Tonic Immobility adalah lumpuh sementara akibat respon rasa takut dan ancaman yang ekstrem. Korban tidak bisa melawan saat mengalami kekerasan atau pelecehan seksual seperti pemerkosaan atau lainnya. Ini juga termasuk metode pertahanan tubuh yang tidak sengaja dilakukan. Penyebabnya karena aktivitas hormon saat sedang menghadapi ancaman berkurang dan faktor lain yang mempengaruhi.
Menurut penelitian tonic immobility memang banyak terjadi saat seseorang mengalami ancaman atau ketakutan. Dari 298 perempuan yang mengalami kekerasan seksual, 70% mengalami tonic immobility dan 48% mengalami tonic immobility extreme. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tonic immobility simak artikel ini hingga habis.
Pengertian Tonic Immobility
Tonic Immobility adalah respon alami tubuh yang menyebabkan tubuh kaku, lumpuh sementara sebagai respon dari ketakutan atau ancaman yang ekstrem. Kondisi tersebut ditandai dengan hambatan motorik, kekakuan otot, penurunan detak jantung dan perilaku vokal yang ditekan.
Saat seseorang dalam bahaya misalnya mengalami kekerasan atau pelecehan seksual. Korban akan sulit bergerak untuk melawan, berteriak, mendorong dan sebagainya. Meskipun sebenarnya korban ingin melakukannya tetapi sulit untuk dilakukan.
Penyebab Tonic Immobility
Penyebab Tonic Immobility terjadi karena dipengaruhi aktivitas hormon seperti hormon kortikosteroid, yang berperan membuat energi berkurang sehingga korban saat terasa terancam akan kaku dan sulit bergerak. Adapun beberapa kondisi yang menyebabkan tonic Immobility yaitu :
- Post traumatic stress disorder atau PTSD pada masa lalu
- Trauma akibat kekerasan seksual
- Kecelakaan
- Kekerasan emosional pada masa kecil
- Trauma yang berkaitan dengan peperangan
Dampak Tonic Immobility untuk kesehatan mental
Tonic Immobility bisa berdampak buruk untuk kesehatan mental karena penderita akan mengalami depresi dan gangguan stres pasca trauma. Korban akan menyalahkan diri sendiri karena tidak melawan saat kejadian buruk terjadi. Sikap ini dapat menyebabkan trauma psikologis.
Korban juga akan lebih mengalami depresi ketika disalahkan atau dihakimi oleh orang lain karena dianggap tidak melakukan perlawanan. Secara umum gejala depresi akan muncul beberapa bulan sejak kejadian kekerasan atau pelecehan seksual terjadi.
Cara Mencegah Tonic Immobility
Tonic Immobility terjadi secara alami jadi tidak bisa dihindarkan saat kejadian berlangsung, namun ada tips untuk mencegahnya yaitu :
1. Teknik relaksasi pernapasan
Gunakan teknik relaksasi pernapasan dengan menarik nafas panjang dan keluarkan perlahan akan membantu pernapasan lebih teratur dan fokus berpikir lebih baik.
2. Fokus
Setelah pernapasan sudah membaik, fokus pada pikiran apa yang harus dilakukan saat kejadian terjadi. Komunikasikan dengan otak dan tubuh agar bisa saling koordinasi dalam keadaan yang sedang mengancam.
3. Ceritakan pada orang yang tepat
Setelah anda pernah mengalami tonic immobility, ada baiknya ceritakan pada orang yang tepat seperti psikiater atau psikolog agar stres pasca trauma dan depresi bisa diatasi dengan tepat dan cepat.
Pengobatan Tonic Immobility
- Terapi prolonged exposure, untuk mengajak korban menghadapi penyebab trauma di tempat aman
- Terapi perilaku kognitif, untuk mengubah dan memperbaiki pola pikir korban
- Terapi Eye Movement Desensitization and Reprocessing atau EMDR, mengganti emosi negatif dari trauma menjadi emosi positif
- Terapi self care, yaitu mencintai diri sendiri dan menjalani pola hidup sehat seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup dan membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain.
Kesimpulan
Tonic Immobility adalah respon alami tubuh atau pertahanan tubuh yang tidak sengaja saat ada ancaman dan ketakutan yang menyebabkan tubuh tidak bisa bergerak, lumpuh sementara. Sehingga korban pelecehan atau kekerasan tidak bisa melawan. Penyebabnya berkaitan dengan aktivitas hormon kortikosteroid yang berkurang sehingga energi pun akan berkurang mengakibatkan tubuh kaku dan sulit bergerak.
Pengobatan yang bisa dilakukan untuk tonic immobility yaitu terapi perilaku kognitif, terapi EMDR, self care sambil melakukan pola hidup sehat dan terapi prolonged exposure. Pengobatan ini harus segera dilakukan agar tidak berdampak buruk pada mental korban seperti mengalami depresi dan stres pasca trauma.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka