Akhir-akhir ini banyak masyarakat dihebohkan dengan berita public figure berstatus Crazy Rich. Mereka lebih suka memamerkan harta dan hidup mewah di media sosial. Ternyata kegiatan tersebut bisa jadi terkena Flexing.
Adanya media sosial membuat fenomena Flexing semakin banyak. Padahal, dulu untuk pamer itu di anggap tabu, dilarang dan tak pantas, tapi kini sudah menjadi hal lumrah. Beberapa hal yang sering dipamerkan seperti uang yang bertumpuk-tumpuk, isi saldo ATM, jet pribadi, pakaian dengan harga fantastis, tas mewah, mobil mewah dan barang mewah lainnya. Lalu, apa sih Flexing dan faktor penyebab Flexing? Simak yuk penjelasan berikut ini.
Apa itu flexing?
Dilansir dari Cambridge Dictionary, Flexing adalah upaya untuk menunjukkan bahwa seseorang merasa bangga atau senang pada sesuatu yang dimilikinya, biasanya dilakukan dengan cara sedikit “mengganggu” kenyamanan orang lain.
Flexing juga digambarkan sebagai kondisi seseorang yang memamerkan semua hal yang sebenarnya tak dimiliki, dengan tujuan memperoleh perhatian atau atensi dari orang lain.
Sedangkan menurut kamus Merriam-Webster, Flexing yaitu memamerkan sesuatu atau yang dimiliki secara mencolok. Selain itu, dalam Ilmu Ekonomi perilaku Flexing sebagai sikap konsumtif yang mencolok, menghabiskan uang untuk membeli barang yang mewah dan layanan premium hanya untuk menunjukkan status dan kemampuan finansial.
Cara seseorang untuk melakukan Flexing ada beragam, salah satunya yang sedang trend lewat media sosial. Dengan media sosial mereka bisa memamerkan apapun, seperti kehidupan yang mewah dan mempunyai uang yang berlimpah. Selain untuk mendapatkan perhatian, Flexing juga bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Apakah Normal Pamer Harta Di Media Sosial?
Dilansir dari laman Society for Personality and Social Psychology, ketika membicarakan tentang pamer kekayaan, sebenarnya tak ada jawaban benar atau salah. Semua tergantung dari perspektif yang kamu miliki.
Menunjukkan kekayaan yang dimiliki bisa jadi suatu yang normal, apabila itu bertujuan sebagai penghargaan atas usaha keras yang dilakukan. Misalnya, sangat normal apabila sosok Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat, terlihat mewah dalam segala aktivitasnya, karena sudah sesuai fakta.
Nah, semua itu kembali pada perspektif kamu. Memamerkan kekayaan mungkin dianggap sesuatu yang buruk apabila dinilai dari pandangan nilai atau moral suatu budaya.
Faktor Utama Seseorang Mengalami Flexing
Ada beberapa alasan mengapa seseorang dapat menjadi pribadi yang suka pamer kekayaan, harta, pencapaian, keberhasilan, dan relationship. Menurut Psych Mechanics, faktor utama dibalik Flexing yakni:
- Ingin memperoleh pengakuan
Bagi sebagian orang identitas itu sangat berharga untuk diketahui oleh orang lain. Mereka membutuhkan pengakuan dari orang lain atas keberhasilan dan pencapaian. Misalnya ingin sekali diakui jika dirinya itu sebagai orang kaya dan hidup mewah. Tak hanya soal harta, ada juga orang yang pamer dengan intelektual tinggi untuk memperkuat identitas sebagai individu yang pandai.
- Butuh diterima
Beberapa orang mungkin hanya pamer di ruang lingkup pertemanan saja atau target tertentu. Misalnya, ketika menyukai seseorang maka kamu akan memamerkan kehebatanmu didepannya. Tujuannya, supaya kamu dapat memperoleh penerimaan darinya.
- Merasa insecure
Pernahkah kamu mengalami insecure pada sesuatu, kemudian kamu berusaha menutupinya dengan berbuat sesuatu? Nah. Itulah yang sering dilakukan oleh sebagian orang yang suka pamer. Jadi, terpaksa menunjukkan keberadaannya karena merasa orang lain menggaggapnya tak penting.
- Sedang ada masalah
Seseorang yang suka memamerkan sesuatu, termasuk kekayaannya secara terus-menerus dan intens tanpa ada hal lain yang dilakukan, kemungkinan sedang mengalami masalah serius. Seperti pada seseorang yang sedang mengalami kesulitan berbisnis, namun ingin terlihat dan membuktikan sedang baik-baik saja.
- Pengalaman saat masa kecil
Kebiasaan yang dilakukan saat kecil bisa membentuk kepribadian menginjak dewasa. Apabila sejak kecil telah terbiasa hidup pamer, bukan tidak mungkin ketika sudah dewasa tetap mempunyai kepribadian yang sama
Sementara itu, menurut Psikolog Klinis Personal Growth Stefany Valentina mengatakan bahwa Flexing secara sederhana bisa diartikan sebagai pamer. Seseorang pamer bisa jadi karena dua alasan yaitu pamer karena mempunyai sesuatu yang ingin dibanggakan dan sekedar membagikan kepada orang lain.
Apa ada Hubungannya dengan Percaya Diri?
Beberapa orang beranggapan jika orang yang sering memamerkan sesuatu ke media sosial sebenarnya mempunyai permasalahannya dengan rasa percaya diri rendah.
Menurut penelitian dari para ilmuwan di New York University, orang yang narsis atau hobi memamerkan sesuatu sebetulnya kurang percaya diri, erat kaitannya dengan hubungan insecurity. Jadi, dengan pamer untuk menutupi hal tersebut.
Demikianlah penjelasan mengenai Flexing. Flexing masih dikatakan normal jika masih dalam batas wajar. Sedangkan, jika dilakukan untuk menutupi kekurangan dirinya maka tidak akan mengatasi permasalahannya. Jika kamu ingin berkonsultasi seputar kesehatan mental, karena efek samping narkoba bisa konsultasi di Ashefa Griya Pusaka.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka