Obat psikotropika memiliki jenis jenis yang beraneka ragam, namun sayangnya Psikotropika sering kali disalah gunakan oleh kalangan anak muda maupun orang dewasa.
Kasus penyalahgunaan narkoba sudah sangat banyak terjadi di Indonesia saat ini. Hal ini biasanya bermula dari pelampiasan seseorang atas masalah dan beban berat yang ada di pikirannya sehingga ia mencari cara untuk mendapatkan suasana tenang.
Salah satu kasusnya adalah penyalahgunaan obat psikotropika. Orang-orang mengklaim obat yang termasuk psikotropika dapat memberikan efek tenang, sehingga sangat banyak orang yang menyalahgunakan obat ini. Psikotropika memiliki beberapa macam, namun sebelum membahas jenis jenis psikotropika kita harus mengetahui apa itu psikotropika.
Apa Itu Psikotropika?
Psikotropika adalah suatu zat atau obat-obatan yang tidak termasuk narkotika dan bekerja dengan mempengaruhi syaraf pusat sehingga menimbulkan efek tenang dan rileks.
Psikotropika dapat mempengaruhi mental dan perilaku seseorang, serta merubah kepribadian seseorang secara drastis. Selain itu, psikotropika juga menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan atau ketergantungan obat.
Dalam dunia medis, psikotropika sangat dibutuhkan untuk keperluan seperti pengobatan ataupun untuk orang yang akan melakukan operasi. Meski pun begitu, penggunaan psikotropika tidak boleh sembarangan karena dapat memberikan dampak buruk terhadap tubuh dan psikologis. Sehingga untuk mengonsumsi sejenis obat psikotropika perlu adanya resep dan pengawasan dokter agar tidak terjadi ketergantungan.
Jenis jenis Psikotropika
Psikotropika biasanya banyak dijual di apotek, namun pembeliannya harus dengan resep dokter. Psikotropika juga memiliki banyak ragamnya, berikut ini Jenis jenis Psikotropika antara lain:
1. Valium
Pertama kita akan membahas valium. Jenis psikotropika yang satu ini merupakan obat yang berfungsi sebagai anti-panik dan biasanya digunakan untuk pengobatan kejang, depresi, atau insomnia parah.
Valium termasuk ke dalam jenis obat benzodiazepine. Obat ini beredar secara legal di apotek, namun penggunaannya harus diawasi dan dengan resep dokter agar tidak ketergantungan.
2. Sabu-Sabu
Siapa sih yang tidak kenal dengan jenis narkoba yang satu ini? Sabu-sabu sudah menjadi salah satu dari jenis psikotropika yang banyak disalahgunakan oleh orang-orang.
Sebenarnya sabu-sabu merupakan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit parah seperti hiperaktivitas kekurangan perhatian dan narkolepsi. Namun, seperti yang kita ketahui banyak orang yang menyalahgunakan sabu-sabu untuk mendapatkan efek tenang dan rasa kepuasan.
3. Nipam
Jenis psikotropika yang satu ini biasanya digunakan bersamaan dengan minuman alkohol. Nipam merupakan obat yang sangat berbahaya jika digunakan karena dosisnya yang tinggi dan efek sampingnya yang sangat buruk hingga mudah menyebabkan kematian.
Psikotropika ini memiliki bentuk tablet ataupun pil dan biasanya digunakan untuk mengurangi anseitas.
4. Ekstasi
Hampir serupa dengan sabu-sabu, ekstasi atau pil ekstasi juga sudah sangat sering kita dengar di Indonesia. Ekstasi biasanya diproduksi dalam bentuk pil, bubuk, ataupun tablet.
Cara kerjanya pun sedikit berbeda, ekstasi meningkatkan kinerja otak dan aktivitas tubuh atau bisa dikatakan membuat penggunanya jadi hiperaktif. Meskipun seperti itu, ekstasi juga menghilangkan rasa lelah seseorang ketika masih dalam waktu merasakan efek obat ini.
5. Jenis jenis Lainnya
Keempat jenis psikotropika di atas merupakan yang paling banyak digunakan atau paling populer di Indonesia, namun masih ada beberapa nama lain yang perlu diketahui seperti berikut:
- Sedatin
- Rohypnol
- Amphetamine
- Metakualon
- Phenobarbital
Jenis lainnya ini sebenarnya mempunyai efek dan dampak buruk yang tidak jauh berbeda. Namun penyalahgunaannya tidak sebanyak sabu-sabu ataupun ekstasi.
Jenis Psikotropika Berdasarkan Sifat
Jika tadi kita mengetahui jenis psikotropika yang beredar di Indonesia saat ini, berdasarkan sifatnya psikotropika bisa dibedakan menjadi beberapa macam. Adapun jenis psikotropika tersebut adalah sebagai berikut.
1. Depresan
Jenis depresan merupakan psikotropika yang memberikan efek tenang dan rileks seperti pada umumnya dengan cara menurunkan kinerja saraf pusat pada otak sehingga menciptakan ketenangan pada pikiran dan rileksasi pada organ tubuh.
Orang yang mengonsumsi jenis depresan secara berlebihan dapat kehilangan kesadaran hingga mengalami koma, bahkan bisa menyebabkan kematian. Diazepam dan amomarbital adalah dua contoh psikotropika jenis ini.
2. Stimulan
Berbanding terbalik dengan depresan, psikotropika jenis stimulan biasanya memberikan efek senang dan lebih aktif pada penggunanya dengan mempengaruhi neurotransmitter pada otak. Perasaan senang yang ditimbulkan oleh psikotropika ini akan menyebabkan menurunnya keseimbangan tubuh.
Sebenarnya, efek “senang” atau rasa bahagia yang timbul ini akan memberikan efek “butuh rasa senang” terhadap tubuh. Sehingga penggunanya akan berusaha mengonsumsi psikotropika jenis ini secara terus menerus, dengan kata lain akan mengalami kecanduan atau ketergantungan.
Salah satu contoh dari psikotropika stimulan adalah ekstasi dan amfetamin. Ketika si pengguna sudah kecanduan, ia akan berusaha mencari obat-obatan itu seperti akan kehilangan hidupnya. Jika tidak bisa mendapatkannya, rasa kesepian yang awalnya ia hindari akan datang kembali bahkan lebih parah dari sebelumnya.
3. Halusinogen
Halusinogen merupakan jenis psikotropika paling berbahaya karena efek yang diberikan berupa halusinasi yang menyebabkan penggunanya terlena dengan dunia halusinasi hingga sulit membedakan dunia nyata dan halusinasi tersebut.
Psikotropika jenis ini bekerja pada tubuh dengan merusak sistem syaraf otak dan berpotensi merusak cara orang berpikir. Ganja adalah salah satu jenis ringan dari halusinogen.
Penggunaan psikotropika halusinogen secara berlebihan selain membuat ketergantungan juga dapat menyebabkan penurunan daya ingat, kinerja otak melambat, kerusakan otak, hingga kematian.
JenisPsikotropika Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Semua jenis psikotropika merupakan obat obatan atau zat yang bila digunakan secara berlebihan akan menimbulkan kecanduan dan dampak buruk bagi individu. Tetapi, setiap jenis psikotropika memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda, sehingga bisa dibagi menjadi beberapa golongan.
Golongan I
Psikotropika golongan 1 merupakan obat yang memiliki efek ketergantungan dan dampak negatif yang sangat kuat. Biasanya hanya digunakan secara legal pada penelitian dan pengecekan efek dari obat tersebut, seperti contohnya ekstasi, STP, atau LSD.
Golongan II
Psikotropika golongan 2 merupakan jenis yang satu tingkat lebih lemah dari golongan 1. Meski begitu, golongan 2 masih lumayan kuat efeknya terhadap pengguna. Golongan ini memiliki manfaat untuk pengobatan di bawah pengawasan dokter agar tidak mengalami ketergantungan, contohnya amfetamin, ritalin, sabu, dan metilfenidat.
Golongan III
Golongan 3 merupakan jenis psikotropika yang efek ketergantungannya kuat namun tidak seperti golongan 1 dan 2. Daya adiktif yang dibawanya hanya memiliki tingkatan sedang.
Psikotropika golongan 3 biasanya digunakan untuk pengobatan, terapi, dan penelitian medis. Contoh produk dari jenis ini adalah amibarbital, lumibal, pentobarbital, buprenorsina, dan flunitrazepam.
Golongan IV
Jenis psikotropika golongan ini memiliki efek ketergantungan yang ringan, namun tetap tidak boleh dipakai secara berlebihan jika tidak ingin kecanduan. Golongan 4 ini biasanya digunakan untuk pengobatan ringan. Yang merupakan jenis golongan 4, antara lain obat penenang, obat tidur, diazepam, nitrazepam, pil koplo, dan lexotan.
Akhir Kata
Itulah jenis jenis psikotropika dari berbagai sudut pandang. Di atas membahas jenis berdasarkan produk, sifat atau cara kerja obat, dan dari efek ketergantungannya. Segera konsultasikan masalah ketergantungan narkoba Anda ke pusat rehabilitasi narkoba Ashefa Griya Pusaka untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Pada dasarnya, semua obat-obatan termasuk psikotropika awalnya digunakan untuk kebutuhan medis dan dapat dikonsumsi dengan resep atau pengawasan dokter. Namun karena efek yang ditimbulkan obat-obatan ini membuat kebanyakan orang merasa puas dan menginginkan sensasi yang sama secara terus menerus, maka banyak orang yang menyalahgunakan psikotropika hingga kecanduan berat, mengalami efek samping kronis pada tubuh dan mental, hingga menyebabkan kematian.
Publikasi: Ashefa Griya Pusaka