Withdrawal Syndrome: Tanda-Tanda dan Cara Mengobatinya  - Ashefa Griya Pusaka

Withdrawal Syndrome: Tanda-Tanda dan Cara Mengobatinya 

Withdrawal Syndrome: Tanda-Tanda dan Cara Mengobatinya 
Share on:

Bagaimana tanda-tanda Withdrawal Syndrome atau gejala putus obat dan ketahui cara mengatasinya.

Withdrawal syndrome ini diketahui sebagai gejala yang timbul ketika penderita sudah mengalami ketergantungan akibat penggunaan obat dan zat adiktif jika dihentikan secara tiba-tiba. Tanda-tandanya seperti mudah marah, sulit konsentrasi, keringat dingin hingga perasaan cemas berlebihan. 

Pengertian Withdrawal Syndrome 

Withdrawal syndrome sendiri merupakan serangkaian gejala baik fisik dan psikologis yang bisa saja muncul akibat pecandu obat-obatan maupun alkohol berhenti mengonsumsinya lagi seperti biasanya. Kondisi ini memang dapat disebut sebagai istilah sakau atau putus obat. 

Withdrawal

Umumnya, withdrawal syndrome ini terjadi pada saat pengurangan maupun penghentian dosis dilakuakn secara tiba-tiba. Akibatnya, pada titik tertentu, penderita akan mengeluarkan respon yakni ketagihan atau keinginan tidak tertahankan pada zat tersebut. 

Durasi dan tingkat keparahan dari gejala efek putus obat pun juga bermacam-macam. Hal ini dikarenakan respon masing-masing orang memang berbeda-beda terhadap zat yang sedang dikonsumsi. Beberapa kondisi pun menyebut jika tanda-tandanya cukup membahayakan. 

Tanda-Tanda Awal Withdrawal Syndrome 

Gejala withdrawal syndrome pun bisa saja berbeda-beda ketika dirasakan oleh masing-masing orang. Setiap respon tubuh akan bervariasi tergantung dengan jenis obat-obatan dan kandungan zat di dalamnya. Namun ada beberapa tanda-tanda paling umum dapat dirasakan. 

Gejala umum yang bisa dirasakan adalah nafsu makan berkurang, perubahan suasana hati, hidung berair atau mampet, rasa lelah berlebihan, mudah tersinggung, menggigil, nyeri otot hingga berkeringat. Dalam beberapa kasus bisa menyebabkan delirium tremens sebagai kondisi paling parah. 

Ada tiga gejala yang mungkin dirasakan penderita ketika sudah memasuki tahap delirium tremens mulai dari halusinasi, kejang dan delirium itu sendiri. Dalam hal ini, penting bagi seorang penderita untuk bergegas melakukan pemeriksaan ke dokter demi mencegah resiko lain tidak diinginkan. 

Hal yang Menjadi Faktor Penyebab

Penyebab utama dari withdrawal syndrome sendiri adalah mengurangi dosis atau berhenti mengonsumsi substansi tertentu yang dilakukan secara mendadak. Seseorang pemakai, baik obat maupun alkohol dalam jangka waktu lama tentu sudah memiliki efek ketergantungan pada tubuhnya. 

Tubuh sudah merasa terbiasa untuk menerima asupan zat tersebut sehingga prosesnya pun lebih mudah dikenali oleh sistem di dalamnya. Penghentian konsumsi suatu zat mampu mengacaukannya sehingga menimbulkan berbagai respon hingga mengganggu para penderita ketika beraktivitas. 

Tidak hanya ketergantungan saja, tubuh sebenarnya bisa memunculkan efek toleransi. Ini artinya, Anda bisa meningkatkan dosisnya seiring dengan bertambahnya waktu guna mendapatkan sensasi serupa setelahnya. Tentu saja jika jumlah konsumsui semakin tinggi, withdrawal pun kian parah. 

Awal Diagnosis 

Ada beberapa gejala yang memungkinkan bagi seorang dokter untuk mendiagnosa seorang pasien terkena withdrawal syndrome. Langkah pertama dan paling penting bisa dilakukan bersama adalah dengan melakukan tanya jawab mengenai riwayat pemakaian konsumsi obat tertentu sebelumnya. 

Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek ada atau tidaknya gejala yang timbul. Selanjutnya, langkah diagnosis dilanjut dengan menjalani pemeriksaan urine guna mengetahui adanya zat aditif terkandung di dalam tubuh pasien. Berikutnya yakni tes gula darah dan tes hitung darah. 

Ada banyak serangkaian uji yang dilakukan oleh dokter kepada pasien. Hal ini benar-benar bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya zat aditif di dalam tubuh. Beberapa tes lain seperti pemeriksaan panel metabolic, waktu pembekuan darah, periksa kadar kalsium dan magnesium dan kultur darah. 

Penyebab Withdrawal Syndrome sebagai Penyalahgunaan Zat Aditif 

Dalam kasus withdrawal syndrome, ada beberapa zat yang kemungkinan besar menjadi penyebab utamanya. Pertama yakni alkohol dimana menyebabkan tremor dan kejang selama tiga hari sampai beberapa minggu. Gejala ini akan terjadi setelah 8 jam konsumsi alkohol dikurangi atau diberhentikan. 

Berikutnya disebabkan karena penyalahgunaan heroin yang dinilai memiliki gejala hampir sama seperti flu selama 5 – 7 hari. Tanda-tanda ini akan dirasakan setelah 12 jam pemakaian heroin tersebut dihentikan. Selanjutnya, gelisah dan kejang menjadi efek dari putus benzodiazepine selama 4 hari. 

Depresi dan gelisah berlebihan yang bertahan selama sekitar 1 minggu merupakan gejala dari pemberhentian kokain. Keluhan ini umumnya bisa muncul dalam beberapa jam sejak pemakaian terakhir. Sementara withdrawal syndrome morfin mengakibatkan air mata berlebih dan hidung berair. 

Cara Penanganan Withdrawal Syndrome 

Penanganan dari dokter kepada penderita didasarkan atas riwayat penyalahgunaan zat aditif tertentu yang dikonsumsi oleh pasien seperti alkohol. Tenaga medis bisa mempertimbangkan berdasar jumlah dosis dari konsumsi dan durasi pemakaiannya. Berikut beberapa cara pengobatannya: 

  • Menggunakan Obat-Obatan 

Langkah pertama dan paling sering diterapkan adalah dengan metode detoksifikasi. Dalam hal ini, pasien harus menghentikan konsumsi minuman beralkohol. Selanjutnya, mereka akan dipantau untuk mengecek apakah timbul gejala tertentu atau tidak setelah pemberhentian konsumsi dilakukan. 

Setelah itu, dokter bisa memberikan obat-obatan tertentu jika menjumpai adanya gejala yang timbul. Baik rawat inap atau rawat jalan menjadi penentu dari metode ini. Tentu hal ini dipertimbangkan dari kondisi pasien apakah menimbulkan efek terlalu berat atau cukup ringan tanpa ada pemeriksaan rutin. 

  • Konseling dan Kelompok Dukungan 

Masalah emosional yang timbul menjadi salah satu alasan utama dari pemakaian alkohol. Minuman ini memang mampu membantu pemakainya untuk melupakan masalah mereka meski hanya sementara. Selama masa pengobatan, konselor akan membantu pasien mengatasi kesehatan mental mereka. 

Selanjutnya, diadakan juga kelompok dukungan yang saling memberikan semangat, motivasi dan jalan keluar bagi pasien. Seluruh anggota pun bisa berbagai tujuan dan masalah mereka dengan orang-orang serupa. Tujuannya agar lingkungan tersebut tercipta dengan nyaman dan suportif. 

  • Pragnosis 

Terakhir yakni banyak pasien telah berusaha keras untuk tidak mengonsumsi zat aditif tersebut. Namun sebagian besar dari mereka mengaku jika sangat sulit melakukannya terutama pada tahun pertama. Hal ini umumnya dirasakan ketika kali pertama seorang penderita masih berusaha keras. 

Mereka pun juga sempat merasa kesulitan untuk mengubah gaya hidup agar lebih positif kembali. Dengan bantuan adanya para ahli, tentu gejala ini dapat diubah secara perlahan. Salah satu tempat rehabilitasi narkoba bisa Anda kunjungi adalah Ashefa Griya Pusaka. Demikian ulasan lengkap mengenai withdrawal syndrome yang dialami oleh orang-orang setelah memutuskan untuk mengurangi dosis atau menghentikan konsumsi zat aditif mereka. Tentu saja hal ini cukup sulit dilakukan sehingga benar-benar memerlukan dukungan lingkungan sekitar.

Sumber:
Nurul Rafiqua. 2022. Withdrawal Syndrome. Diakses pada tanggal 29 Januari 2022 dari https://www.sehatq.com/penyakit/withdrawal-syndrome.
Anonim. 2010. Tanda-Tanda Anda Sudah Adiksi. Diakses pada tanggal 29 Januari 2022 dari https://lifestyle.kompas.com/read/2010/07/26/14435072/tanda-tanda.anda.sudah.adiksi.
Anonim. 2019. Apa Itu Sindrom Putus Alkoho;: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Cara Mengobati. Diakses pada tanggal 29 Januari 2022 dari https://www.docdoc.com/medical-information/conditions/alcohol-withdrawal-syndrome?lang=id.
https://www.docdoc.com/id/info/condition/alcohol-withdrawal-syndrome

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top