Bagaimana Obat Psikodelik Berpotensi Menyembuhkan Gangguan Mental? - Ashefa Griya Pusaka

Bagaimana Obat Psikodelik Berpotensi Menyembuhkan Gangguan Mental?

obat psikodelik 1
Share on:

Pada tanggal 12 Juli 2023, kita telah menyaksikan perkembangan menarik dalam dunia penelitian kesehatan mental. Obat Psikedelik, kelompok obat-obatan yang pernah menjadi kontroversi dan terlarang, kini sedang mendapatkan perhatian serius dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang berkembang pesat.

Periode Pembelajaran Otak

Pada awal kehidupan, otak anak-anak sangat terbuka terhadap informasi baru. Mereka belajar berjalan, berbicara, dan mengumpulkan ilmu dari orang tua, lingkungan sekitar, serta percobaan dan kesalahan. Namun, seiring bertambahnya usia, otak kita cenderung menjadi lebih terkunci, menutup diri terhadap hal-hal baru. Ini sebenarnya adalah mekanisme perlindungan alamiah yang membantu kita beradaptasi dengan lingkungan dan menjadi lebih efisien dalam berinteraksi dengan dunia. Namun, hal ini juga dapat membuat kita kesulitan untuk mempelajari bahasa baru, keterampilan baru, atau pulih dari trauma baik fisik maupun psikologis.

Untuk banyak orang, terutama mereka yang telah mengalami trauma, pengabaian, atau pelecehan, kondisi otak yang tertutup ini dapat menyebabkan penderitaan seumur hidup, penyalahgunaan obat terlarang, dan perilaku maladaptif lainnya. Bagaimana mungkin kita dapat membuka kembali pintu pembelajaran otak yang tampaknya sudah terkunci?

Apa Saja yang Termasuk Obat Psikodelik?

Obat psikedelik adalah kelompok obat yang memiliki efek psikologis yang signifikan, termasuk perubahan persepsi, pemikiran, suasana hati, dan kesadaran. Ini termasuk sejumlah senyawa dan zat yang telah digunakan dalam berbagai konteks, terutama dalam konteks medis, psikiatri, dan rekreasional. Beberapa obat psikedelik yang cukup dikenal seperti :

  • LSD (Lysergic Acid Diethylamide): LSD adalah salah satu obat psikedelik yang paling terkenal. Ini biasanya hadir dalam bentuk cair atau blotter dan dikenal karena efek perubahan kesadaran yang intens.
  • Psilocybin: Psilocybin adalah senyawa yang ditemukan dalam berbagai jenis jamur psikedelik, seperti Psilocybe cubensis. Ketika dikonsumsi, psilocybin diubah menjadi psilocin dalam tubuh dan menyebabkan efek psikedelik.
  • MDMA (3,4-Methyl​enedioxy​methamphetamine): Meskipun sering kali dianggap sebagai obat stimulan, MDMA juga memiliki efek psikedelik yang signifikan. Ini sering digunakan dalam konteks terapi dan rekreasional.
  • Ketamine: Ketamine adalah obat anestesi yang dapat menyebabkan efek psikedelik ketika digunakan dalam dosis yang lebih rendah. Ini telah digunakan dalam terapi kesehatan mental.
  • DMT (Dimethyltryptamine): DMT adalah senyawa psikedelik yang ditemukan dalam berbagai tumbuhan dan juga dapat diproduksi secara sintetis. Efek dari DMT sangat kuat dan sering melibatkan pengalaman perubahan kesadaran yang mendalam.
  • Ibogaine: Ibogaine adalah senyawa yang ditemukan dalam tanaman iboga dan digunakan dalam beberapa bentuk terapi pengobatan kecanduan.
  • Mescaline: Mescaline adalah senyawa yang ditemukan dalam kaktus peyote dan kaktus san pedro. Ini dapat menyebabkan pengalaman psikedelik yang kuat.
  • Ayahuasca: Ayahuasca adalah minuman yang dibuat dari campuran tanaman, termasuk yang mengandung DMT. Ini digunakan dalam beberapa tradisi agama dan pengobatan tradisional di Amerika Selatan.
  • Salvia divinorum: Salvia divinorum adalah tumbuhan psikedelik yang mengandung salvinorin A, yang menyebabkan pengalaman psikedelik singkat namun intens.

Obat Psikedelik Membuka Kembali Pintu Pembelajaran

Penelitian terbaru, yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, memberikan harapan baru dalam bentuk psikedelik. Zat Psikedelik adalah kelompok obat-obatan yang memiliki potensi untuk “membuka kembali” otak, membantu orang pulih dari trauma, dan menghadapi masalah kesehatan mental.

Para ilmuwan di Universitas Johns Hopkins telah mengambil langkah besar dalam menyelidiki efek psikedelik pada apa yang mereka sebut sebagai “masa kritis” pembelajaran sosial. Masa kritis ini adalah saat otak lebih terbuka terhadap informasi baru, dan sayangnya semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa psikedelik memiliki potensi untuk memulai periode pembelajaran yang baru. Jika temuan ini terbukti dalam penelitian selanjutnya, maka terapi dengan psikedelik dapat menjadi pilihan yang lebih luas untuk membantu melatih kembali otak, bukan hanya dalam konteks trauma, tetapi juga dalam pemulihan dari stroke, cedera otak traumatis, dan bahkan gangguan pendengaran serta kelumpuhan.

Para peneliti menekankan bahwa ini adalah langkah besar dan masa depan yang menjanjikan. Dr. Gul Dolen, seorang profesor ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, berpendapat bahwa psikedelik dapat menjadi “kunci yang membuka otak” dan membantu orang pulih dari trauma tanpa harus tergantung pada obat-obatan sepanjang hidup.

Manfaat Obat Psikedelik

Mengapa psikedelik menjadi begitu menarik dalam konteks kesehatan mental? Dr. Dolen, yang awalnya memulai karirnya dalam studi kecanduan, telah lama terpesona oleh periode kritis dalam perkembangan otak dan dampaknya terhadap perilaku orang dewasa. Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga Hadiah Nobel yang diberikan untuk pekerjaan pada periode kritis ini.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa MDMA, yang lebih dikenal sebagai ekstasi, dapat membantu tentara untuk memproses kembali peristiwa traumatis yang mereka alami di medan perang, belajar darinya, dan melanjutkan hidup. Fenomena ini mencerminkan masa kritis dalam pembelajaran sosial.

Dari sini, muncul pertanyaan: apakah obat psikedelik dapat membuka masa kritis dalam kehidupan seorang tentara, atau bahkan dalam kehidupan orang yang telah mengalami trauma serius, kecanduan obat-obatan, atau pemerkosaan? Dalam eksperimen terkontrol plasebo, tim peneliti di Universitas Johns Hopkins memberikan psikedelik kepada tikus dan melakukan tes perilaku untuk mengukur kemampuan hewan tersebut dalam belajar dari lingkungan sekitarnya.

Dr. Dolen menjelaskan bahwa “semua psikedelik membuka periode kritis pembelajaran sosial untuk jangka waktu yang berbeda-beda.” Sebagai contoh, ketamine membuka periode tersebut selama 2 hari, sedangkan obat-obatan lain seperti ibogaine, LSD, MDMA, dan psilocybin membuka periode kritis selama 2 hingga 4 minggu, yang jauh lebih lama dari efek akut obat tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam konteks manusia, proses pembukaan kembali masa kritis ini akan menjadi hal yang sensitif. Anda tidak dapat mencapai hasil ini hanya dengan mengonsumsi obat psikedelik dan pergi berpesta. Kuncinya tampaknya adalah memiliki niat untuk terapi: berbicara tentang apa yang Anda harapkan dari pengalaman tersebut, mendapat panduan selama pengalaman tersebut, dan memprosesnya dengan seorang terapis setelah pengalaman tersebut. Dr. Dolen juga menekankan pentingnya mengawasi pasien setelah mereka mengonsumsi obat psikedelik, karena mereka akan berada dalam keadaan keterbukaan dan kerentanan yang mirip dengan anak-anak.

Potensi Terapi Psikedelik

Seorang peneliti psikedelik lainnya, Dr. Matthew Lowe, melihat prospek yang sangat cerah dalam penelitian yang sedang berlangsung di Universitas Johns Hopkins. Ia berpendapat bahwa obat-obatan psikedelik “menempatkan otak dalam kondisi yang lebih lunak dan fleksibel,” yang dapat membantu individu keluar dari pola perilaku negatif.

Dr. Lowe berharap bahwa penelitian ini akan membuka jalan untuk pengobatan berbagai penyakit neuropsikiatri, termasuk depresi, PTSD, dan kecanduan. Dalam kata-katanya, temuan ini “menunjukkan harapan yang signifikan” untuk dunia kesehatan mental.

Dr. Dolen juga merasa bahwa penggunaan obat psikedelik dalam konteks terapi periode kritis dapat membuka berbagai kemungkinan baru untuk seluruh otak. Penelitian di masa depan juga dapat membawa kita lebih dekat pada pengobatan ketulian, cacat fisik, serta masalah kecanduan narkoba dan alkohol. Saat ini, Dr. Dolen sedang berusaha mengumpulkan dana untuk uji klinis yang bertujuan untuk melihat apakah psikedelik dapat membantu memperbaiki gangguan motorik setelah stroke.

Meningkatnya dukungan legislatif terhadap penggunaan psikedelik juga membuka pintu bagi jutaan orang yang mungkin mendapatkan manfaat dari terapi kesehatan mental melalui uji klinis dan terapi yang sah secara hukum. Benjamin Lightburn, CEO dan salah satu pendiri Filament Health, sebuah perusahaan yang berbasis di British Columbia yang menyediakan psilocybin yang diturunkan secara alami untuk uji klinis, menjelaskan bahwa beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah mengambil langkah-langkah menuju dekriminalisasi dan izin penggunaan psikedelik di bawah pengawasan medis.

Dalam sebuah makalah ilmiah, peneliti dari Universitas Washington telah memproyeksikan bahwa sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat kemungkinan akan melegalkan psikedelik dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, berdasarkan model analitik yang dikembangkan berdasarkan pengalaman legalisasi ganja. Selain itu, bulan ini, Australia menjadi negara pertama yang mengizinkan penggunaan psilocybin dan MDMA dengan resep dokter untuk mengobati kondisi kesehatan mental.

Semua tanda menunjukkan bahwa penelitian dan penggunaan obat psikedelik dalam terapi kesehatan mental adalah bidang yang sangat menjanjikan, dan kita mungkin akan melihat terobosan penting dalam pengobatan masalah kesehatan mental di masa depan.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top