Gamophobia: Tanda dan Cara Mengatasinya - Ashefa Griya Pusaka

Gamophobia: Tanda dan Cara Mengatasinya

Gamophobia: Tanda dan Cara Mengatasinya
Share on:

Pernahkah mengalami Gamophobia atau melihat orang-orang sekitar mengalaminya? Apa itu Gamophobia? Gamophobia atau takut menikah dan menjalin hubungan dengan lawan jenisnya merupakan salah satu ketakutan yang tidak masuk akal. 

Ketika seseorang mengalami Gamophobia, maka orang tersebut akan timbul gejala dan tanda Gamophobia yang menyebabkan panik, takut berlebihan, keringat dingin dan gejala lainnya ketika mendengar kata “pernikahan”.

Lalu apakah Gamophobia bisa diatasi? Bagaimana cara mengatasinya? Caranya adalah bisa dengan melakukan terapi, konseling dan beragam cara lainnya yang akan dijelaskan pada artikel ini. 

Apa itu Gamophobia? 

Gamophobia merupakan salah satu jenis phobia atau ketakutan terhadap suatu hal yakni ketakutan menjalin hubungan atau menikah. Namun, ternyata meskipun memiliki ketakutan untuk menjalin hubungan dan berkomitmen dalam pernikahan orang yang mengalami Gamophobia pun bisa melakukan pacaran. 

Namun, meskipun bisa menjalani pacaran orang Gamophobia ini tidak bisa atau takut ketika menjalani ke hubungan yang lebih serius atau melakukan pernikahan. Hal tersebut disebabkan karena berbagai penyebab. 

Bisa disebabkan karena trauma masa lalu seperti pelecehan seksual, keluarga yang mengalami kehancuran rumah tangga seperti perceraian atau mengalami KDRT hingga pernah mengalami hubungan yang tidak baik atau gagal dalam pernikahan, sehingga mengalami trauma dan takut untuk menjalin hubungan ke jenjang lebih serius pernikahan. 

Tanda Gamophobia

  • Tidak pasti dan labil
  • Memiliki hubungan yang tidak jelas
  • Takut menjalin hubungan yang tidak tepat
  • Gugup
  • Khawatir 
  • Cemas dan depresi 
  • Memiliki masa lalu yang pernah meninggalkan dan mengakhiri hubungan 
  • Selalu menghindar dari topik mengenai pernikahan
  • Dada sesak dan kesulitan bernapas 
  • Gemetar dan tremor
  • Detak jantung berdetak kencang dan tidak teratur
  • Mual
  • Berkeringat
  • Pusing dan sakit kepala
  • Rasa bersalah dan malu karena takut menjalin hubungan
  • Tidak bisa mengendalikan diri sendiri 

Cara mengatasi Gamophobia

  1. Terapi perilaku kognitif

Salah satu cara yang bisa diatasi adalah dengan melakukan terapi perilaku kognitif atau CBT. CBT dilakukan dengan menganalisis pikiran, emosi dan perilakunya. Pada terapi perilaku kognitif ini dilakukan untuk meyakinkan bagi penderita Gamophobia. 

Sehingga penderita Gamophobia akan diyakinkan mengenai sebuah hubungan dan tidak takut dalam menjalani pernikahan atau komitmen yang lebih serius. Oleh sebab itu, pola pikir penderita akan sedikit demi sedikit berubah. 

  1. Terapi perilaku

Selain itu, bisa juga dengan melakukan terapi perilaku. Terapi perilaku dilakukan untuk mengubah perilaku penderita Gamophobia yang tidak sesuai dan bisa merusak dirinya sendiri. 

  1. Terapi psikodinamik

Cara mengatasi Gamophobia yang lainnya adalah dengan terapi psikodinamik. Dimana terapi ini dilakukan dengan tidak menghakimi dan membebaskan semua hal yang dilakukan oleh penderita Gamophobia. 

Selain itu pun, pada jenis terapi psikodinamik ini bisa dilakukan dengan terapi bicara baik secara individu, kelompok atau pasangan. Sehingga hal tersebut bisa dilakukan dengan mudah dan bisa menjadi pilihan untuk mengatasi Gamophobia. 

  1. Konseling 

Kemudian yang terakhir bisa juga dengan melakukan konseling dengan psikolog atau jika sudah lebih parah, maka bisa melakukan konseling dengan psikiater agar dapat meresmikan obat untuk mengatasi ketakutan tersebut. 

Kesimpulan 

Gamophobia merupakan suatu phobia yang terjadi ketika takut berlebihan menjalin hubungan dan melakukan komitmen dan melakukan pernikahan dengan pasangannya. Namun, orang Gamophobia masih bisa menjalani pacaran dengan pasangan. 

Meskipun begitu penderita Gamophobia tidak mau atau takut berlebihan hingga menimbulkan gejala, seperti takut berlebihan, cemas, gugup, jantung berdebar dan gejala lainnya ketika berbicara mengenai topik pernikahan. 

Sehingga hal tersebut harus diatasi dengan cara yang tepat agar tidak berkelanjutan dan menimbulkan hal buruk bagi dirinya sendiri. Cara yang bisa diatasi adalah dengan terapi perilaku, terapi kognitif, terapi psikodinamik ataupun dengan konseling. 

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top