Pencegahan HIV dan AIDS dengan Konsep ABCDE - Ashefa Griya Pusaka

Pencegahan HIV dan AIDS dengan Konsep ABCDE

Pencegahan HIV dan AIDS dengan Konsep ABCDE
Share on:

Penyerbaran virus HIV dan AIDS hingga saat masih sangat banyak, sebenarnya jika kita memahami cara pencegahan dini penyakit aids bisa sangat bermanfaat. Hal ini bisa dilakukan mulai dari menghindari atau menerapkan konsep abcde bisa sangat efektif. Penyakit ini memang belum ada obatnya, oleh karena itu mencegah hiv aids sangatlah penting.

Seperti kata pepatah, menghindari lebih baik daripada mengobati. Konsep ABCDE ini bisa kamu terapkan untuk menghindari penyebaran virus HIV dan AIDS yang mungkin saja menghampirimu.

Apa itu HIV dan AIDS?

Pencegahan HIV dan AIDS dengan Konsep ABCDE

Apa itu HIV dan AIDS? Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang pada sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh lemah dan tidak mampu melawan infeksi dan penyakit yang menggerogoti tubuh. Untuk penyakit HIV belum ada obatnya maupun metode penyembuhannya.  Penyakit ini hanya bisa di perlambat perkembangannya. Supaya orang yang menderita HIV bisa hidup dengan normal.

Sedangkan Acquired Immune Deficiency Sydrome merupakan keadaan penderita HIV sudah berada pada tahap akhir karena infeksi. Pada saat seseorang yang menderita AIDS makan tubuhnya tidak mampu untuk melawan infeksi maupun penyakit. Jika seseorang melakukan penanganan lebih awal untuk pendeteksian sakit HIV maka seseorang tidak akan beresiko terkena AIDS

Selain itu, jika seseorang mengalami sakit HIV maka akan beresiko juga terkena infeksi yang lainnya dan kanker. Apabila seseorang terdeteksi mempunyai jumlah CD4 atau s-T turun sampai kurang 200, penderita HIV akan di anggap sudah masuk ke fase akhir yaitu AIDS. Lalu. Bagaimana cara pencegahan HIV dan AIDS?

Pencegahan HIV dan Aids

Untuk mengurangi penyebaran virus HIV/AIDS kita bisa berusaha dengan cara menghindarinya atau tetap hidup sehat dan aman. Penyakit HIV ini sangat berbahaya untuk tubuh manusia karena bisa merusa sel-sel baik yang ada didalamnya.

Meskipun saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah infeksi HIV. Akan tetapi, penularan HIV bisa dicegah dengan konsep “ABCDE” yaitu:

A (Abstinence)

Pada konsep ini jika seseorang yang mau mencegah infeksi HIV sebaiknya yang belum menikah jangan melakukan hubungan seks di luar nikah atau seks bebas. Karena hal ini adalah yang paling efektif dan aman untuk menghindari infeksi HIV.

Perlu diketahui jika virus HIV menular dari satu orang ke orang lain bisa lewat sperma, darah, dan cairan (vagina, rectal, praejakulasi) serta ASI. Cairan seperti ini harus mengalami hubungan langsung dengan selaput membran, jaringan yang luka atau peredaran darah kemudian menyebabkan infeksi pada orang lain.

Banyak penderita HIV/AIDS terinfeksi virus ini karena perilaku seks berisiko. Selebihnya karena penggunaan jarum suntik bergantian, dan penularan dari ibu pada bayi. Sudah di jelaskan jika prilaku seks yang berisiko yaitu berganti pasangan, seks anal dan tidak memakai pengaman untuk penularan HIV.

B (Be Faithful)

Jika seseorang ingin terhindar dari infeksi HIV maka setialah hanya pada satu orang untuk melakukan seks. Jangan sampai melakukan kesalahan, seperti melakukan hubungan seks berganti pasangan. Karena bisa meningkatkan risiko terkena virus HIV. Maka, ada baiknya membatasi pasangan dalam berhubungan seksual. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penularan HIV. Menikah juga tidak menjamin terhindar dari risiko tertular HIV, terutama jika ada yang selingkuh atau sering memakai jasa prostitusi maupun berpoligami.

C (Condom)

Pengaman dalam melakukan hubungan hanya diketahui sebagai alat kontrasepsi yang berguna untuk mengatur jarak kelahiran atau kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, pengaman mempunyai peran penting dalam mencegah penyebaran sakit HIV.

Selanjutnya ketika melakukan hubungan gunakanlah pengaman seperti kondom yang baru. Jika ingin memilih pengaman yang berpelumas, pilihlah pelumas yang mengandung bahan dasar air. Hindarilah pengaman yang menggunakan pelumas dengan bahan dasar minyak, bisa terjadi pengaman bocor. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan pengaman untuk mencegah penularan HIV pemakaian harus benar. Jika teknik penggunaan pengaman tidak tepat bisa mengakibatkan efek protektif yang gagal.

D (Drug)

Menurut Center of Disease Prevention and Control (CDC) menyarankan untuk melakukan satu kali dalam pemeriksaan status HIV. Jika pada orang yang berisiko terkena sebaiknya dilakukan pemeriksaan status HIV tiap tahun. Apabila sampai mengalami gejala seperti flu-like ilness meliputi lemas, meriang, tenggorokan sakit, bercak merah dan lainnya, segeralah melakukan pemeriksaan. Bisa jadi yang dirasakan karena infeksi akut dari virus HIV.

Sementara itu pada ibu hamil, untuk memeriksa status HIV paling tidak satu kali selama kehamilan. Dengan begitu bisa meminimalisir penularan HIV dari ibu pada janin yang di kandungannya. Jadi, seorang ibu yang berstatus positif HIV bisa kemungkinan melahirkan anak yang sehat.

Tak hanya itu, penularan HIV juga bisa terjadi melalui penggunaan obat-obatan terlarang. Seperti aktivitas penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergiliran. Jadi, dimanapun berada hindarilah penyalahgunaan narkoba. Salah satunya pada profil penggunaan narkotika melalui jarum suntik. Menghidupkan memakai jarum suntik juga bisa mencegah seseorang terinfeksi HIV. Tak hanya untuk mencegah HIV tetapi juga bisa mencegah resiko terkena Hepatitis B.

E (Education)

Mencari informasi mengenai HIV, seperti cara pencegahan, cara penularan dan pengobatan bisa membantu seseorang untuk mencegah penularan HIV.  Agar terhindar dari bahaya mengintai penyakit HIV/AIDS jika,  sudah di bekali ilmu pengetahuan tentang HIV. Jadi kemungkinan seseorang tidak akan salah paham tentang penyebab penyakit HIV. Oleh karena itu, penting untuk mencari informasi yang benar dan tepat untuk belajar yang berkaitan dengan kesehatan seksual, salah satunya HIV/AIDS.

Data Perkembangan HIV/AIDS

Menurut data WHO di tahun 2015 telah tercatat ada 36,7 juta jiwa yang sakit HIV di seluruh dunia. Sebanyak 18,2 juta jiwa sakit HIV telah melakukan pengobatan antiretroviral. Akhir tahun 2015 telah tercatat pertumbuhan penderita HIV sebesar 2,1 juta jiwa. Sementara itu menurut UNAAIDS di tahun 2015 orang yang sakit HIV mencapai 690 ribu. Terdiri dari 250 ribu diantaranya yaitu wanita berusia 15 tahun keatas, anak-anak 17 ribu. Sedangkan pada angka kematian karena AIDS mencapai 35 ribu orang sehingga menyebabkan sekitar 110.00 anak usia 0-17 tahun menjadi anak yatim piatu.

Nah, itulah cara pencegahan HIV dan AIDS dengan konsep ABCDE. Jika kamu merasa adanya resiko tinggi terkena HIV kemudian saat di tes ternyata hasilnya negatif, maka dokter akan memberikan obat Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP). Obat PrEP merupakan kombinasi dari tiga obat antiretroviral yang bertujuan dalam pencegahan berkembangnya infeksi HIV. Obat jenis ini bisa di konsumsi maksimal 72 jam setelah terkena HIV dan harus di konsumsi selama 28 hari.

 Sementara itu pada pria, yang sudah melakukan sunat bisa mengurangi resiko terinfeksi HIV. Sedangkan, hasilnya didiagnosis positif HIV, maka beritahukan pasangan kamu untuk menjalankan tes HIV juga. Kemudian, jika kondisi kamu sedang hamil maka diskusikan dengan dokter tentang cara yang tepat dalam penanganan, meliputi perencanaan persalinan dan cara mencegah penularan HIV dari ibu ke janin.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top