Baby blues merupakan kondisi emosional yang lumrah diderita sebagian wanita pasca melahirkan. Pemahaman mendalam tentang baby blues, gejalanya, dan cara mengatasinya sangat penting untuk membantu ibu melewati periode ini dengan baik. Simak penjelasannya berikut.
Apa Itu Baby Blues?
Baby blues yang dalam bahasa Indonesia sering disebut “depresi pasca persalinan ringan,” merupakan kondisi emosional yang lumrah diderita ibu setelah melahirkan. Kondisi tersebut umumnya muncul beberapa hari hingga minggu pertama usai persalinan dan bisa berlangsung sampai beberapa minggu.
Apakah setiap ibu habis melahirkan mengalami baby blues? Ternyata tidak! Tidak setiap ibu yang baru saja melahirkan mengalami baby blues. Baby blues adalah kondisi emosional yang umum, tetapi tidak semua ibu mengalami gejala ini. Statistik menunjukkan bahwa sekitar 50% hingga 70% ibu yang baru melahirkan akan mengalami baby blues dalam beberapa derajat, sementara sisanya mungkin tidak mengalaminya.
Faktor-faktor tertentu dapat memengaruhi apakah seorang ibu akan mengalami baby blues atau tidak, termasuk faktor-faktor seperti perubahan hormon, dukungan sosial, pengalaman persalinan, dan tingkat stres yang dihadapi. Beberapa ibu mungkin lebih rentan terhadap baby blues daripada yang lain.
Gejala baby blues umumnya bersifat sementara dan akan membaik dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Namun, jika gejala tersebut berlanjut atau memburuk, atau jika ibu mengalami gejala depresi yang lebih serius, maka perlu berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau psikolog untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Faktor Penyebab Baby Blues
Kondisi emosional yang dialami ibu usai melahirkan ini tentu bukan muncul secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor utama yang membuat gejala baby blues ini muncul yaitu :
- Perubahan Hormonal
Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Setelah melahirkan, hormon-hormon tersebut harus kembali ke tingkat normalnya, dan inilah yang dapat memicu perubahan suasana hati.
Perubahan hormonal yang signifikan terjadi pada ibu sehabis melahirkan, dan beberapa hormon utama yang terlibat dalam proses ini meliputi:
- Prostaglandin: Hormon ini membantu dalam proses kontraksi rahim selama persalinan. Setelah melahirkan, produksi prostaglandin berkurang, yang memungkinkan rahim untuk mengembalikan ukuran dan posisinya yang normal.
- Oksitosin: Oksitosin adalah hormon yang merangsang kontraksi rahim selama persalinan dan membantu dalam pemulihan pasca persalinan. Oksitosin juga berperan dalam merangsang produksi susu untuk menyusui.
- Estrogen: Selama kehamilan, kadar estrogen meningkat secara signifikan untuk mendukung pertumbuhan janin dan persiapan tubuh untuk persalinan. Setelah melahirkan, kadar estrogen turun drastis, yang dapat berkontribusi pada gejala baby blues.
- Progesteron: Progesteron adalah hormon yang memainkan peran penting dalam menjaga kehamilan. Setelah melahirkan, kadar progesteron turun, yang dapat memicu kontraksi rahim dan memulai produksi susu.
- Prolaktin: Hormon prolaktin meningkat setelah persalinan dan membantu merangsang produksi susu untuk menyusui. Prolaktin juga berperan dalam mengatur perasaan dan emosi.
- Hormon-hormon Penekan: Selama kehamilan, tubuh menghasilkan hormon-hormon penekan, seperti hormon kortisol, untuk mengurangi respon sistem kekebalan tubuh terhadap janin yang dianggap asing. Setelah melahirkan, kadar hormon-hormon penekan ini turun, dan ini bisa memengaruhi respons stres dan kecemasan.
Perubahan drastis dalam tingkat hormon ini, terutama penurunan estrogen dan progesteron, setelah melahirkan dapat memengaruhi kesejahteraan emosional ibu dan menyebabkan gejala seperti yang ditemui dalam baby blues. Perubahan hormon ini bersifat sementara dan sebagian besar akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah melahirkan.
- Stres dan Kecemasan
Proses persalinan, perubahan dalam tanggung jawab ibu terhadap bayi baru lahir, dan ketidakpastian seputar peran barunya bisa sangat menekan dan menciptakan stres yang terjadi secara mendadak. Seorang ibu mungkin merasa belum siap dengan kondisi baru yang dialaminya itu.
Beberapa ibu mungkin mengalami kondisi fisik pasca persalinan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit, yang juga bisa memicu stres. Pada beberapa kasus, ibu mungkin merasa terisolasi karena perubahan dalam rutinitas dan tanggung jawab yang baru. Kurangnya dukungan sosial dan interaksi dengan teman dan keluarga juga bisa menjadi faktor stres.
- Kurang Tidur
Wajar bila dalam proses merawat bayi itu memerlukan perhatian konstan, terutama di malam hari. Dan inilah yang dapat mengakibatkan kurang tidur bagi ibu. Kurang tidur pun bisa mempengaruhi suasana hati dan kestabilan emosional.
Gejala Gejala Baby Blues
Gejala baby blues dapat bervariasi antara individu, tetapi beberapa gejala umum yang mungkin muncul meliputi:
- Perasaan Sedih dan Cemas: Ibu mungkin merasa sedih, cemas, atau bahkan putus asa pasca persalinan.
- Kehilangan Minat: Kehilangan minat pada berbagai aktivitas yang sebelumnya dinikmati dan dilakukan adalah gejala umum baby blues.
- Mudah Marah atau Tidak Sabar: Perubahan suasana hati yang tiba-tiba, marah, atau tidak sabar adalah gejala yang seringkali juga dialami oleh para ibu yang habis melahirkan.
- Kesulitan Tidur: Kesulitan tidur atau tidur yang terganggu oleh kebutuhan bayi tentu dapat memperburuk kelelahan yang sebelumnya telah diderita.
- Merasa Tidak Dikasihi: Ibu mungkin merasa tidak dihargai atau meragukan kemampuannya dalam merawat bayi.
Bagaimana Mengatasi Baby Blues
Gejala baby blues tentu saja dapat diatasi dengan penanganan yang tepat. Beberapa opsi yang mungkin berguna untuk mengatasi baby blues adalah :
- Dukungan Emosional: Peran ibu yang baru lahir memiliki tanggung jawab yang besar dalam merawat bayi. Ini termasuk perawatan harian, menyusui, perubahan popok, dan mengatasi kebutuhan bayi sepanjang waktu. Tanggung jawab ini dapat menimbulkan stres, terutama jika ibu merasa tidak siap atau tidak yakin. Berbicara dengan pasangan, keluarga, atau teman yang dipercayai tentang perasaan Anda dapat membantu mengurangi tekanan emosional.
- Istirahat yang Cukup: Cobalah untuk tidur dan istirahat sebanyak mungkin saat bayi tidur. Ini akan membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan suasana hati.
- Makan dengan Seimbang: Nutrisi yang baik dapat memengaruhi kesejahteraan emosional. Pastikan Anda makan makanan sehat dan cukup cairan.
- Bertukar Peran: Berbicaralah dengan pasangan Anda untuk membagi tanggung jawab merawat bayi. Membagikan tugas dapat mengurangi stres.
- Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri: Ingatlah bahwa baby blues adalah hal yang wajar. Jangan terlalu keras pada diri sendiri dan berikan diri sendiri izin untuk merasa emosional.
- Cari Dukungan Profesional: Jika gejala baby blues memang parah atau sudah berlangsung lama, maka akan lebih baik jika mencoba mengkonsultasikan dengan dokter atau seorang profesional kesehatan mental.
Kapan Harus Menghubungi Dokter
Penting untuk membedakan baby blues dari depresi pasca persalinan yang lebih serius. Jika Anda mengalami gejala berikut, segera konsultasikan dengan dokter:
- Gejala yang Memburuk: Jika gejala semakin buruk dari hari ke hari dan tidak kunjung membaik.
- Gejala Depresi Berat: Jika mengalami perasaan putus asa, pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi, atau tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari.
- Gejala yang Berlangsung Lama: Jika gejala baby blues berlangsung lebih dari beberapa minggu.
Memahami baby blues dan cara mengatasi gejalanya adalah langkah penting untuk membantu wanita melewati periode pasca persalinan dengan lebih baik.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka