Sakit kepala bisa membuat segalanya berantakan. Obat sakit kepala kerap dipilih penderita dalam menanggulangi gejala sakit kepala. Hanya saja, sebelum mengkonsumsi obat tersebut, konsumen harus paham dahulu tipe sakit kepala yang dideritanya sehingga langkah pengobatan pun akan efektif juga tak memperburuk gejalanya.
Kondisi Pemicu Sakit Kepala
Sakit kepala ada banyak macamnya mulai dari sakit kepala sebelah (migrain), sakit kepala tegang, dan juga sakit kepala cluster. Beragam sebab bisa mencetuskan terjadinya sakit kepala seperti tekanan pekerjaan atau stres, kecapaian, sampai masalah dalam pembuluh darah maupun jaringan saraf di bagian kepala. Demi meringankan gejala sakit kepala, meminum obat sakit kepala merupakan langkah instan.
Baca Juga: 8 Penyebab yang Dapat Menjadi Pertanda Stres
Nyeri sakit kepala mungkin berbeda dalam sifat, lokalisasi, distribusi, durasi dan karakteristik lainnya. Dokter dalam setiap kasus membuat diagnosis berdasarkan kombinasi dari banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit tertentu. Sebagai contoh:
- Nyeri kepala tajam dapat muncul karena kejang pembuluh darah otak atau osteochondrosis serviks;
- Nyeri kepala berdenyut dapat karena migrain, otitis media, gangguan sistem vaskular, glaukoma dan penyakit lainnya;
- Rasa sakit kepala yang sering mungkin karena meningitis, enensefalitis, dan juga lesi parah pada sistem saraf.
Selain itu, dengan berbagai penyakit, sakit kepala pun dapat memiliki lokalisasi tertentu:
- Migrain, mungkin disebabkan patologi mata, termasuk sinus, pneumonia, rasa sakit di dahi dan alis;
- Hipertensi, osteochondrosis, otot punggung leher dan kepala, neuralgia saraf oksipital – di belakang kepala;
- Bila terjadi peningkatan tekanan intrakranial maka sakit kepala yang timbul munkin karena influenza, tonsilitis, pneumonia, sinusitis – di dahi dan pelipis;
- Sakit kepala bisa disebabkan tidak hanya oleh penyakit, juga karena sering stres, kebiasaan buruk, gangguan tidur, dan cuaca buruk. Pada wanita, sindrom nyeri sakit kepala dapat terjadi karena siklus menstruasi. Pada pria bila terlalu banyak pekerjaan pun bisa memicu sakit kepala. Pada anak-anak, sakit kepala bisa terjadi jika edang pilek. Pada orang tua bila mengalami gangguan pada sistem kardiovaskular dan patologi neurologis maka sangat mungkin menderita sakit kepala. Kondisi patologis itu dapat disertai dengan mual dan muntah, demam, pusing dan gejala lainnya.
Sakit kepala dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Untuk beberapa diagnosis, pasien memerlukan rawat inap yang mendesak. Dengan demikian, diagnosis sendiri tak boleh dilakukan. Obat sakit kepala dalam kondisi tertentu memang sebaiknya dipilih oleh dokter sesuai dengan hasil diagnosis.
Kelompok Obat Sakit Kepala
Agar nyeri sakit kepala bisa segera mereda, penderita bisa meminum obat sakit kepala. Meski begitu, konsumsi obat sakit kepala harus menyesuaikan dengan jenis sakit kepala yang diderita. Di bawah ini adalah pengelompokan obat sakit kepala disesuaikan dengan jenis sakit kepala yang timbul :
- Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS) : adalah golongan obat yang bekerja dengan meringankan peradangan, demam, maupun nyeri. Obat sakit kepala ini manjur dalam menyembuhkan jenis sakit kepala tegang dan sakit kepala separo. Dalam kategori ini yang sering dikonsumsi tanpa perlu resep dokter yaitu ibuprofen dan paracetamol. Namun, bila sakit kepala yang diderita tak jua mereda kendati telah mengkonsumsi obat ini maka penderita harus segera berkonsultasi dengan dokter. Analgesik adalah obat sakit kepala yang juga populer digunakan. Efektivitas analgesik ini adalah karena blokade sementara impuls nyeri saraf. Obat-obatan semacam itu membantu mereka yang menderita sakit kepala karena cuaca atau mabuk, tetapi tidak dapat menghilangkan sakit kepala yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau rendah. Efek analgesik pun berumur pendek: setelah 2-3 jam, rasa sakit akan kembali, jadi jika gejalanya mengganggu selama lebih dari 3 hari, lebih baik berkonsultasi dengan dokter.
Baca Juga: Mengenal Analgesik: Obat Atasi Rasa Nyeri dan Jenis-jenisnya
- Ergotamine : termasuk kelompok obat sakit kepala yang efektif menyembuhkan gejala migrain. Obat sakit kepala ini tidak begitu manjur dalam menangani jenis sakit kepala lain. Dan ergotamine pun harus dibeli dengan resep dokter. Kendati ampuh dalam menyembuhkan migrain, obat sakit kepala kelompok ini dapat memicu berbagai efek samping mulai dari mual, muntah, maupun nyeri pada otot. Di samping itu, Ergotamine pun tak direkomendasikan dikonsumsi wanita hamil maupun pasien dengan gangguan medis tertentu diantaranya stroke, sakit jantung, tekanan darah tinggi, maupun sakit ginjal dan hati.
- Obat Golongan Triptan (Agonis 5HT1) : dapat difungsikan dalam menangani keluhan migrain maupun sakit kepala cluster. Adakalanya, obat dari kelompok ini bisa diaplikasikan berbarengan dengan obat sakit kepala lain terutama yang bekerja menurunkan gejala nyeri. Obat sakit kepala ini pun harus dengan resep dokter untuk membelinya. Contoh obat sakit kepala ini yaitu eletriptan, sumatriptan, dan naratriptan.
- Kafein : Senyawa ini sering didapatkan dalam teh, kopi, maupun coklat. Kopi terbiasa dinikmati sebab membawa pengaruh yaitu bisa menghilangkan ngantuk. Kecuali itu, kafein pun dapat difungsikan menjadi pilihan obat jenis sakit kepala tegang atau sakit kepala migrain. Kendati bisa diaplikasikan menjadi obat sakit kepala, mengasup kafein terlalu banyak tak sehat sebab dapat mencetuskan terjadinya kecanduan. Faktor tersebut malah dapat mengakibatkan gejala putus kafein dengan gejala sakit kepala. Jadi, kafein cuma bisa difungsikan menjadi obat sakit kepala sementara waktu dan itupun sebaiknya dengan rekomendasi dokter.
- Antagonis Kalsium : merupakan kelompok obat yang lazimnya diaplikasikan dalam menangani gangguan jantung maupun tekanan darah tinggi. Meski begitu, obat ini pun mampu menangani sakit kepala, utamanya sakit kepala migrain dan sakit kepala cluster yang tak mempan dengan obat sakit kepala lain. Dua contoh obat sakit kepala golongan Antagonis Kalsium yaitu diltiazem dan verapamil dan. Yang harus diperhatikan, untuk memperoleh keduanya maka pasien harus mendapatkan resep dari dokter.
- Antidepresan : Ini bukan opsi terbaik dalam menangani gejala sakti kepala. Obat dari kelompok ini umumnya diresepkan dalam mengatasi sakit kepala yang dipicu gangguan mental misalnya depresi atau gangguan cemas. Di samping antidepresan, dokter pun dapat memberikan jenis obat lain misalnya obat penenang, antipsikotik, dan sejenisnya dalam upaya menyembuhkan sakit kepala yang tak mempan dengan obat sakit kepala lain.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Depresi dan Stres
Bagaimana Memilih Obat Sakit Kepala
Sakit kepala adalah karakteristik gejala dari 40 patologi yang berbeda. Karena itu, tidak selalu meminum obat sakit kepala akan membawa kondisi lebih baik. Karena itu penderita memang harus sedikit paham bagaimana memilih obat sakit kepala yang cocok demi kondisi sakit kepala yang dialami.
- Sakit kepala, disertai dengan pandangan mata gelap, mual dan tinitus, dapat dipicu oleh vasokonstriksi dan kekurangan oksigen di otak. Obat sakit kepala dengan efek Antispasmodik akan dapat mengendurkan otot dan melebarkan pembuluh darah sehingga akan membantu menghilangkan gejala yang tidak menyenangkan.
- Sakit kepala dengan nyeri tidak teratur dengan tingkat keparahan sedang karena perubahan cuaca dan penyalahgunaan alkohol dapat diatasi dengan obat sakit kepala dengan efek analgesik. Namun perlu diingat bahwa obat itu tidak boleh diminum secara teratur, karena memiliki efek toksik pada hati dan ginjal, dan juga membentuk kecanduan.
- Sakit kepala yang timbul karena badan yang lemah secara umum adalah kumpulan gejala khas pada hipotensi dan distonia vegetovaskular. Kemudian juga migrain yang dipicu oleh vasodilatasi dapat diobati dengan golongan obat sakit kepala jenis vasokonstriktor.
- Jika penderita tidak dapat mengetahui penyebab sakit kepala atau mengalami gejala kabur, minum jenis obat sakit kepala kombinasi bisa dilakukan. Obat sakit kepala jenis ini menggabungkan sifat beberapa kelompok obat sekaligus, sehingga dapat menghilangkan segala jenis rasa sakit.
Namun perlu diingat bahwa mengonsumsi obat sakit kepala yang beresiko dapat memberikan efek samping yang serius terlebih bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka