Trigger: Pengertian, Contoh, serta Hal yang Penyebab Trigger - Ashefa Griya Pusaka

Trigger: Pengertian, Contoh, serta Hal yang Penyebab Trigger

Trigger
Share on:

Apa itu trigger? Dalam Bahasa Indonesia Trigger artinya pemicu. Pemicu bisa berhubungan dengan pengingat sensorik yang menyebabkan bermacam ingatan menyakitkan atau gejala lainnya yang muncul kembali. Apabila seseorang yang mengalami kejadian traumatis, mereka kemungkinan akan mengingat suara, bau atau pemandangan tertentu yang berhubungan dengan kejadian tersebut.

Hal tersebut memicu seseorang merasa tidak nyaman, cemas hingga panik. Mengenali trigger atau pemicu bagi yang mempunyai trauma sangat penting dilakukan, supaya terhindar dari perasaan yang mengganggu tersebut. 

Namun, tidak semua orang memahami apa itu trigger dan faktor penyebab Trigger? Untuk mengetahui lebih jelas, simak yuk penjelasannya. 

Pengertian Trigger

Dalam ilmu Psikologi, Trigger yakni stimulus yang menyebabkan ingatan menyakitkan mungkin muncul kembali. Pemicunya bisa karena pengingat sensorik dari peristiwa traumatis. Pemicunya seperti, suara, penglihatan, sensasi fisik, penciuman, waktu dan musim. Selain itu, perubahan iklim yang kuat, suara kembang api bisa menjadi pemicu orang yang mengalami gangguan stress pasca-trauma (PTSD)

Selain trauma, istilah trigger juga digunakan dalam konteks kesehatan mental lainnya. Pemicunya bisa berupa apa saja yang selanjutnya mengaktifkan atau memperparah gejala kesehatan mental, misalnya pada gangguan obsesif kompulsif (OCD). Misalnya, pada penderita OCD melihat ada gagang pintu kotor, kemudian bereaksi dengan rasa takut yang ekstrem.

Umumnya saat seseorang mengalami trigger, seseorang terprovokasi oleh stimulus yang memperparah gejala kejadian traumatis atau kesehatan mental lainnya. Saat rasa trauma muncul, maka dapat mengejutkan orang lain, karena respon nampak tak proporsional. Hal tersebut terjadi karena secara mental mampu menghidupkan kembali rasa trauma.

Bagaimana Trigger Terbentuk?

Dilansir dari laman psychcentral, dalam Studi tahun 2004 mengatakan bahwa indera kita ( penglihatan, penciuman, suara) mempunyai peran penting dalam membentuk ingatan. Dalam studi tersebut menyatakan bahwa pemicu trauma mungkin terasa sangat kuat, karena indera yang ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.

Saat mengalami trauma, otak akan cenderung menyimpan rangsangan sensorik di sekitar memori. Selanjutnya, kita bisa menemukan pemicu sensorik selang beberapa tahun dan otak mengaktifkan kembali perasaan berhubungan dengan trauma. Bahkan, ada beberapa orang yang tidak menyadari mengapa bisa merasa takut.

Contohnya, saat seseorang mengalami kecelakaan parah ketika mendengarkan musik, mengunyah permen karet, pengalaman sensorik bisa menjadi pemicu selama bertahun-tahun. Tapi, apakah orang tersebut mengalami kejadian satu kali atau kejadian traumatis yang sama akan memberikan respon yang sama? 

Tentunya setiap peristiwa bisa menyebabkan berbagai respon berbeda. Ada yang menerima peristiwa tersebut dan ada yang mengalami PTSD. Perbedaan respon itu bisa dikarenakan berbagai faktor. Kejadian traumatis berdampak pada individu tergantung pada beberapa faktor yakni:

  • Tahap perkembangan emosional dari individu
  • Makna trauma pada seseorang
  • Pemicu muncul dalam berbagai bentuk yang pernah dialami seseorang

Berikut ini contoh pemicu (trigger) yang mengalami trauma:

  • Berkaitan dengan suara, pemandangan, bau, dan rasa tertentu yang berhubungan dengan trauma
  • Argumen, teriakan, suara keras
  • Diejek atau dihakimi
  • Pernah kehilangan
  • Kesendirian
  • Penolakan
  • Pengabaiannya
  • Putus hubungan
  • Kekerasan dalam pemberitaan
  • Pelecehan seksual 
  • Penyakit fisik ataupun ada bekas cedera 

Apa yang Bisa Dilakukan Apabila Muncul Trigger?

Trigger bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Walaupun demikian, kamu harus melakukan beberapa hal saat Trigger muncul. Nah, berikut ini hal yang perlu kamu lakukan saat sedang trigger

1. Latih belas kasih dan penerimaan diri

Cobalah untuk tidak merasa kesal pada diri sendiri, karena mempunyai perasaan tersebut. Sayangilah diri kamu sendiri sama halnya kamu mencintai orang lain.

Apabila sudah terpicu, maka cobalah untuk bisa melihat kondisi secara keseluruhan. Cobalah untuk melihat dari sisi lain yang baru dalam permasalahan. Kenali dari mana perasaan intens yang muncul bukan dari pemicu itu sendiri, namun dari pengalaman traumatis sebelumnya.

2. Cobalah bermeditasi

Cobalah untuk menarik napas dalam-dalam dan memikirkan bahwa kamu sekarang sedang dalam kondisi yang aman dan nyaman. Kamu bisa melakukan meditasi berulangkali jika hal tersebut membantu. Meditasi juga berguna untuk mengurangi rasa cemas yang berlebihan. Meditasi adalah cara yang paling efektif untuk menurunkan kecemasan, depresi dan stress.

Hal-Hal yang Berpotensi Menjadi Penyebab Trigger

Trauma berhubungan langsung dengan tekanan psikologis yang dimiliki oleh seseorang. Keadaan emosional bisa mempengaruhi bagaimana seorang individu merespon dalam berbagai peristiwa buruk, misalnya kecelakaan, perundungan, pelecehan seksual, bencana dan lainnya. 

Seseorang yang trauma akan selalu memikirkan perasaan tak aman, hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Karena trauma suka muncul secara tiba-tiba, tentunya ada faktor pemicunya. Lantas, apa saja faktor penyebab pemicu munculnya trauma pada seseorang? Berikut ini beberapa faktor pemicu trigger seseorang:

1. Situasi yang mengundang kecemasan

Trauma yang terjadi pada seseorang bisa menyebabkan sisi emosional menjadi rentan. Dalam menghadapi keadaan tertentu, dia akan merasa overwhelmed. Dimana bisa memunculkan situasi cemas yang berlebihan. Seperti pada orang yang pernah mengalami kecelakaan traumatis, maka akan cenderung cemas saat mengendarai kendaraan. Sebab kondisi ini bisa memicu otak memutar ulang memori. 

Ada beberapa situasi yang memicu trauma trigger dan cemas seperti sentuhan fisik yang tak diinginkan, interaksi dengan figur tertentu, mengalami penolakan dan lainnya. Mungkin beberapa situasi dianggap wajar oleh sebagian orang, tetapi bagi orang yang mengalami trauma bisa merespon dengan cara berbeda sesuai dengan trauma yang dialaminya.

2. Emosi tertentu berhubungan erat dengan peristiwa traumatis

Kejadian trauma berhubungan erat dengan emosional yang berlangsung secara subyektif. Artinya, setiap orang merasakan perasaan berbeda yang berkaitan dengan pengalaman hidup. Keadaan emosional akibat trauma biasanya muncul karena merasa lelah dan terisolasi.

Beberapa emosi yang bisa memicu trauma yakni merasa ditinggalkan, diabaikan, dicurangi, hingga perasaan sedih yang berlarut-larut. 

3. Suara tertentu yang merangsang ingatan menyakitkan

Ada beberapa kejadian dalam hidup bersamaan dengan suara-suara. Oleh sebab itu, saat mendengar suara bisa merangsang ingatan yang menyakitkan dalam diri seseorang. Apabila suara tersebut berkaitan dengan pengalaman traumatis, maka tubuh merespon merasa tidak nyaman.

Beberapa contoh suara yang bisa menjadi trauma trigger yakni, kembang api, sirene, tembakan, tangisan, teriakan dan lainnya. Jika kamu mendengar suara tertentu, kemudian kamu merasa tidak nyaman, kemungkinan kamu pernah mengalami peristiwa buruk di masa lalu yang disebabkan oleh suara.

4. Benda yang kamu lihat kemudian terasa mengganggu

Indera penglihatan manusia sama seperti kamera yang memotret setiap kejadian. Potret tersebut tersimpan dalam ingatan dan bisa berputar kembali sewaktu-waktu. Jadi, benda dan peristiwa yang kamu saksikan bisa memicu munculnya bermacam kenangan buruk. Rangsangan visual tersebut memicu trauma trigger. 

Misalnya, benda yang saat dilihat memunculkan trigger trauma, yaitu lingkungan, pemandangan, bangunan, pakaian dan lainnya. 

5. Indera penciuman

Indera penciuman bisa memicu trauma. Pernahkah kamu mencium aroma, seketika kamu teringat sesuatu? Karena otak manusia itu mengidentifikasi aroma dengan kejadian. Proses identifikasi inilah yang bisa memunculkan kembali luka lama. Misalnya, aroma yang memicu trauma, aroma alkohol, bensin, parfum dan lainnya.

Demikianlah penjelasan mengenai trigger. Jadi trigger adalah pemicu munculnya ingatan yang menyakitkan kembali dirasakan oleh yang menderitanya. Trigger erat kaitannya dengan trauma dan gangguan kesehatan mental lainnya. Jika kamu mempunyai permasalahan tentang hal tersebut sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Kamu bisa berkonsultasi di Ashefa Griya Pusaka

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top