Kapan disonansi kognitif terjadi? Disonansi kognitif merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami ketidaksesuaian pikiran, sikap dan perilaku. Sehingga, disonansi kognitif terjadi ketika adanya pertentangan antara persepsi di dalam diri seseorang dan juga perilaku yang dilakukan.
Kondisi disonansi kognitif juga disebut dengan perang batin, karena adanya dua keyakinan yang berbeda dalam diri seseorang. Hal tersebut terjadi ketika seseorang mengetahui dan mempelajari informasi yang tidak sesuai dengan keyakinannya selama ini.
Tak hanya itu, disonansi kognitif juga bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti masa lalu, nilai budaya, tekanan dari pihak lain, keputusan yang diambil dan informasi baru. Berikut ini penjelasannya.
Disonansi kognitif
Disonansi kognitif adalah suatu kondisi yang memengaruhi mental dan psikologi sosial seseorang. Kondisi tersebut terjadi ketika seseorang merasa tidak nyaman karena memiliki dua keyakinan akan suatu hal.
Sehingga, ketika merasa tidak nyaman dan harus perang antara pikiran dan perilaku, maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai disonansi kognitif. Seperti halnya seseorang yang merokok, mereka mengetahui bahwa rokok berbahaya, namun tetap dikonsumsi.
Penyebab disonansi kognitif
Dalam mengetahui kapan terjadinya disonansi kognitif juga bisa dilihat dari penyebabnya. Penyebab dari disonansi kognitif pun beraneka ragam. Sehingga, dari hal tersebut juga bisa mengetahui apakah seseorang mengalami disonansi kognitif atau tidak.
1. Masa lalu
Masa lalu seseorang bisa menjadi salah satu penyebab disonansi kognitif. Hal tersebut dikarenakan, pengalaman dari masa lalu bisa membentuk persepsi seseorang hingga masa kini bahkan masa depan.
Sebagai contoh, misalnya seseorang yang sudah pergi ke suatu tempat dan menemui sosok yang pernah ia lihat. Kemudian, pada waktu yang lain ternyata pada saat mengunjungi tempat yang sama tidak ada sosok yang pernah ia lihat padahal dalam pikirannya sudah terbayang sosok tersebut.
2. Nilai budaya
Penyebab selanjutnya adalah nilai budaya seseorang. Nilai budaya tertentu biasanya berbeda dengan budaya lainnya. Sehingga, hal tersebut juga bisa membentuk persepsi budaya yang ada di wilayah tersebut.
Misalnya, budaya makan dengan tangan di wilayah Jawa merupakan suatu hal yang wajar, namun berbeda halnya jika dilakukan di wilayah Eropa. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai budaya sekitar.
3. Tekanan dari pihak lain
Selanjutnya, disonansi kognitif juga bisa disebabkan oleh tekanan dari pihak lain. Sebuah tekanan dari pihak lain ini akan memberikan suatu paksaan yang harus dilakukan oleh pihak lain, karena jika tidak akan menyebabkan punishment.
Misalnya, dalam pikiran seorang karyawan bahwa masa pandemi COVID-19 merupakan masa yang rawan terkena virus, namun dirinya harus tetap pergi ke kantor karena untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dan mendapatkan penghasilan.
4. Keputusan yang diambil
Dalam mengambil sebuah keputusan memang tidak mudah. Sehingga, dalam mengambil sebuah keputusan yang sulit harus dipertimbangkan baik buruknya. Oleh sebab itu, banyak yang mengalami disonansi kognitif ketika mengambil sebuah keputusan.
5. Informasi baru
Kemudian penyebab disonansi kognitif yang lain adalah berasal dari informasi baru. Seseorang yang sudah memiliki persepsi mengenai suatu hal akan tetap mempertahankan keyakinannya. Namun, setelah mengetahui mengenai informasi baru, maka hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengalami disonansi kognitif.
Misalnya, saja seseorang yang memiliki persepsi bahwa olahraga itu tidak terlalu penting. Maka, setelah mendapatkan informasi baru bahwa olahraga bisa menyehatkan, membentuk tubuh ideal hingga meningkatkan daya tahan tubuh, dirinya akan mengalami disonansi kognitif dan mungkin saja berubah pikiran.
Kesimpulan
Disonansi kognitif merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika tidak adanya keselarasan antara pikiran, sikap dan perilaku. Sehingga, terjadi perang batin antara pikiran dan perilakunya. Disonansi kognitif ini terjadi ketika adanya dua keyakinan dalam diri seseorang.
Tak hanya itu, disonansi kognitif juga bisa terjadi karena beberapa penyebab seperti masa lalu, nilai budaya, tekanan dari pihak lain, keputusan yang diambil dan informasi baru.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka