Seperti kita tahu,ada sebagian orang yang ingin agar ganja penggunaannya legal di Indonesia. Beberapa pertimbangannya selain mengangkat perekonomian rakyat, petani untung juga karena ganja dapat digunakan untuk obat. Kendati sudah diatur undang-undang, namun peredaran ganja secara sembunyi-sembunyi masih banyak terjadi. Bagaimana efek jangka pendek dan panjang penggunaan ganja?
Apa Itu Ganja
Ganja adalah jenis tanaman yang tumbuh semusim dan dapat mencapai tinggi dua meter yaitu Cannabis. Salah satu ciri khas ganja adalah berdaun menjari. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Biasanya ganja dibuat dalam bentuk rokok dan dihisap agar efek zatnya bereaksi.
Para ilmuwan di Amerika telah menemukan bahwa mariyuana atau ganja dapat menyebabkan penyakit jantung atau penyakit otak bila digunakan secara intensif. Namun hingga saat ini dianggap bahwa mengonsumsi ganja tidak menyebabkan kerusakan permanen pada tubuh. Hasil penelitian terbaru meragukan asumsi tersebut.
Ganja paling dikenal sebagai obat rekreasional. Di Amerika saja ada 4,3% orang dewasa muda yang menggunakan bahan ini setiap hari. Efek menguntungkan juga dikaitkan dengan zat yang berasal dari tanaman Cannabis. Bahkan di Belanda, ganja telah tersedia dengan resep dari apotek sejak September 2003. Khasiatnya adalah untuk menghilangkan gejala seperti multiple sclerosis, glaukoma dan migrain. THC adalah bahan aktif dari ganja yang menurut para peneliti juga zat yang menyebabkan gangguan kesehatan pada penggunaan jangka panjang.
Efek Jangka Pendek Penggunaan Ganja
Setiap obat tentu memiliki efek kepada penggunanya. Pun demikian dengan ganja, ada efek jangka pendek yang akan muncul. Berbagai efek yang dapat terjadi secara langsung ketika seseorang menggunakan narkoba.
Berikut ini adalah pengaruh ganja dalam jangka pendek yaitu sensoris terganggu, panik, khawatir, koordinasi gerak melemah, reaksi lambat, mengantuk atau depresi, serta denyut jantung yang naik.
Efek Jangka Panjang Penggunaan Ganja
Penggunaan ganja dalam waktu yang lama dan intens pun akan merusak kesehatan tubuh. Yang pertama adalah kekebalan tubuh yang melemah sehingga mudah terkena penyakit. Kemudian juga mengalami penurunan gairah seksual dikarenakan hormon seks yang produksinya menurun. Penelitian terbaru pun membuktikan jika ganja yang digunakan dalam jangka panjang akan meningkatkan resiko terkena serangan jantung dan stroke.
Para ilmuwan menemukan pada sampel darah dari para pengguna berat ganja memiliki konsentrasi apoC-III yang tinggi dalam darah. Protein tersebut bertanggung jawab dalam penghambatan pemecahan asam lemak (termasuk kolesterol). THC (tetrahydrocannabinol) yaitu zat aktif yang ada dalam ganja akan merangsang produksi apoC-III. Dengan begitu terlalu banyak protein tersebut akan berakhir di darah dan asam lemak pun akan rusak parah.
Kelebihan apoC-III dalam sel memiliki beberapa konsekuensi. Penumpukan lemak dalam darah pengguna ganja pada akhirnya dapat menyebabkan aterosklerosis. Bahan lemak disimpan di bagian dalam pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah semakin tersumbat. Karena lemak tidak dapat dipecah, maka terjadi gangguan keseimbangan energi antara lain pada sel-sel hati tubuh. Kombinasi dari masalah tersebut adalah serangan jantung atau stroke.
THC merangsang produksi apoC-III, sehingga asam lemak tidak terurai dan timbul masalah dalam pengelolaan energi sel. Pada akhirnya, penggunaan ganja jangka panjang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Para peneliti memperingatkan bahwa menyalahgunakan ganja merupakan faktor risiko masalah jantung dan otak. Bahkan ada bukti bahwa penggunaan ganja dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit seperti Alzheimer. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa apolipoprotein (termasuk apoC-III) terlibat dalam perkembangan penyakit ini.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka