Sindrom Kepala Meledak, Keadaan Langka yang Membuat Penderita Berhalusinasi - Ashefa Griya Pusaka

Sindrom Kepala Meledak, Keadaan Langka yang Membuat Penderita Berhalusinasi

Sindrom Kepala Meledak
Share on:

Sindrom Kepala Meledak, Keadaan Langka yang Membuat Penderita Berhalusinasi

Banyak orang yang belum mendengar istilah medis penyakit sindrom kepala meledak (Exploding Head Syndrome). Tetapi, bukan berarti kondisi ini membuat kepala kamu meledak, seperti akan meletus. 

Akan tetapi, keadaan medis yang memebuat seseorang terganggu saat sedang tidur atau tidak bisa tidur. Adanya jenis suara yang bisa didengar seperti dengingan hingga ledakan yang berlangsung selama beberapa detik atau hanya terdengar begitu saja. Simak yuk penjelasan mengenai sindrom kepala meledak berikut ini.

Apa itu Sindrom Kepala Meledak?

Sindrom kepala meledak nama lainnya Exploding Head Syndrome (EHS). Keadaan seseorang yang mengalami gangguan tidur yang menimbulkan orang tersebut mendengar suara dentuman keras seperti bom, atau balon meletus, petasan meledak, tabrakan keras, suara tembakan, bunyi petir menyambar di kepala.

Suara keras itu terdengar saat kamu sedang tidur terlelap, sehingga membuat kamu bangun dengan terkejut untuk mencari asal dari mana suara tersebut, walaupun hanya sebuah halusinasi, suara yang didengar begitu nyata. Tak hanya itu saja sindrom kepala meledak ini, membuat seseorang sulit untuk tidur kembali karena muncul rasa cemas dan ketakutan parah.

Menurut dr. Lilir Amalini, Sp. S, selaku Dokter Spesialis Saraf Primaya Evasari Hospital mengatakan bahwa sindrom Exploding Head Syndrome (EHS) merupakan salah satu bentuk parasomnia. Parasomnia yaitu hal-hal yang seharusnya tidak terjadi ketika seseorang tertidur. Seseorang yang mengalami sindrom ini akan merasakan, mendengar suara amat keras sesaat sebelum tertidur atau saat terbangun dimalam hari. Rasanya bisa seolah mendengar ledakan dalam kepala.

Wanita lebih berisiko mengalami sindrom ini dibandingkan dengan pria, meskipun sekarang belum diketahui jumlah pastinya. Sindrom ini ditemukan pada usia paling muda 10 tahun , usia diatas 50 tahun lebih banyak.

Apa Gejala Sindrom Kepala Meledak?

Sindrom kepala meledak bukan masuk dalam kategori sakit kepala atau nyeri pada kepala. Sindrom Kepala Meledak tidak menyebabkan seseorang mengalami rasa nyeri atau pusing pada kepala. Akan tetapi mendengar suara keras yang menggangu saat tertidur. Beberapa orang yang mengalami sindrom ini akan mengalami beberapa gejala yakni:

  • Melihat kilatan cahaya bersamaan dengan suara keras.
  • Denyut jantung menjadi lebih cepat.
  • Otot berkedut
  • Rasa takut dan tertekan.
  • Merasa bingung
  • Hanya terjadi saat tidur 
  • Hanya sekali hingga berukaang dalam waktu singkat dan akan hilang sendiri

Faktor Penyebab Sindrom Kepala Meledak

Beberapa ahli mengatakan ada banyak penyebab kemungkinan  seseorang mengalami sindrom kepala meledak yakni kejang parsi dibagian lobus temporal otak, mengalami pergeseran pada bagian kecil dalam saluran eustachius pada telinga tengah, stress atau kecemasan berlebihan.

Walaupun begitu ada penyebab kemungkinan yang lain pada sindrom kepala meledak seperti berikut ini :

  • Mengalami stress dan gangguan kecemasan
  •  Mengalami pergeseran telinga pada bagian tengah
  •  Terjadi kejang kecil pada otak 
  • Mempunyai gangguan tidur lainnya, seperti Sleep Apne atau Restless Leg Syndrome
  • Efek samping penggunaan obat seperti benzodiazepin atau serotonin inhibitor selektif
  • Penyalahgunaan Obat-obatan dan alkohol
  • Masalah genetik akibat mutasi kromosom
  • Adanya keterlambatan aktivitas di saraf otak

Sindrom Kepala meledak bisa terjadi pada siapa saja. Namun, sindrom ini basanya terjadi pada orang yang berusia 50 tahun lebih dan mesih menempuh kuliah. Untuk anak dibawah 10 tahun jarang sekali mengalami sindrom kepala meledak.

Seseorang yang mengalami sindrom kelapa meledak, karena penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan terlarang, memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Efek samping dari zat adiktif didalam obat ini bisa sangat berbahaya jika terus dibiar. Konsultasikan masalah penyalahgunaan narkoba Anda ke pusat rehabiltasi narkoba Ashefa Griya Pusaka.

Apakah Sindrom Kepala Meledak Berbahaya?

Keadaan sindrom kepala meledak pada umumnya ditandai dengan suara keras tapi tidak menyakitkan dan menyebabkan tingkat kesulitan, ketakutan yang tinggi. Gejala sindrom kepala meledak tidak berbahaya. Tetapi pada sebagian orang yang mengalami sindrom kepala meledak yang tiba-tiab tersentak bangun dalam ketakutan bisa menyebabkan kecemasan berkelanjutan. Rasa cemas ini bisa membuat seseorang sulit untuk tidur kembali sehingga mengakibatkan masalah fisik dan psikologis di masa mendatang.

Bagaimana Cara Mengatasi Sindrom Kepala Meledak?

Gejala pada sindrom kepala meledak sama seperti penyakit lain seperti, epilepsi nokturnal, sakit kepala cluster, thunderclap headaches, dan PTSD. Penting sekali dokter mengetahui riwayat kesehatan seseorang yang mengalami sindrom kepala meledak. Tak hanya itu, dokter juga harus tau pola makan, keadaan emosional, dan gejala yang dirasakan.

Setelah mengetahui apa yang dirasakan dan benar-benar menganggu aktivitas tidur maka, selanjutnya kamu akan mengikuti pengujian Polysomnography yang disarankan oleh dokter. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi apa saja yang terjadi pada tubuh saat kamu tertidur. Salah satunya untuk mengetahui aktivitas neurologis dengan elektroensefalogram meliputi merekam gelombang otak, pola nafas, denyut jantung, serta gerakan tangan dan kaki selama tidur. Apabila dokter sudah mengetahui atau menetapkan diagnosis, maka pengobatan yang dilakukan seperti berikut ini:

  • Seseorang yang mengalami Sindrom Kepala Meledak akan diberi oabat Anti-depresan seperti  clomipramine. Obat ini sering digunakan untuk sindrom ini, karena dicurigai penyababnya yaitu kecemasan dan depresi.
  • Latihan terapi relaksasi atau meditasi dari yoga
  • Belajar untuk mengelola stress seperti mendengarkan musik, membaca buku atau mandi air hangat sebelum tidur
  • Melakukan perubahan dalan menjalankan aktivitas, misalnya pada pola tidur, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi serta tidur yang cukup 6-8 jam per hari 

Tips Menghindari Sindrom Kepala Meledak

Sindrom kepala meledak terjadi ketika kamu kurang tidur, oleh karena itu dianjurkan untuk tidur cukup 6-8 jam setiap malam. Kamu juga harus melakukan relaksasi seperti berjalan kaki sejenak, membaca buku sebelum tidur, beribadah atau lainnya yang mampu membuat kamu rileks. Hindari mengonsumsi minuman yang beralkohol dan obat-obatan terlarang karena bisa menyebabkan gangguan tidur.

 Nah, itulah penjelasan tentang sindrom kepala meledak yang membuat seseorang menjadi berhalusinasi. Jika kamu mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, lebih baik melakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter. Jangan pernah menunda untuk mengatasi permasalahan pada Sindrom Kepala meledak, karena bisa mengganggu pola tidur dan berhalusinasi. Kamu bisa melakukan pemeriksaan kesehatan atau konsultasi di dokter.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top