Belum lama ini viral berita seorang gadis remaja asal Bandung yang menderita skoliosis hingga 70 derajat. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang umum terjadi, khususnya pada masa pertumbuhan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang apa itu skoliosis, gejala yang biasa terjadi, cara diagnosis, dan pilihan pengobatan yang tersedia.
Pengertian Skoliosis
Skoliosis adalah suatu kondisi di mana tulang belakang melengkung secara tidak normal. Tulang belakang yang sehat seharusnya memiliki kurva alami yang membentuk huruf “S” atau “C” ketika dilihat dari samping.
Namun, pada individu dengan skoliosis, tulang belakang dapat melengkung lebih dari itu, membuatnya tampak seperti “S” atau “C” yang sangat mencolok ketika dilihat dari depan atau belakang. Kelainan ini dapat terjadi pada segala usia, tetapi seringkali terdiagnosis selama masa pertumbuhan, khususnya pada masa remaja.
Penyebab Skoliosis
Skoliosis seperti telah dijelaskan, adalah kelainan postur tulang belakang yang ditandai oleh lengkungan abnormal tulang belakang. Ada beberapa penyebab potensial skoliosis, termasuk:
- Skoliosis Idiopatik: Ini adalah penyebab paling umum skoliosis, dan sekitar 80% dari semua kasus skoliosis adalah tipe ini. Skoliosis idiopatik terjadi tanpa penyebab yang jelas, dan biasanya mulai terjadi pada masa pertumbuhan, seperti masa kanak-kanak atau remaja.
- Skoliosis Kongenital: Kelainan ini terjadi sejak lahir, karena kelainan perkembangan tulang belakang yang terjadi selama kehamilan.
- Skoliosis Neuromuskuler: Skoliosis ini berkaitan dengan gangguan neuromuskuler, seperti distrofi otot, paraplegia, atau kelainan saraf yang mempengaruhi otot tulang belakang. Kelemahan otot-otot ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada tulang belakang.
- Skoliosis Degeneratif: Ini biasanya terjadi pada usia lanjut dan berkaitan dengan degenerasi disk pada tulang belakang, yang dapat menyebabkan lengkungan tulang belakang.
- Skoliosis Traumatik: Cedera pada tulang belakang akibat kecelakaan atau trauma fisik bisa menyebabkan skoliosis.
- Skoliosis Metabolik: Beberapa gangguan metabolik seperti osteoporosis dan osteomalasia dapat mempengaruhi kepadatan tulang dan struktur tulang belakang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan skoliosis.
- Skoliosis karena Kondisi Medis Lainnya: Beberapa kondisi medis seperti Marfan syndrome, Ehlers-Danlos syndrome, dan neurofibromatosis dapat meningkatkan risiko skoliosis.
- Skoliosis Iatrogenik: Skoliosis ini dapat terjadi sebagai komplikasi prosedur medis, seperti operasi tulang belakang atau penggunaan alat medis tertentu.
Banyak kasus skoliosis tidak memiliki penyebab yang jelas, terutama pada skoliosis idiopatik. Diagnosis dan pengelolaan skoliosis harus dilakukan oleh profesional medis yang berpengalaman dalam bidang ortopedi.
Klasifikasi Skoliosis
Skoliosis dapat diklasifikasikan berdasarkan sejumlah faktor, termasuk:
- Usia Pasien: Skoliosis idiopatik muncul pada masa pertumbuhan, sedangkan skoliosis degeneratif biasanya terjadi pada orang dewasa akibat penyakit degeneratif tulang belakang.
- Penyebab: Skoliosis idiopatik, yang merupakan jenis paling umum, tidak memiliki penyebab yang jelas, sementara skoliosis sekunder disebabkan oleh faktor tertentu, seperti cedera atau kondisi medis lainnya.
- Lokasi Kelengkungan: Kelengkungan dapat terjadi di berbagai bagian tulang belakang, dan klasifikasinya dapat mencakup skoliosis torakal, lumbar, atau servikal, tergantung pada lokasi tersebut.
- Derajat Kelengkungan: Derajat kelengkungan tulang belakang sering diukur dengan sudut Cobb, di mana tingkat kelengkungan ringan kurang dari 20 derajat, sedang antara 20 hingga 45 derajat, dan berat lebih dari 45 derajat.
Gejala Skoliosis
Gejala skoliosis bisa sangat bervariasi, tergantung pada sejauh mana kelengkungan tulang belakang. Beberapa gejala yang dapat muncul meliputi:
- Kemiringan Tulang Belakang: Ini adalah gejala paling umum. Orang dengan skoliosis biasanya memiliki punggung yang melengkung, baik ke samping (skoliosis lateral) atau ke depan (skoliosis lordosis).
- Postur Tidak Seimbang: Pada kasus yang parah, postur tubuh seseorang bisa terlihat tidak seimbang, di mana salah satu bahu atau pinggul lebih tinggi dari yang lain.
- Nyeri Punggung: Beberapa individu dengan skoliosis mengalami nyeri punggung, terutama jika kelengkungan tulang belakang menyebabkan tekanan ekstra pada otot dan sendi.
- Masalah Pernapasan: Pada kasus yang sangat parah, kelengkungan tulang belakang dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
Diagnosis Skoliosis
Penting untuk mendeteksi skoliosis sesegera mungkin karena pengobatan dini dapat membantu mengendalikan perkembangan kelainan ini. Diagnosis skoliosis melibatkan beberapa langkah, termasuk:
- Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap yang mencakup pemeriksaan postur, punggung, dan tulang belakang.
- Pemeriksaan Radiologi: Untuk mengukur sejauh mana kelengkungan tulang belakang, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan radiologi, seperti sinar-X.
- Pengukuran Sudut Cobb: Metode ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan tulang belakang dan membantu menentukan tingkat keparahan skoliosis.
- Evaluasi Terhadap Gejala: Dokter akan mengevaluasi gejala lain, seperti nyeri punggung atau masalah pernapasan, yang mungkin berkaitan dengan skoliosis.
Pengobatan Skoliosis
Pilihan pengobatan untuk skoliosis akan sangat tergantung pada sejauh mana kelengkungan tulang belakang, usia pasien, dan gejala yang ada. Beberapa metode pengobatan yang dapat dipertimbangkan termasuk:
- Pemantauan: Pada kasus ringan dan tanpa gejala lain, dokter mungkin hanya akan memantau perkembangan skoliosis tanpa perlu intervensi lebih lanjut.
- Fisioterapi: Fisioterapi dapat membantu memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang dan memperbaiki postur. Fisioterapi atau terapi fisik yang dipimpin oleh fisioterapis berlisensi dapat membantu mengembangkan kekuatan dan fleksibilitas otot-otot yang mendukung tulang belakang, sehingga membantu memperbaiki postur. Fisioterapis dapat merancang program latihan khusus yang sesuai dengan kebutuhan individu.
- Renang: Renang adalah olahraga yang sering disarankan bagi individu dengan skoliosis. Berenang dapat membantu menguatkan otot-otot inti dan punggung, sambil mengurangi tekanan pada tulang belakang.
- Yoga: Yoga dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, koordinasi, dan keseimbangan, yang semuanya dapat bermanfaat untuk penderita skoliosis. Pastikan untuk berlatih dengan instruktur yang memiliki pengalaman dalam mengajar yoga untuk skoliosis.
- Peregangan (Stretching): Latihan peregangan dapat membantu mengendurkan otot-otot yang tegang, yang dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang. Ini termasuk peregangan otot punggung, peregangan otot pinggul, dan peregangan otot dada.
- Korset: Pada beberapa kasus, korset ortopedi khusus dapat digunakan untuk membantu mengendalikan kelengkungan tulang belakang, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
- Operasi: Pada skoliosis yang parah atau yang terus berkembang, intervensi bedah mungkin diperlukan. Operasi dapat melibatkan pemasangan batang penyangga atau tindakan lain untuk mengoreksi kelengkungan.
Pencegahan Skoliosis
Tidak selalu mungkin untuk mencegah skoliosis, terutama pada kasus skoliosis idiopatik yang penyebabannya tidak jelas. Namun, ada beberapa langkah yang dapat membantu dalam mencegah perkembangan yang lebih parah:
- Pemeriksaan Rutin: Pemeriksaan rutin oleh dokter atau spesialis tulang belakang dapat membantu mendeteksi skoliosis pada tahap awal.
- Pertahankan Postur Baik: Memiliki postur tubuh yang baik dan menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko perkembangan skoliosis.
- Aktivitas Fisik: Olahraga yang baik untuk memperkuat otot-otot punggung dan perut dapat membantu menjaga postur yang baik.
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang umum terjadi dan dapat memengaruhi berbagai kelompok usia. Pengenalan gejala, diagnosis dini, dan pengobatan yang sesuai sangat penting untuk mengendalikan kelainan ini dan mencegah perkembangannya. Dengan perawatan yang tepat, banyak individu dengan skoliosis dapat menjalani hidup yang sehat dan aktif.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka