Percodan adalah obat kombinasi yang mengandung dua bahan aktif utama: oksikodon dan aspirin. Oksikodon merupakan opioid yang digunakan untuk meredakan rasa sakit sedangkan aspirin adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang dapat membantu mengurangi peradangan dan rasa sakit.
Penggunaan Percodan
Diperkirakan hampir sepertiga orang yang menyalahgunakan narkoba memulai dengan obat resep opioid. Dari data yang ada, sekitar 11,5 juta orang Amerika menggunakan obat resep untuk kesenangan pada tahun 2016, dan pada tahun 2018, 46.802 orang Amerika meninggal akibat overdosis opioid, termasuk opioid resep, heroin, dan fentanyl yang diproduksi secara ilegal.
Namun, dokter akan terus meresepkan opioid untuk nyeri sedang hingga berat karena tidak adanya terapi alternatif, hal ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana pilihan obat dapat mempengaruhi hasil yang merugikan. Salah satu obat resep opioid yang menyebabkan krisis ini adalah oksikodon, dimana penyalahgunaan obat ini merajalela.
Menjadi salah satu obat opioid yang paling banyak diresepkan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat sebagaimana tercermin dalam peningkatan penjualan eceran yang meroket sebesar 866% antara tahun 1997-2007, oksikodon pada awalnya dianggap tidak terlalu membuat ketagihan dibandingkan morfin.
Secara kimiawi mirip dengan morfin, oksikodon pertama kali disintesis pada tahun 1916 di Jerman, dan diklasifikasikan sebagai opioid semi-sintetis, karena dibuat melalui modifikasi kimia alkaloid opium poppy, thebaine. Oksikodon telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai analgesik narkotika.
Percodan yang mengandung oksikodon sering diresepkan oleh dokter untuk meredakan rasa sakit yang cukup serius. Biasanya, obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri pasca operasi, cedera, atau kondisi medis lainnya yang memerlukan kontrol nyeri tingkat tinggi. Sebagai kombinasi opioid dan antiinflamasi, Percodan dapat memberikan efek analgesik yang kuat.
Dosis dan frekuensi penggunaan Percodan harus sesuai dengan rekomendasi dokter untuk menghindari risiko efek samping dan ketergantungan. Penggunaan Percodan biasanya bersifat jangka pendek dan harus dihentikan setelah kondisi nyeri membaik.
Efek Samping Percodan
Seperti obat lainnya, Percodan dapat menyebabkan efek samping yang perlu diwaspadai. Beberapa efek samping umum yang mungkin muncul termasuk mual, muntah, pusing, dan konstipasi. Karena mengandung oksikodon, obat ini juga memiliki potensi menyebabkan efek samping serius, seperti depresi pernapasan.
Berbagai efek samping yang serius dari penggunaan Percodan termasuk:
- sulit bernafas,
- pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan,
- pernapasan melambat dengan jeda yang lama,
- bibir berwarna biru,
- sulit untuk bangun,
- sakit perut yang parah,
- sembelit,
- muntah,
- detak jantung cepat atau lambat,
- pernapasan lemah atau dangkal,
- pernapasan yang berhenti saat tidur,
- kebingungan,
- pikiran atau perilaku yang tidak biasa,
- sakit kepala ringan,
- penurunan pendengaran,
- berdenging di telinga,
- kejang,
- tinja berdarah atau berlama-lama,
- batuk darah,
- muntahan yang bentuknya seperti ampas kopi,
- mual,
- muntah,
- kehilangan selera makan,
- pusing,
- kelelahan yang semakin parah,
- kelemahan,
- agitasi,
- halusinasi,
- demam,
- berkeringat,
- gemetaran,
- detak jantung cepat,
- kekakuan otot,
- berkedut,
- kehilangan koordinasi, dan
- diare
Bahkan pengguna pun berpotensi mengalami efek samping Percodan yang serius termasuk:
- detak jantung lambat/cepat/tidak teratur,
- perubahan mental/suasana hati (seperti depresi, halusinasi, kebingungan),
- buang air kecil yang sulit atau menyakitkan,
- berdenging di telinga,
- penurunan pendengaran,
- perubahan penglihatan,
- mudah memar atau berdarah,
- sakit perut atau perut,
- muntahan yang bentuknya seperti ampas kopi,
- mata atau kulit menguning,
- urin berwarna gelap,
- kelelahan yang terus-menerus,
- mual terus-menerus, atau
- perubahan jumlah urin.
Peringatan dan Kontraindikasi Percodan
Percodan tidak boleh digunakan oleh semua orang. Ada beberapa kondisi medis dan situasi tertentu yang dapat menjadi kontraindikasi atau memerlukan penyesuaian dosis. Misalnya, individu yang memiliki riwayat alergi terhadap oksikodon atau aspirin sebaiknya tidak mengonsumsi Percodan. Selain itu, kondisi medis tertentu seperti gangguan pernapasan, penyakit hati, atau kecanduan zat-zat tertentu dapat memerlukan pertimbangan khusus sebelum menggunakan obat ini.
Sebelum menggunakan Percodan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menilai kebutuhan pasien dan memberikan resep dengan dosis yang tepat. Pasien juga harus memberi tahu dokter tentang riwayat medis, termasuk alergi, serta obat atau suplemen lain yang sedang dikonsumsi.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan alternatif pengobatan atau memberikan petunjuk khusus untuk mengurangi risiko efek samping. Pemantauan rutin dan komunikasi terbuka dengan dokter adalah kunci untuk memastikan penggunaan Percodan yang aman dan efektif.
Sebagai obat yang mengandung oksikodon, Percodan memiliki potensi menyebabkan ketergantungan. Penggunaan jangka panjang atau penyalahgunaan dapat mengakibatkan risiko ketergantungan fisik dan psikologis. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengikuti dosis yang diresepkan dan tidak menggunakan obat ini lebih dari yang disarankan oleh dokter.
Percodan dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi nyeri yang parah, tetapi penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai petunjuk dokter. Pemahaman yang baik tentang penggunaan Percodan dapat menghindari ketergantungan. Informasi dalam artikel ini hanya bersifat informatif dan bukan pengganti nasihat medis profesional.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka