Dual Diagnosis Pengguna Narkoba, Apa Itu? - Ashefa Griya Pusaka

Dual Diagnosis Pengguna Narkoba, Apa Itu?

dual diagnosis 1
Share on:

Dual Diagnosis atau Diagnosis ganda, adalah istilah yang digunakan ketika seseorang mengalami kondisi kesehatan mental dan gangguan penyalahgunaan zat pada saat yang bersamaan. Situasi ini sangat umum terjadi, ketika orang dengan gangguan kesehatan mental juga berjuang melawan kecanduan. Hal ini membuat penatalaksanaan dan pengobatan menjadi sangat rumit, karena kedua kondisi tersebut perlu dipertimbangkan untuk pemulihan yang langgeng.

Faktor-Faktor Penyebab Dual Diagnosis

Diagnosis ganda dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetika, lingkungan, dan trauma pribadi. Misalnya, seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan kesehatan mental atau kecanduan memiliki risiko lebih tinggi. Demikian pula, mereka yang pernah mengalami trauma atau tinggal di lingkungan yang penuh tekanan mungkin beralih ke zat-zat sebagai pelarian, sehingga secara tidak sengaja memunculkan gejala dual diagnosis. Beberapa orang bisa juga mengalami kecanduan obat kesehatan mental, sehingga menghambat pengobatan dan semakin memperumit situasi mereka.

Memahami bagaimana diagnosis ganda berkembang adalah kunci untuk mengungkap kompleksitasnya. Namun, siklus kecanduan dan masalah kesehatan mental ini kini memiliki jalur tunggal namun unik bagi setiap individu. Bagi sebagian orang, masalah kesehatan mental mungkin mendahului kecanduan. Dalam kasus ini, zat dapat digunakan sebagai mekanisme penanggulangan gejala kecemasan, depresi, atau gangguan kesehatan mental lainnya. Pengobatan mandiri dapat meringankan gejala untuk sementara, namun sering kali memperburuk gejala dalam jangka panjang. Akibatnya menyebabkan penyalahgunaan zat lebih lanjut dan, pada akhirnya, kecanduan.

Bagi yang lain, kecanduan adalah prioritas utama, karena penyalahgunaan zat dalam jangka panjang dapat mengubah kimia otak dan mengarah pada perkembangan penyakit. gangguan kesehatan mental. Zat yang awalnya membawa kesenangan atau kelegaan akhirnya menimbulkan kondisi seperti kecemasan, depresi, atau paranoia.

Dual Diagnosis yang Umum

Ada beberapa tipe dual diagnosis yang berbeda, yang semuanya memiliki gejala dan kebutuhan uniknya masing-masing. Beberapa yang paling umum meliputi:

  • ADHD dan Kecanduan

Orang dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) sering bergumul dengan impulsif, hiperaktif, dan kesulitan dalam fokus. Tantangan-tantangan ini dapat mengarah pada penyalahgunaan zat tertentu sebagai cara untuk mengobati diri sendiri atau meningkatkan fokus, namun hal ini dapat memperburuk gejala, sehingga menciptakan siklus yang tampaknya tidak dapat dihindari.

  • Manajemen Kemarahan dan Kecanduan

Masalah pengelolaan amarah sering kali muncul bersamaan dengan kecanduan, karena obat tertentu dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang intens atau untuk melepaskan diri dari perasaan marah untuk sementara. Namun, penyalahgunaan obat itu pada akhirnya dapat meningkatkan perasaan frustrasi dan kemarahan, yang kemudian diredakan dengan obat-obatan atau alkohol.

  • Autisme dan Kecanduan

Tantangan dalam interaksi sosial, kepekaan sensorik, dan perilaku berulang menjadi ciri Autism Spectrum Disorder (ASD). Individu dengan ASD mungkin beralih ke zat-zat tertentu untuk mengurangi kecemasan sosial atau untuk mengatasi kelebihan sensorik, yang pada akhirnya menjadi sepenuhnya bergantung pada zat-zat tersebut.

  • Kecemasan dan Kecanduan

Gangguan kecemasan dan kecanduan juga berkaitan erat, karena banyak orang menggunakan zat untuk meredakan gejala kecemasan. Namun, penyalahgunaan zat kronis dapat menyebabkan peningkatan kecemasan, serangan panik, dan peningkatan stres, sehingga memperkuat ketergantungan pada zat.

  • Gangguan Kepribadian Ambang dan Kecanduan

Borderline Personality Disorder (BPD) melibatkan emosi yang intens, hubungan yang tidak stabil, dan citra diri yang tidak stabil. Kecanduan pada individu dengan BPD sering kali berasal dari upaya untuk mengelola atau mengobati sendiri emosi yang meluap-luap atau untuk mengatasi tantangan gangguan tersebut.

  • Gangguan Bipolar dan Kecanduan

Gangguan bipolar, yang ditandai dengan perubahan suasana hati dari mania menjadi depresi, sering kali terjadi bersamaan dengan kecanduan. Zat dapat digunakan untuk meningkatkan fase manik atau untuk meringankan gejala depresi akibat kecanduan, yang pada akhirnya memperburuk keparahan gejala.

  • Kodependensi dan Kecanduan

Kodependensi melibatkan hubungan disfungsional di mana satu orang membiarkan orang lain kecanduan, masalah kesehatan mental, atau perilaku disfungsional. Dalam kasus kodependensi dan kecanduan, ini bisa menjadi masalah besar karena orang-orang terdekat Anda membiarkan Anda menggunakan narkoba daripada mencoba membantu.

  • Depresi dan Kecanduan

Depresi umumnya dikaitkan dengan kecanduan, karena banyak orang beralih ke zat-zat terlarang sebagai cara untuk melepaskan diri dari perasaan sedih, putus asa, atau tidak tertarik pada hidup. Namun penyalahgunaan zat dapat memperdalam gejala depresi dan menciptakan siklus ketergantungan dan memperburuk depresi.

  • Kesedihan dan Kecanduan

Kesedihan, setelah kehilangan orang yang dicintai, dapat memicu kecanduan ketika seseorang mencari hiburan melalui zat-zat tertentu. Kecanduan kemudian dapat memperumit proses berduka, sering kali menyebabkan kesedihan yang berkepanjangan atau tidak terselesaikan serta masalah kesehatan mental tambahan.

  • Insomnia dan Kecanduan

Insomnia, atau kesulitan kronis untuk tertidur, sering kali muncul bersamaan dengan kecanduan. Seseorang mungkin menggunakan obat tertentu untuk menginduksi tidur, namun kecanduan dapat sangat mengganggu pola tidur, sehingga memperburuk insomnia.

  • OCD dan Kecanduan

Obsesif-Compulsif Disorder (OCD) ditandai dengan pikiran (obsesi) dan perilaku (kompulsif) yang tidak terkendali dan berulang. Penyalahgunaan zat pada penderita OCD sering kali bertujuan untuk meringankan penderitaan yang disebabkan oleh obsesi dan kompulsi tersebut, namun sering kali memperparah gejala dan menimbulkan tantangan kesehatan mental tambahan.

  • PTSD dan Kecanduan

Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD), akibat pengalaman traumatis, sering dikaitkan dengan kecanduan. Zat-zat tertentu mungkin digunakan untuk menghilangkan rasa sakit akibat kenangan traumatis untuk sesaat, namun kecanduan dapat memperburuk gejala PTSD, yang menyebabkan kondisi mental memburuk.

  • Gangguan Kepribadian dan Kecanduan

Gangguan kepribadian yang melibatkan pola pikir, fungsi, dan perilaku yang tidak sehat sering kali terjadi bersamaan dengan kecanduan. Penyalahgunaan zat terlarang dapat menjadi mekanisme penanggulangan tantangan yang ditimbulkan oleh gangguan ini, namun biasanya hal ini memperburuk gejala dan menghambat pengobatan yang efektif.

  • Skizofrenia dan Kecanduan

Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang ditandai dengan distorsi dalam pemikiran, persepsi, emosi, bahasa, perasaan terhadap diri sendiri, dan perilaku. Obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk mengobati diri sendiri atau menghindari gejala, namun zat tersebut dapat memperburuk gangguan dan mempersulit pengobatan karena individu menjadi bergantung pada zat tersebut untuk berfungsi.

  • Menyakiti Diri Sendiri dan Kecanduan

Menyakiti diri sendiri adalah kondisi tragis yang sayangnya sering kali terjadi bersamaan dengan kecanduan. Penyalahgunaan narkoba dapat digunakan sebagai bentuk hukuman tambahan terhadap diri sendiri atau untuk menghindari rasa sakit emosional, namun hal ini biasanya memperkuat perilaku menyakiti diri sendiri, sehingga menciptakan lingkaran setan.

  • Stres dan Kecanduan

Stres kronis adalah pemicu umum kecanduan narkoba. Narkoba sering kali digunakan untuk mengatasi atau melepaskan diri dari stres untuk sementara, namun kecanduan pada akhirnya meningkatkan tingkat stres dan mempersulit pengelolaan kesulitan hidup.

  • Bunuh Diri dan Kecanduan

Pikiran dan perilaku untuk bunuh diri sangat umum terjadi pada individu dengan kecanduan. Penyalahgunaan obat-obatan mungkin dapat meredam kecenderungan ini untuk sementara waktu, namun efek depresi dari banyak obat-obatan juga dapat memperdalam keputusasaan dan perasaan putus asa.

Pengobatan Dual Diagnosis

Mengobati diagnosis ganda memerlukan pendekatan multi-segi yang mempertimbangkan kompleksitas gejala penderita dan masalah mendasarnya. Pusat rehabilitasi yang profesional biasanya menyediakan program perawatan kecanduan komprehensif. Pusat rehabilitasi itu juga membantu mengelola kondisi kesehatan mental yang dialami pasien.

Pendekatan pengobatan komprehensif sangat penting karena hanya menangani satu kondisi sering kali dapat menyebabkan kekambuhan atau memburuknya kondisi yang tidak diobati, sehingga siklus kembali terulang.

Berbagai jenis terapi digunakan sebagai bagian dari program perawatan rehabilitasi untuk mengatasi gejala kecanduan dan gangguan kesehatan mental termasuk :

  • Terapi Kelompok

Dalam terapi kelompok, pasien akan menemukan lingkungan yang mendukung di mana mereka dapat berbagi pengalaman dan belajar dari orang lain yang menghadapi tantangan serupa. Terapi ini akan memupuk rasa kebersamaan dan pengertian, yang penting untuk pemulihan.

  • Terapi One to One

Terapi yang akan memberikan perhatian yang dipersonalisasi, mengatasi masalah spesifik yang terkait dengan diagnosis ganda yang dialami. Ini adalah program yang aman untuk mengeksplorasi tantangan dan mengembangkan strategi penanggulangan yang disesuaikan dengan kebutuhan unik pasien.

  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

CBT adalah pendekatan terapi yang akan membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku negatif. Terapi ini efektif untuk mengobati gangguan kesehatan mental dan kecanduan, menjadikannya program yang berharga dalam perangkat pemulihan.

  • Terapi Perilaku Dialektis (DBT)

DBT akan mengajarkan keterampilan untuk mengelola emosi, mengurangi stres, dan meningkatkan hubungan. Terapi ini sangat bermanfaat jika pasien memiliki tantangan dalam regulasi emosi, yang umum terjadi pada individu dengan dual diagnosis.

  • Terapi berbasis trauma

Jika diagnosis ganda berakar pada trauma, terapi berbasis trauma dapat menjadi bagian penting dalam perawatan. Ini akan mengatasi trauma yang mendasarinya dan membantu pasien mengembangkan mekanisme penanganan yang lebih sehat tanpa memerlukan obat-obatan atau alkohol.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top