Penggunaan narkoba di kalangan remaja lebih sering ditemui dalam beberapa tahun terakhir di negara kita. Penggunaan narkoba yang berlebihan disebut overdosis yang bisa berakibat fatal. Penggunaan narkoba berlebihan diantaranya dapat menyebabkan disfungsi otak yang serius dan gangguan perkembangan dan perilaku.
Remaja yang menggunakan narkoba sering mengalami kesulitan dalam membangun identitas mereka sendiri, hubungan interpersonal (termasuk keluarga), serta kemandirian fisik dan mental yang normal. Penyalahgunaan zat beracun ini juga dapat mempengaruhi keterampilan kognitif (belajar) remaja, yang menurunkan prestasi di sekolah.
Sejauh ini, efek samping paling berbahaya dari penggunaan narkoba adalah munculnya kecanduan, yang akibatnya mengarah pada penyalahgunaan zat-zat tersebut secara kronis. Ada faktor pribadi, keluarga atau sosial yang bisa meningkatkan risiko konsumsi narkoba. Muara akhirnya adalah menyebabkan kecanduan dan penyalahgunaan kronis.
Faktor Risiko Pribadi
Faktor risiko pribadi diantaranya adalah faktor genetik. Orang dengan penyalahgunaan narkoba biasanya memiliki riwayat keluarga yang juga mengkonsumsi dan menyalahgunakan zat beracun itu. Ada berbagai penelitian medis yang menunjukkan fakta bahwa ada berbagai faktor predisposisi genetik yang dalam kombinasi dengan faktor lingkungan dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba jenis tertentu.
Tipe kepribadian dan temperamen adalah faktor pribadi lain. Remaja dengan perilaku memberontak, menentang orang tua, yang memiliki perasaan bersalah atau gagal lebih cenderung untuk mengkonsumsi narkoba. Pencarian sensasi “kuat” atau kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang berpotensi berbahaya juga dapat meningkatkan keinginan mencoba narkoba.
Usia adalah faktor lain yang mempengaruhi konsumsi narkoba. Remaja sering ingin tahu tentang sensasi atau efek yang dimiliki narkoba ini pada diri mereka sendiri. Lingkungan dan informasi yang salah di media merangsang rasa ingin tahu, seringkali dorongan kecil sudah cukup untuk mencoba zat ini secara sembunyi-sembunyi.
Faktor Risiko Keluarga
Sementara faktor risiko keluarga diantaranya adalah riwayat keluarga yang pernah menggunakan narkoba. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seorang remaja yang orang tuanya mengkonsumsi alkohol atau narkoba lainnya memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk juga menjadi pecandu dibandingkan dengan remaja lainnya.
Kehidupan keluarga yang tidak teratur merupakan faktor penting lainnya dalam kecenderungan konsumsi narkoba oleh remaja. Keluarga di mana terdapat berbagai konflik atau kekerasan fisik atau seksual, tekanan mental yang intens, memiliki risiko tinggi mengonsumsi narkoba. Kompensasi emosional dan kehangatan keluarga penting dalam keluarga mana pun yang ingin anak mereka terhindar dari penyalahgunaan semacam itu
Keterlibatan orang tua yang tidak memadai dalam pendidikan dan kehidupan remaja juga meningkatkan risiko penyalahgunaan dan kecanduan zat narkoba. Pendidikan yang ekstrim seperti hukuman berat (seringkali fisik) atau peningkatan permisif orang tua, meningkatkan risiko penyalahgunaan narkoba (terutama alkohol, tembakau dan obat-obatan ringan).
Faktor Risiko Sosial
Faktor risiko sosial termasuk kemudahan akses ke berbagai jenis narkoba. Relatif mudahnya pengadaan rokok, miras, peredaran narkoba yang bebas, lingkungan yang tidak sesuai dan yang tak kalah pentingnya meningkatnya toleransi masyarakat, turut menyumbang munculnya penyalahgunaan dan kecanduan narkoba pada remaja. Kehadiran alkohol dan rokok di rumah memiliki efek negatif yang sama pada remaja yang tergoda untuk mencobanya.
Lingkungan yang salah adalah faktor risiko yang sangat penting dalam terjadinya penyalahgunaan dan kecanduan pada remaja. Karena kelompok adalah lingkungan yang ideal untuk timbulnya keinginan mencoba zat beracun tersebut (terutama ganja, alkohol, obat halusinogen). Media yang mengiklankan alkohol, rokok atau obat-obatan pun berpengaruh. Ada mentalitas di kalangan remaja bahwa penggunaan zat-zat beracun itu modis dan meningkatkan popularitas, kesuksesan, dan daya tarik seks.
Terkadang cukup sulit bagi orang tua atau anggota keluarga untuk mengidentifikasi masalah terkait konsumsi zat beracun di kalangan remaja. Beberapa orang tua menduga kemungkinan penggunaan narkoba dalam kasus remaja yang menunjukkan perilaku abnormal (negativisme, penolakan, isolasi), meskipun perilaku ini dapat dianggap normal pada usia ini. Peran orangtua yang harus selalu waspada akan kemungkinan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan mengamati secara cermat perubahan perilaku, perubahan penampilan fisik, sikap terhadap orang dekat, dll.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka