaan dan Tindakan. Namun sebenarnya solusi ini masih belum cocok diterapkan pada semua orang sehingga harus benar-benar sesuai dari arahan dokter.
Selain itu, dalam pelaksanaannya harus memerlukan kerja sama dengan terapis dan komitmen kuat dari penderita sendiri. Tujuannya agar bisa mencapai hasil maksimal sebagai solusi pengobatan. Apabila kondisi ini tetap terjaga maka periode dilakukannya terapi bisa dilakukan secara lebih singkat. Demikianlah pembahasan lengkap terkait terapi kognitif perilaku mulai dari pengertian, indikasi, hingga cara kerjanya. Meskipun, hasil terapi ini membutuhkan waktu yang tidak cukup singkat. Namun, anda dapat memperoleh hasil yang baik jika memiliki kerja sama baik dengan terapisnya.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka