Setiap tanggal 31 Mei merupakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Jumlah perokok di Indonesia dari laporan yang ada terus meningkat dan bahkan anak-anak pun mulai mencoba-coba. Masih banyak yang belum tahu bahwa merokok berbahaya untuk kesehatan ditinjau dari sudut mana saja.
Menurut statistik, tembakau membunuh orang setiap harinya di berbagai belahan dunia. Jika tidak ada tindakan efektif yang diambil, diperkirakan angka kematiannya akan meningkat berkali-kali lipat. Bahkan mereka yang non-perokok juga tidak dapat akan dapat “menjauh” dan akan terkena akibat buruknya.
Banyak perokok memiliki pemahaman yang mendalam bahwa berhenti merokok bukanlah hal yang mudah. WHO dengan jelas mencantumkan ketergantungan tembakau sebagai penyakit, dan berhenti merokok sama dengan mengobati penyakit, yang membutuhkan penggunaan obat-obatan yang efektif dan layanan medis profesional. Namun, data menunjukkan bahwa 19,8% perokok telah mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, tetapi 90,1% tidak berhasil. Tidak menggunakan obat-obatan yang efektif dan tidak mencari perawatan medis profesional adalah alasan utama kegagalan berhenti merokok. Mereka para perokok itu hanya mengandalkan kemauan keras.
Ada pula sebab sosial dan budaya dari kesulitan berhenti merokok. “Merokok berbahaya bagi kesehatan” kalimat itu tentu sudah tidak asing lagi. Hanya saja peringatan tersebut belum disadari oleh semua orang. Citra tembakau memiliki nilai positif dalam persepsi sebagian daerah dan sebagian golongan masyarakat. Hingga hari ini, tembakau dan alkohol kelas atas masih menjadi “pilihan terbaik” untuk hadiah.
Dalam kehidupan nyata, merokok juga memiliki fungsi sosial yang unik. Di beberapa daerah, menyulut rokok adalah etiket dasar interaksi sosial sehari-hari. Satu pihak dengan hormat menyerahkan sebatang rokok, dan pihak lain mengucapkan terima kasih setelah merokok di tempat, melengkapi salam di awal pertemuan.
Dalam beberapa acara sosial, merokok bersama juga menjadi salah satu bentuk identitas dan suasana yang harmonis. Ketika tembakau menjadi hadiah, ia memperoleh legitimasi pada tingkat sosial budaya, dan diberkahi dengan nilai-nilai positif dan makna yang baik. Produk tembakau juga memperkuat citra ini dengan logo yang dirancang dengan baik, branding, dan kemasan yang menarik. Di bawah pengaruh dan bahkan paksaan budaya sosial ini, berhenti merokok menjadi lebih sulit.
Merokok berbahaya untuk kesehatan yang serius, yang telah membentuk konsensus luas di kalangan medis dan ilmiah. Lihat saja di kemasan rokok yang tercetak gambar besar yang menunjukkan gejala nyata dari beberapa penyakit terkait rokok. Gejala penyakit seperti kanker paru-paru dan kanker mulut. Merokok jangka panjang mengakibatkan efek buruk untuk sistem pernapasan, yang telah disadari oleh banyak orang.
Paru-paru merupakan organ terpenting dari sistem pernapasan manusia. Ini adalah organ terbuka yang berhubungan langsung dengan dunia luar lewat trakea dan bronkus. Oleh karena itu bagian ini sangat rentan dengan berbagai faktor berbahaya yang datang dari luar. Asap tembakau mengandung ratusan zat berbahaya, 69 di antaranya terbukti merupakan karsinogen. Karsinogen tersebut bisa memicu mutasi gen kunci dalam tubuh, disregulasi mekanisme regulasi pertumbuhan normal, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan karsinogenesis dan tumor ganas.
Para ahli pun percaya jika merokok berbahaya untuk kesehatan dengan menyebabkan kerusakan paru-paru yang lambat yang tak dapat diubah sekaligus menjadi faktor predisposisi penting dalam penyakit paru kronis. Pada akhirnya akan berdampak pada fungsi paru-paru dan secara serius mempengaruhi kualitas hidup. Bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Tak berhenti sampai di situ, merokok berbahaya untuk kesehatan pun dalam jangka panjang bisa mempercepat risiko tumor mukosa mulut, tumor nasofaring, tumor saluran pencernaan, kanker payudara, leukemia akut dan penyakit lainnya. Merokok untuk jangka panjang pun akan berdampak pada kesehatan reproduksi pria. Apabila ibu hamil merokok, pun bisa mengakibatkan cacat janin dan keguguran.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka