Seberapa Bahayanya Tryptamine, New Psychoactive Substance yang Sudah Beredar di Indonesia - Ashefa Griya Pusaka

Seberapa Bahayanya Tryptamine, New Psychoactive Substance yang Sudah Beredar di Indonesia

tryptamine 1
Share on:

New Psychoactive Substances (NPS) merujuk pada kelompok senyawa psikoaktif yang dirancang untuk meniru efek narkotika terlarang, dengan ciri khasnya mampu menghindari regulasi hukum. Tryptamine adalah salah satu dari jenis NPS yang terdeteksi sudah beredar di Indonesia. Seperti apa bahaya yang diakibatkan zat psikoaktif jenis baru ini?

Tryptamine, adalah sebuah senyawa yang mengundang rasa ingin tahu dalam dunia ilmiah dan juga para pengguna narkotika. Sebagai bagian dari keluarga senyawa indolamine, tryptamine dikenal karena potensinya dalam memengaruhi sistem saraf pusat manusia. Artikel berikut mencoba membahas tryptamine dari perspektif ilmiah, mencari tahu keunikan, risiko, dan peranannya dalam konteks yang lebih luas.

Definisi dan Sifat Kimia Tryptamine

Dalam dekade 1950-an, dunia diperkenalkan pada keajaiban jamur psilosibin, yang mengandung senyawa tryptamine yang memicu efek halusinogenik yang memukau. Sejak saat itu, perkembangan tryptamine terus mengalami evolusi yang pesat, membentuk kisah yang luar biasa di dunia senyawa psikoaktif.

Pada awalnya, jamur psilosibin menjadi ikon utama dalam dunia tryptamine. Pada tahun 1950-an, dunia disajikan dengan pesona jamur ajaib ini, membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut dalam keluarga senyawa tryptamine. Seiring berjalannya waktu, Alexander Shulgin merilis bukunya yang terkenal, “TIHKAL: Tryptamine, I Have Known and I Love It,” pada tahun 1997. Publikasi ini memunculkan kegemparan di kalangan peneliti dan pecinta senyawa psikoaktif, mempercepat perkembangan berbagai turunan tryptamine, termasuk yang sintetik seperti dimethyltryptamine (DMT).

Tryptamine, secara kimiawi dikenal sebagai 2-(1H-indol-3-yl)ethanamine, merupakan senyawa organik yang termasuk dalam kelompok monoamine alkaloid. Struktur inti indol yang dimilikinya memberikan ciri khas pada senyawa ini, menempatkannya dalam kategori yang sama dengan serotonin dan dimethyltryptamine (DMT).

Dalam keadaan alami, tryptamine ditemukan dalam berbagai tumbuhan dan fungi. Sifat fisikokimia tryptamine memberikannya kemampuan untuk menembus sawar darah otak dengan mudah, memungkinkannya berinteraksi dengan reseptor serotonin dan menyebabkan efek psikoaktif pada manusia.

Tryptamine, seperti serotonin, memiliki afinitas terhadap reseptor serotonin di otak. Interaksi ini memberikan dasar bagi efek psikoaktif yang diamati pada konsumen. Melalui pengaruhnya terhadap sistem saraf pusat, tryptamine dapat memodulasi suasana hati, tidur, dan persepsi sensorik.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa tryptamine dapat memainkan peran dalam proses kognitif, termasuk pembelajaran dan memori. Meskipun pemahaman tentang mekanisme tepatnya masih berkembang, bukti awal menunjukkan bahwa interaksi dengan reseptor serotonin dapat meningkatkan plastisitas sinaptik.

Tumbuhan yang Mengandung Tryptamine

Tryptamine ditemukan secara luas di dunia tumbuhan. Tumbuhan seperti Psychotria viridis, yang digunakan dalam pembuatan ayahuasca, mengandung tryptamine bersama dengan senyawa psikoaktif lainnya. Sumber lain termasuk Acacia, Mimosa, dan beberapa spesies fungi.

Beberapa masyarakat adat sudah lama menggunakan tumbuhan yang mengandung tryptamine dalam praktik-praktik keagamaan dan ritual. Ayahuasca, misalnya, digunakan dalam upacara oleh suku-suku pribumi di Amerika Selatan untuk mencapai pengalaman spiritual dan penyembuhan.

Efek Psikoaktif Tryptamine

Tryptamine memiliki potensi psikoaktif yang dapat memicu perubahan kesadaran dan pengalaman batin. Efek ini dapat bervariasi tergantung pada dosis, metode konsumsi, dan faktor-faktor lainnya. Beberapa individu mencari pengalaman psikedelik yang dalam, sementara yang lain menggunakan tryptamine dalam konteks terapeutik.

Penggunaan tryptamine, terutama dalam bentuk sintetis, tidak bebas risiko. Dalam beberapa kasus, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan reaksi yang merugikan, termasuk kecemasan, halusinasi yang intens, bahkan psikosis sementara.

Efek samping tryptamine dapat bervariasi tergantung pada senyawa spesifiknya dan dosis yang digunakan. Berikut beberapa efek samping umum yang terkait dengan penggunaan tryptamine :

  • Perubahan Mood: Beberapa tryptamine, terutama yang memiliki aktivitas serotonergik, dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi. Ini dapat mencakup perasaan euforia, kebahagiaan, atau kecemasan.
  • Gangguan Sensorik: Beberapa tryptamine psikoaktif, seperti DMT atau psilocybin, dapat menyebabkan perubahan persepsi sensorik, seperti halusinasi visual atau pendengaran.
  • Mual dan Muntah: Efek samping gastrointestinal, seperti mual dan muntah, dapat terjadi sebagai respons terhadap penggunaan beberapa tryptamine.
  • Kenaikan Denyut Jantung dan Tekanan Darah: Beberapa tryptamine dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
  • Gangguan Tidur: Beberapa orang melaporkan gangguan tidur setelah menggunakan tryptamine tertentu.
  • Kecanduan: Meskipun kecanduan tryptamine mungkin tidak seumum kecanduan zat-zat tertentu, penggunaan berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan psikologis pada beberapa individu.
  • Reaksi Alergi: Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap tryptamine tertentu, yang dapat mencakup ruam, gatal-gatal, atau pembengkakan.
  • Gangguan Kognitif Sementara: Penggunaan tryptamine tertentu dapat menyebabkan gangguan kognitif sementara, seperti kesulitan berkonsentrasi atau gangguan memori jangka pendek.
  • Pengaruh terhadap Motorik: Beberapa tryptamine dapat mempengaruhi koordinasi motorik dan kecepatan reaksi.

Legalitas Tryptamine

Senyawa tryptamine telah menemukan tempatnya dalam berbagai formulasi ekstasi yang ditemukan di pasar gelap. Alpha methyltryptamine dan 5-MeO-MIPT, campuran tryptamine yang mengejutkan, telah ditemukan dalam tablet ekstasi yang menggoda para pecinta senyawa psikoaktif. Di sisi lain, alpha methyltryptamine, seiring dengan pesatnya popularitas methylone, mendapatkan tempat eksklusifnya dalam tablet ekstasi yang merajalela di pasaran.

Legalitas tryptamine bervariasi di seluruh dunia. Beberapa negara mengklasifikasikannya sebagai zat terlarang termasuk Indonesia. Sementara negara lain ada yang mengizinkan penggunaan terbatas atau memperbolehkannya tanpa batasan tertentu.

Tryptamine juga menjadi fokus penelitian dalam pengembangan obat-obatan psikiatri. Beberapa senyawa turunan tryptamine telah diteliti karena potensinya dalam mengobati gangguan mood, kecemasan, dan bahkan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian ini memberikan pandangan optimis terhadap kemungkinan pengembangan obat-obatan baru.

Upaya Rehabilitasi Pecandu Zat Psikoaktif

Rehabilitasi pecandu zat psikoaktif bukan sekadar upaya untuk menghentikan penggunaan zat, tetapi juga merupakan langkah untuk membangun fondasi yang kokoh bagi kehidupan yang sehat dan berarti. Ketergantungan zat adalah penyakit yang memerlukan perawatan holistik, rehabilitasi bertujuan untuk mengatasi aspek fisik, mental, dan sosial dari ketergantungan. Langkah-Langkah Utama dalam Proses Rehabilitasi meliputi :

  1. Detoksifikasi: Proses awal rehabilitasi sering dimulai dengan detoksifikasi, di mana tubuh dibersihkan dari zat-zat yang memengaruhi perilaku dan fungsi tubuh. Detoksifikasi biasanya dilakukan di bawah pengawasan medis untuk meminimalkan risiko komplikasi.
  2. Evaluasi dan Diagnosis: Setelah detoksifikasi, individu menjalani evaluasi menyeluruh oleh tim profesional kesehatan. Ini mencakup penilaian fisik, psikologis, dan sosial untuk merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap individu.
  3. Perencanaan Perawatan: Berdasarkan evaluasi, tim perawatan merancang rencana rehabilitasi yang mencakup berbagai terapi, baik individual maupun kelompok. Perencanaan ini juga mencakup dukungan medis dan psikososial.
  4. Terapi Kognitif-Perilaku: Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang terkait dengan penggunaan zat. Ini membantu individu mengembangkan strategi mengatasi dan keterampilan adaptif baru.
  5. Terapi Keluarga dan Sosial: Pecandu zat sering kali terpengaruh oleh dinamika keluarga dan lingkungan sosial mereka. Terapi keluarga dan sosial membantu memperbaiki hubungan interpersonal dan menciptakan lingkungan dukungan.
  6. Pendidikan dan Pencegahan Kembali: Rehabilitasi mencakup pendidikan tentang dampak negatif penggunaan zat dan strategi pencegahan kembali. Ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko dan membantu mencegah kekambuhan.

Kini kita paham bahwa Tryptamine adalah senyawa yang memiliki dampak yang signifikan dalam konteks neurokimia berupa efek psikoaktif. Sebagai langkah proaktif, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa penggunaan tryptamine harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top