Mengenal Sabu-Sabu Dan Efek Samping Gejala Yang Diakibatkan - Ashefa Griya Pusaka

Mengenal Sabu-Sabu Dan Efek Samping Gejala Yang Diakibatkan

Mengenal Sabu-Sabu Dan Efek Samping Gejala Yang Diakibatkan
Share on:

Sabu adalah salah satu narkoba jenis metamfetamina atau obat psikostimulan paling kuat yang pernah ditemukan. Di antara pecandu narkoba, sabu disebut “crystal”, “ice”, “bolt”, dan masih banyak lagi. Seringkali sabu dibuat di rumah dari obat-obatan yang dijual di apotek tanpa resep dokter. Apa efek samping dari sabu?

Asal Mula Sabu

Karena ketersediaan dan efeknya, sabu pun dengan cepat mendapatkan popularitasnya di kalangan para pecandu narkoba. Dan faktanya, keuntungan dari penjualan ilegal di dunia lebih dari tiga ratus miliar dolar per tahun. Itu adalah angka yang sangat menakutkan bila membayangkan efek merusaknya.

Sabu yang memiliki nama medis metamfetamin ini memiliki komposisi kimia yang mirip dengan amfetamin, yang merupakan analog sintetik dari alkaloid yang disebut efedrin. Itu diperoleh dari tanaman Ephedra. Pertama kali disintesis di Jepang pada tahun 1900. Sampai tahun 1930-an, zat ini praktis tidak digunakan. Sebelum dimulainya Perang Dunia II, sabu digunakan sebagai psikostimulan yang diberikan kepada tankmen, pilot, dan tentara untuk meningkatkan moral dan meningkatkan konsentrasi.

Perkembangan selanjutnya, sabu pun digunakan sebagai obat untuk pasien dengan narkolepsi, depresi, dan gangguan mental lainnya. Hingga tahun 1970, sabu resmi masuk dalam daftar obat yang bisa dibeli di apotek. Pada awal 90-an, sabu mulai merambah ke banyak kalangan masyarakat. Para pecandu narkoba yang sebelumnya menggunakan jenis zat narkotika lain pun akhirnya beralih ke sabu. Sekarang penggunaannya untuk pengobatan dilarang oleh hukum, termasuk di negara kita, meskipun di Amerika masih digunakan untuk mengobati obesitas.

Apa Efek Samping dari Sabu?

Sabu adalah narkoba yang secara langsung mempengaruhi dan merangsang sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Seseorang yang menggunakan sabu maka dengan cepat akan mengalami euforia karena produksi hormon dopamin, serotonin dan norepinefrin. Pada saat yang sama, proses penangkapan hormon tersebut pun terhambat. Dengan asupan zat yang konstan maka cadangan neurotransmiter akan habis. Untuk mengisinya kembali, pengguna perlu memulihkan dan tidak “menggunakan” selama beberapa hari. Itulah sebabnya gejala putus obat yang paling mencolok dari narkoba adalah depresi.

Sabu biasanya diproduksi dalam bentuk kristal yang dapat dihirup atau dihisap. Untuk melakukan ini, pecandu narkoba menggunakan tabung khusus yang terbuat dari kaca, dengan pengental di ujungnya. Ketika tabung dipanaskan, uap sabu akan terbentuk, yang kemudian dihirup oleh orang tersebut. Bubuk sabu pun dapat diberikan secara intravena. Diencerkan dengan zat lain. Metode ini biasanya akan menghasilkan efek instan. Sementara saat sabu dihirup atau dihisap, efeknya muncul sedikit lebih lama. Sabu cepat dalam hal efek adiktifnya. Karena itu pecandu pun selalu berusaha meningkatkan dosis penggunaannya. Kecanduan menjadi stabil setelah tiga atau lima dosis intravena atau dua hingga tiga minggu menghirup sabu.

Di bawah pengaruh sabu seseorang bisa bersemangat, suasana hati biasanya baik. Dia menjadi lebih aktif, keinginan untuk kontak seksual meningkat, sensasi menjadi lebih akut. Semua masalah tampaknya tidak ada lagi, tetapi ini adalah perasaan yang menipu, karena itu adalah pengaruh pelepasan hormon yang memberikan perasaan senang.

Konsentrasi glukosa dalam darah setelah konsumsi sabu akan meningkat secara signifikan sehingga proses metabolisme pun dipercepat. Peningkatan vitalitas yang begitu tajam digantikan oleh sikap apatis total, tubuh mulai menuntut masuknya narkoba yang lebih banyak. Itulah sebabnya banyak pecandu narkoba menggunakan sabu hampir terus menerus, sehingga membuat diri mereka sendiri mengalami kelelahan psikologis dan fisik. Kemudian mereka tertidur, karena tubuh tidak bisa lagi tetap terjaga secara normal. Setelah itu, orang tersebut bangun dengan kepala sakit dan dalam keadaan yang mengerikan. Untuk mengatasinya dia pun kembali mengambil dosis sabu dan menggunakannya. Hiperaktif dan suasana hati yang baik bukanlah tanda paling penting dari penggunaan narkoba. Saat menggunakan sabu, beberapa tanda berikut akan muncul :

  • Pupil melebar karena fotofobia
  • Mulut dan hidung mengering
  • Indera penciuman, penglihatan dan pendengaran membaik
  • Denyut nadi menjadi lebih cepat
  • Tekanan darah juga meningkat
  • Nafsu makan hilang karena terhambatnya saluran cerna.

Tanda Overdosis Sabu

Konsekuensi penggunaan sabu cukup mengerikan. Karena kenyataan bahwa tubuh cepat terbiasa dengan sabu ini maka overdosis tidak jarang dialami pengguna. Tanda-tanda overdosis sabu yang paling menonjol seperti :

  • Kurang tidur
  • Kardiopalmus
  • Halusinasi yang bersifat visual dan pendengaran
  • Kecemasan, kegelisahan, agresif
  • Eksitasi berlebihan
  • Tremor anggota badan
  • Kejang (dalam kasus yang parah), yang dapat menyebabkan pendarahan otak dan kematian

Dengan penggunaan sabu yang berkepanjangan maka akan menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diubah berupa gangguan psiko-emosional. Keadaan depresi dialami pecandu sampai dia mengkonsumsi sabu lagi. Paranoia atau serangan panik seringkali pun bisa terjadi. Efek samping dari sabu meliputi :

  • Sakit kepala terus-menerus
  • Berkeringat, kedinginan
  • Kemerahan atau pucat pada kulit dan ruam mungkin muncul
  • Tekanan darah meningkat
  • Mual
  • Muntah, anoreksia
  • Gangguan saluran pencernaan
  • Bila pengguna sedang hamil maka bisa mengalami malformasi sampai keguguran
  • gagal ginjal
  • Imunitas berkurang

Zat psikostimulan ini menghancurkan tubuh pengguna dengan sangat cepat. Seringkali orang yang kecanduan tidak dapat memikirkan hal lain, kecuali bagaimana mendapatkan dan mengkonsumsi sabu berikutnya. Efek lain ketika sabu digunakan melalui jarum suntik yang dipakai bergantian adalah kemungkinan terkena infeksi hepatitis atau human immunodeficiency virus. Pengguna tentu tidak punya waktu untuk memikirkan perawatan, sehingga ia pun mulai terkena penyakit yang akhirnya meninggal.

Sindrom Putus Obat (Sakau) Sabu

Sindrom putus obat atau sakau begitu pengguna tak mendapatkan dosis berikutnya maka ia bisa tidur selama berhari-hari karena tubuhnya yang kelelahan. Ketika dia bangun pengguna pun tidak merasa ceria dan segar tetapi, sebaliknya muncul perasaan depresi, pikiran untuk bunuh diri, dan neurosis. Sakau sabu dalam bentuk psikosis biasanya ditandai dengan gejala berikut :

  • Halusinasi yang jelas
  • Reaksi akut terhadap cahaya dan suara keras
  • Hiperseksualitas
  • Kegembiraan digantikan oleh depresi.
  • Munculnya beberapa gangguan pada sistem kardiovaskular, kemih dan pencernaan.

Pengobatan Kecanduan Sabu

Sayangnya, tidak ada pengobatan khusus untuk kecanduan sabu. Zat narkoba ini tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (seperti opiat, misalnya) menggunakan obat-obatan kimia tertentu. Oleh karena itu, sebagai pilihan pengobatan, ada terapi simtomatik untuk membantu meminimalkan kerusakan organ dalam dan mencegah manifestasi psikosis.

Ketika pengguna mengalami sindrom putus obat atau sakau maka biasanya diterapkan :

  • Obat antipsikotik
  • Kardioprotektor
  • Zat nootropik
  • Obat penghilang rasa sakit

Langkah penting dalam proses rehabilitasi pecandu narkoba ini adalah psikoterapi kepada pengguna. Di pusat rehabilitasi narkoba, dokter yang berpengalaman akan membantu pengguna untuk menyadari semua efek berbahaya pada tubuh dari zat narkoba yang dia konsumsi. Fisioterapi juga dapat dijalankan dengan manfaat yang baik. Ketika menjalani sesi psikoterapi kelompok pengguna akan memiliki kesempatan untuk kembali ke kehidupan normal tanpa menggunakan narkoba, pulih dan berhenti selamanya.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top