Belum lama ini kita dikejutkan dengan kabar kematian aktor Donny Kesuma karena penyakit lemah jantung yang dideritanya beberapa waktu. Apa sebenarnya lemah jantung (kardiomiopati dilatasi) itu? Apa saja gejala dan bagaimana cara penanganannya?
Deskripsi Lemah Jantung
Lemah jantung yang istilah medisnya kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah penyakit serius di mana struktur otot jantung berubah. Karena otot tidak lagi bekerja dengan baik, jantung memompa lebih sedikit darah ke sirkulasi sistemik selama fase pengeluaran (sistol). Selain itu, otot jantung biasanya tidak bisa lagi berelaksasi dengan baik, sehingga fase pengisian bilik jantung dengan darah (diastole) dan mengembang juga terganggu.
Bentuk kardiomiopati dilatasi ini mendapatkan namanya karena ventrikel kiri khususnya berdilatasi, yaitu mengembang. Jika penyakit ini berkembang, ventrikel kanan dan atrium juga bisa terkena. Dinding jantung mungkin menjadi lebih tipis seiring dengan perluasannya. Hal ini menyebabkan tidak berfungsinya aktivitas jantung.
Kardiomiopati dilatasi adalah bentuk kardiomiopati yang paling umum. Pada sekitar 50 persen kasus, penyebab penyakit ini tidak dapat ditentukan (DCM primer atau idiopatik). Kardiomiopati dilatasi lainnya merupakan akibat atau akhir dari berbagai penyakit dan faktor lingkungan yang berbahaya (DCM sekunder).
DCM idiopatik didiagnosis pada sekitar 6 dari 100.000 orang di dunia setiap tahun. Kebanyakan pasien berusia antara 20 dan 40 tahun saat didiagnosis. Laki-laki terkena sekitar dua kali lebih sering dibandingkan perempuan.
Gejala Lemah Jantung
Pasien dengan lemah jantung sering kali memiliki gejala khas gagal jantung. Di satu sisi, karena kinerjanya yang terbatas, jantung tidak mampu memasok darah dan oksigen yang cukup ke tubuh (sianosis) – ini disebut kegagalan maju.
Di sisi lain, gagal jantung sering dikaitkan dengan gagal jantung terbalik. Artinya, darah menumpuk di pembuluh darah yang menuju ke jantung. Jika jantung kiri terkena (gagal jantung kiri), kemacetan darah tersebut terutama menyerang paru-paru. Jika ventrikel kanan melemah, darah menumpuk di pembuluh vena yang berasal dari seluruh tubuh.
Lemah jantung awalnya terlihat dengan gejala gagal jantung kiri progresif. Para pasien biasanya mengalami gejala :
- Kelelahan dan penurunan kinerja. Mereka yang terkena dampak sering mengeluhkan perasaan lemah secara umum. Rasa kantuk yang terjadi disebut mengantuk.
- Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik (stress dyspnea). Jika kardiomiopati sudah sangat lanjut, sesak napas juga bisa terjadi saat istirahat (resting dyspnea).
- Penumpukan cairan di dalam (edema paru) dan di sekitar jaringan paru-paru (efusi pleura) yang dapat meningkatkan sesak napas. Edema paru dapat terlihat melalui suara berderak saat bernapas.
- Sesak di dada (angina pectoris): Perasaan ini juga terjadi, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
Seiring perkembangan penyakit, lemah jantung seringkali juga mempengaruhi ventrikel kanan. Selain gejala gagal jantung kiri, penderita juga mengeluhkan retensi cairan (edema), terutama di bagian kaki. Selain itu, pembuluh darah leher sering menonjol karena darah dari kepala dan leher juga menumpuk.
Karena struktur otot jantung berubah selama DCM, pembangkitan listrik dan transmisi rangsangan juga terganggu. Oleh karena itu, kardiomiopati dilatasi sering dikaitkan dengan aritmia jantung. Mereka yang terkena terkadang merasakan ini sebagai jantung berdebar. Ketika penyakit ini berkembang, aritmia bisa menjadi lebih berbahaya dan memicu gangguan peredaran darah atau bahkan kematian jantung mendadak.
Karena aliran darah di atrium dan ventrikel jantung terganggu, penggumpalan darah lebih mudah terbentuk pada penderita lemah jantung dibandingkan pada orang sehat. Jika bekuan tersebut pecah, maka dapat memasuki arteri di aliran darah dan menyumbatnya. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti infark paru atau stroke.
Penyebab Lemah Jantung
Kardiomiopati dilatasi dapat bersifat primer atau sekunder. Primer artinya timbul langsung di otot jantung dan terbatas padanya. Dalam bentuk sekunder, penyakit lain atau pengaruh eksternal menyebabkan DCM. Jantung atau organ lain hanya rusak akibat faktor-faktor tersebut.
Lemah jantung primer dalam beberapa kasus bersifat genetik. Dalam seperempat kasus, anggota keluarga lainnya juga terkena dampaknya. Semakin banyak anggota keluarga yang menderita kardiomiopati dilatasi dan semakin dekat kekerabatan mereka satu sama lain, semakin tinggi pula risiko terkena DCM.
Pemicu DCM primer seringkali tidak diketahui (idiopatik). Ini mempengaruhi sekitar 50 persen kasus.
Kardiomiopati dilatasi merupakan salah satu bentuk penyakit miokard yang seringkali bersifat sekunder. Contoh pemicunya antara lain:
- Konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba secara berlebihan dalam jangka panjang (seperti kokain). Penyalahgunaan alkohol khususnya dianggap sebagai salah satu faktor risiko utama kardiomiopati dilatasi.
- Peradangan otot jantung (miokarditis) yang disebabkan oleh patogen seperti virus, jamur atau bakteri (contoh: penyakit Chagas, penyakit Lyme).
- Cacat katup jantung
- Penyakit autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik (SLE)
- Gangguan hormonal (terutama hormon pertumbuhan dan hormon tiroid)
- Pengobatan: Obat kanker tertentu (sitostatika) dapat menyebabkan penyakit otot jantung melebar sebagai efek samping yang jarang terjadi.
- Terapi radiasi di area dada
- Penyakit bawaan yang mempengaruhi struktur protein otot, misalnya distrofi otot (misalnya distrofi otot Duchenne)
- Racun lingkungan: Logam berat khususnya, seperti timbal atau merkuri, terakumulasi di otot jantung dan mengganggu metabolisme sel.
- Penyakit jantung koroner (PJK): Pada mereka yang terkena, otot jantung secara permanen mendapat pasokan oksigen yang terlalu sedikit. Hal ini mengubah strukturnya (kardiomiopati iskemik). Penyebabnya adalah penyempitan pembuluh darah koroner.
- Dalam kasus yang sangat jarang, kardiomiopati dilatasi terjadi selama kehamilan. Namun, hubungannya di sini masih belum jelas.
- Defisiensi seperti malnutrisi dan defisiensi vitamin B1 (penyakit beri-beri)
Diagnosis Lemah Jantung
Pertama, dokter menanyakan pasien tentang riwayat kesehatannya (anamnesis). Terutama pada gejala apa yang dialami pasien, kapan gejala itu muncul, dan sudah berapa lama gejala tersebut muncul. Penting juga apakah pasien minum banyak alkohol, mengonsumsi obat lain, atau pernah menderita penyakit sebelumnya.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Beberapa tanda lemah jantung bisa langsung dikenali. Misalnya, kulit penderita sering tampak kebiruan (sianosis) akibat kekurangan oksigen kronis. Edema paru mungkin terlihat sebagai suara berderak saat mendengarkan paru-paru.
Banyak penyakit otot jantung yang menunjukkan gejala serupa. Untuk menentukan secara pasti jenis kardiomiopati itu, diagnosis khusus harus dilakukan. Pemeriksaan yang paling penting adalah:
- Ultrasonografi jantung (ekokardiografi): Dengan DCM, pembesaran jantung kiri sangat terlihat. Dinding jantung mungkin lebih tipis dari biasanya dan tidak berbentuk bulat. Penurunan kekuatan ejeksi (fraksi ejeksi, EF) dapat diukur, terutama pada kardiomiopati dilatasi lanjut.
- Elektrokardiogram (EKG): Banyak pasien DCM mengalami gangguan khusus pada aktivitas kelistrikan jantung pada EKG yang disebut dengan blok cabang berkas kiri.
- Rontgen dada: Karena ventrikel kiri membesar, jantung tampak membesar pada rontgen (kardiomegali). Kemacetan paru juga bisa dikenali dengan cara ini.
- Pemeriksaan kateter jantung: Metode ini memungkinkan pemeriksaan arteri koroner (angiografi koroner) dan pengambilan sampel jaringan dari otot jantung (biopsi miokard). Pemeriksaan histologis di bawah mikroskop memungkinkan diagnosis yang dapat diandalkan.
- MRI Jantung: Pencitraan resonansi magnetik jantung mungkin dilakukan pada kardiomiopati hipertrofik, tetapi belum tentu berguna. Gambar MRI hanya bermakna jika digabungkan dengan pemeriksaan lebih lanjut.
- Pencitraan nuklir: Pemeriksaan radiologi khusus ini dapat dilakukan pada kasus khusus kardiomiopati dilatasi. Namun, pada umumnya, hal ini hanya memiliki arti terbatas untuk diagnosis.
- Pengujian genetik: Pengujian genetik hanya masuk akal jika memiliki konsekuensi terapeutik.
Pengobatan Lemah Jantung
Jika memungkinkan, upaya dilakukan untuk mengatasi penyebab kardiomiopati dilatasi. Jika bakteri adalah penyebab peradangan jantung, bakteri dapat dilawan atau kemungkinan ketidakseimbangan hormon dapat diseimbangkan. Jika alkohol atau obat-obatan menyebabkan DCM, pasien harus menghindari zat berbahaya ini dengan cara apa pun.
Jika penyebabnya tidak diketahui dan/atau tidak dapat diobati, hanya pengobatan simtomatik DCM yang bisa menjadi pilihan. Tujuan terpentingnya adalah meringankan gejala gagal jantung dan sebisa mungkin menunda perkembangannya. Ada berbagai kelompok obat yang tersedia untuk mengatasi hal ini, seperti beta blocker, ACE inhibitor, dan diuretik. Obat “pengencer darah” dirancang untuk mencegah pembentukan gumpalan darah.
Pada dasarnya, penderita lemah jantung harus bersantai secara fisik agar tidak membebani jantungnya yang lemah. Dengan pengobatan yang tepat, penderita dapat mendukung jantungnya, meski tidak dapat menghentikan atau membalikkan perkembangan penyakit ini.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka