Ekstasi adalah narkoba dengan efek stimulan dan halusinogen yang berasal dari amfetamin yang meskipun ilegal, sangat populer di kalangan anak muda yang menggunakannya untuk kesenangan. Bukan hanya mempengaruhi fisik, ekstasi juga berdampak serius pada psikis penggunanya. Ciri psikis pengguna ekstasi diantaranya berbicara ngelantur dan terlalu percaya diri.
Apa Itu Ekstasi
Ekstasi adalah obat yang diproduksi secara ilegal. Ekstasi merupakan obat perangsang yang dapat menyebabkan halusinasi sebab kerja otak sudah terpengaruh dengan zat ini. Ekstasi dibuat dengan tujuan membuat orang menjadi “high” dan “high” atau melayang. Obat ini populer di kalangan remaja dan dewasa muda yang hobi ke klub malam, konser, dan sejenisnya. Diyakini obat terlarang ini akan mampu memberikan energy berlipat tanpa merasa kelelahan meski beraktifitas berat.
Penggunanya pun percaya bahwa ekstasi akan membuat mereka menjadi lebih baik dan membuat mereka tetap bertahan dan bahagia selama beberapa hari tanpa perlu istirahat. Tetapi orang yang menggunakan ekstasi tidak menyadari betapa berbahayanya ekstasi ini. Ekstasi telah menjadi salah satu obat terlarang yang paling banyak digunakan di jalanan. Dalam beberapa tahun terakhir, ekstasi telah mengirim banyak orang ke layanan medis darurat karena efek sampingnya yang berbahaya.
Ekstasi memiliki banyak sebutan lain di pasar gelap diantaranya XTC, X, Adam, E, Roll, A, 007, dan Molly. Cara penggunaan biasanya dengan ditelan (dalam bentuk pil atau tablet) atau dihirup (dalam bentuk bubuk).
Efek Ekstasi ke Fisik dan Psikis
Ekstasi adalah obat halusinogen dan stimulan seperti telah disebutkan. Ini menyebabkan pengguna mengalami gelombang perasaan yang menyenangkan (high) dan memperkuat intensitas dari apa yang sedang mereka rasakan, apakah itu menyenangkan atau sebaliknya buruk. Efek obat ini biasanya dapat bertahan hingga 6 jam. Ekstasi dapat segera menghasilkan berbagai efek kesehatan yang merugikan, mulai dari mual, kedinginan, berkeringat, penglihatan kabur atau pengencangan otot rahang yang tidak disengaja, hingga kematian karena overdosis.
Dalam beberapa jam atau hari setelah konsumsi ekstasi maka kemampuan mental penggunanya pun menurun, terutama memori dan kemampuan untuk memproses informasi, yang meningkatkan risiko kecelakaan yang terkait dengan mengemudi misalnya. Kemudian hubungan ekstasi dengan aktivitas fisik yang hebat, seperti menari selama berjam-jam, dapat menyebabkan “heat stroke” yaitu peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Selain itu, pada pengguna yang rentan dapat menyebabkan dehidrasi, hipertensi, dan gagal jantung, serta kecemasan, agitasi, dan berperilaku kekerasan atau berisiko. Sementara pengguna ekstasi kronis dapat menderita gangguan perhatian, konsentrasi dan proses abstraksi, kehilangan memori, penurunan minat pada seks, dan kehilangan nafsu makan. Termasuk ciri psikis pengguna ekstasi yaitu mengalami frekuensi yang lebih tinggi dari gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, gejala obsesif, paranoid atau gangguan mental dari mimpi.
Ciri psikis lainnya dari pengguna ekstasi yang cukup menonjol misalnya indikasi depresi yaitu makin tertutup dan kerap menyendiri , penurunan keinginan akan berbagai hal yang tadinya disukai, tanpa motivasi dan juga sulit berkonsentrasi. Lainnya yaitu selalu merasa cemas, dan paranoid, perasaan sensitif dan mudah tersulut amarah.
Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan bahwa efek yang tidak diinginkan yang berlangsung lama itu tidak hilang meski sudah menghentikan penggunaan baik dalam kasus penggunaan normal atau penggunaan sesekali. Faktor-faktor seperti usia mulai mengkonsumsi, dosis, frekuensi, penggunaan obat lain secara simultan, serta faktor lingkungan dan genetik lainnya, merupakan faktor penentu besarnya efek kronis yang dihasilkan oleh ekstasi ini.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka