Metilfenidat – Efek Bahayanya Ketika Disalahgunakan - Ashefa Griya Pusaka

Metilfenidat – Efek Bahayanya Ketika Disalahgunakan

metilfenidat 1
Share on:

Methylphenidate atau Metilfenidat merupakan sejenis stimulan yang bekerja pada sistem saraf pusat dengan memengaruhi bahan kimia di otak dan saraf yang berperan dalam mengatasi hiperaktivitas serta mengendalikan impuls. Obat ini umumnya digunakan dalam pengobatan gangguan pemusatan perhatian (ADD), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), serta narkolepsi. Namun efek psikoaktif-nya banyak disalahgunakan orang untuk kesenangan.

Sejarah Penemuan Metilfenidat

Metilfenidat, pertama kali disintesis pada tahun 1944 dan dipatenkan pada tahun 1954. Obat yang satu ini dianggap sebagai titik terang dalam pengobatan sejumlah kondisi kesehatan. Pertama kali diperkenalkan oleh Perusahaan Farmasi Ciba-Geigy sebagai Ritalin pada tahun 1955, obat ini telah menemukan perannya yang tak tergantikan dalam pengobatan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) dan narkolepsi.

Dalam laporan Meja Dokter tahun 1957, Metilfenidat disorot sebagai solusi untuk kondisi kelelahan kronis, lesu, depresi, serta gangguan perilaku dan psikosis yang terkait dengan depresi. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan obat ini semakin meluas, bahkan mencakup depresi pada orang lanjut usia, pasien kanker, dan pasien pasca stroke.

Peran Metilfenidat dalam Pengobatan ADHD

Metilfenidat telah menjadi pilihan pertama banyak dokter dalam pengobatan awal ADHD. Dengan dosis berkisar antara 10 hingga 60 mg/hari, tergantung pada usia dan respons anak, obat ini telah membuktikan efektivitasnya. Penting untuk dicatat bahwa ADHD tidak hanya memengaruhi anak-anak; kondisi ini dapat berlanjut hingga dewasa, memerlukan konsumsi Metilfenidat secara berkelanjutan.

Metilfenidat diklasifikasikan sebagai stimulan SSP dengan mekanisme kerja yang diusulkan berfokus pada pelepasan dan peningkatan dopamin SSP. Stimulasi ini membantu memusatkan perhatian, memberikan harapan bagi mereka yang menghadapi gangguan ADHD. Meskipun mekanisme kerjanya berbeda dengan amfetamin dan kokain, hasil akhirnya adalah peningkatan dopamin sinaptik.

Penelitian Metilfenidat dan kokain menemukan bahwa keduanya terlokalisasi di wilayah otak yang sama, yaitu striatum. Dalam penggunaan yang salah, terutama pada reseptor dopamin D1, Metilfenidat dapat terkait dengan penggunaan berulang dan efek euforia.

Metilfenidat menunjukkan farmakokinetik yang menarik. Dengan absorpsi yang cepat dari saluran pencernaan, konsentrasi puncak tercapai dalam 1 hingga 2 jam setelah dosis. Waktu paruh farmakokinetiknya berkisar antara 2 hingga 7 jam, memberikan efek klinis dari 4 hingga 9 jam setelah dosis tergantung pada formulasi obat.

Dalam konteks farmakokinetiknya, Metilfenidat dan kokain menunjukkan kemiripan yang mencolok ketika diberikan secara intravena. Meskipun ada persamaan, perbedaan dalam pembersihan dari otak menimbulkan pertanyaan etis tentang potensi penyalahgunaan.

Penyalahgunaan Metilfenidat

Sejumlah referensi farmakologi menyatakan kesamaan efek Metilfenidat dengan amfetamin, yang artinya berpotensi untuk disalahgunakan sebagai pengganti amfetamin. Meskipun disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk pengobatan ADHD dan narkolepsi, namun perlu pertimbangan matang terhadap risiko penyalahgunaan pada populasi pasien tertentu.

Meskipun metilfenidat efektif dalam mengatasi gejala ADHD, penggunaannya yang berlebihan atau tanpa resep medis dapat menyebabkan risiko kecanduan. Ada beberapa karakteristik orang yang diduga terjerumus ke dalam kecanduan metilfenidat yaitu :

  • Kecenderungan Mengabaikan Petunjuk Medis

Salah satu karakteristik orang yang mungkin kecanduan metilfenidat adalah kecenderungan untuk mengabaikan petunjuk medis yang jelas. Penggunaan metilfenidat seharusnya hanya dilakukan sesuai dengan resep dokter dan diawasi dengan ketat. Namun, individu yang kecanduan cenderung melebihi dosis yang direkomendasikan atau bahkan menggunakan obat ini tanpa arahan medis sama sekali.

Hal ini sering kali dipicu oleh keinginan untuk meningkatkan kinerja kognitif atau fokus tanpa memahami risiko dan dampak negatif yang dapat timbul dari penggunaan yang tidak terkendali. Pemahaman yang buruk terhadap petunjuk medis dapat menjadi ciri khas dari individu yang rentan terhadap kecanduan metilfenidat.

  • Peningkatan Toleransi Terhadap Efek Obat

Orang yang mengonsumsi metilfenidat secara berlebihan cenderung mengalami peningkatan toleransi terhadap efek obat. Ini berarti bahwa seiring berjalannya waktu, dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk mencapai efek yang sama seperti sebelumnya. Peningkatan toleransi dapat menjadi tanda adanya kecanduan, karena penggunaan obat yang melebihi dosis medis dapat menyebabkan perubahan dalam respons tubuh terhadap zat tersebut.

Peningkatan toleransi juga dapat menjadi faktor risiko untuk overdosis dan efek samping serius. Oleh karena itu, penting bagi individu yang menerima pengobatan dengan metilfenidat untuk tetap mengikuti petunjuk dokter dan tidak mencoba meningkatkan dosis sendiri.

  • Pola Penggunaan yang Tidak Teratur atau Berlebihan

Ciri khas orang yang kecanduan metilfenidat adalah pola penggunaan yang tidak teratur atau berlebihan. Mereka mungkin menggunakan obat ini bahkan ketika tidak ada kebutuhan medis atau menggunakan dosis yang jauh lebih tinggi dari yang direkomendasikan. Pola penggunaan yang tidak terkendali dapat memberikan indikasi kuat tentang kecanduan, karena penggunaan obat yang tidak sesuai dengan petunjuk medis dapat menunjukkan kebutuhan psikologis atau emosional yang mendalam.

Beberapa individu mungkin mencoba menggunakan metilfenidat sebagai cara untuk mengatasi stres, meningkatkan produktivitas, atau mengatasi masalah emosional lainnya. Ini adalah langkah yang berpotensi berbahaya dan dapat mengarah pada ketergantungan yang serius.

  • Perubahan dalam Kesehatan Mental dan Emosional

Orang yang kecanduan metilfenidat mungkin mengalami perubahan dalam kesehatan mental dan emosional mereka. metilfenidat mempengaruhi sistem saraf pusat, dan penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan gejala seperti kecemasan, depresi, atau bahkan psikosis.

Perubahan dalam pola tidur, suasana hati yang tidak stabil, dan kecenderungan untuk mengisolasi diri juga dapat menjadi tanda-tanda kecanduan. Penting untuk mengenali perubahan-perubahan ini sejak dini dan mencari bantuan medis atau dukungan psikologis yang sesuai.

  • Penyalahgunaan sebagai Enhancer Kognitif atau Produktivitas

Salah satu karakteristik yang lebih spesifik dari orang yang kecanduan metilfenidat adalah penggunaannya sebagai enhancer kognitif atau produktivitas. Beberapa individu mungkin memandang metilfenidat sebagai cara untuk meningkatkan daya ingat, fokus, atau kinerja kognitif secara umum. Hal ini dapat mendorong mereka untuk menggunakan obat ini bahkan tanpa indikasi medis yang jelas.

Metilfenidat seharusnya hanya digunakan di bawah pengawasan medis dan untuk tujuan pengobatan ADHD yang sah. Menggunakan obat ini sebagai alat untuk meningkatkan kinerja tanpa supervisi medis dapat mengarah pada risiko kesehatan yang serius.

  • Sikap Defensif Terhadap Kritik atau Pertanyaan

Orang yang kecanduan metilfenidat mungkin menunjukkan sikap yang defensif ketika dikonfrontasi dengan kritik atau pertanyaan tentang penggunaannya. Mereka mungkin menolak untuk mengakui bahwa mereka memiliki masalah atau bahwa penggunaan metilfenidat mereka melebihi batas yang aman.

Sikap defensif ini bisa menjadi pertanda bahwa seseorang menyadari masalahnya tetapi enggan mengakui dan mencari bantuan. Ini dapat menjadi tantangan tambahan dalam membantu individu keluar dari kecanduan metilfenidat, karena pengakuan dan motivasi untuk berubah adalah langkah pertama yang sangat penting.

  • Gangguan dalam Hubungan Sosial dan Pekerjaan

Kecanduan metilfenidat dapat merusak hubungan sosial dan karier seseorang. Individu yang kecanduan mungkin mengalami kesulitan mempertahankan hubungan yang sehat dengan teman, keluarga, dan rekan kerja. Ketidakstabilan emosional dan perubahan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan obat ini dapat menciptakan jarak antara individu dan lingkungan sosial mereka.

Dalam konteks pekerjaan, kecanduan metilfenidat dapat menyebabkan absensi yang berlebihan, penurunan produktivitas, dan konsekuensi serius lainnya. Hal ini dapat menciptakan tekanan tambahan dalam kehidupan individu, yang mungkin hanya memperburuk masalah kesehatan mental atau emosional yang mendasari.

Metilfenidat, dengan sejarah panjangnya sejak 1955, telah menemukan tempatnya dalam berbagai kondisi medis terutama pengobatan ADHD. Kecanduan metilfenidat bukanlah masalah yang sepele, dan memahami karakteristik orang yang mungkin terjerumus ke dalam kecanduan ini adalah langkah penting untuk pencegahan dan intervensi dini. Sebagai masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko penggunaan obat-obatan tertentu dan mendukung upaya pencegahan kecanduan.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top