Memahami Kaitan Kompleks Antara Trauma dan Kecanduan Narkoba - Ashefa Griya Pusaka

Memahami Kaitan Kompleks Antara Trauma dan Kecanduan Narkoba

trauma dan kecanduan narkoba 1
Share on:

Kecanduan narkoba merupakan persoalan multifaset yang seringkali bermula dari berbagai faktor, dan salah satu penyebab utamanya adalah trauma. Hubungan antara trauma dan kecanduan narkotika merupakan aspek penting dalam pengobatan dan pemulihan penyalahgunaan narkoba. Ada hubungan rumit antara trauma dan kecanduan narkotika yang berimplikasi pada keberhasilan rehabilitasi.

Sifat Trauma

Trauma, baik fisik maupun psikologis, dapat mempunyai dampak yang mendalam dan bertahan lama terhadap kebahagiaan seseorang. Penting untuk menyadari bahwa trauma datang dalam berbagai bentuk, mulai dari insiden akut seperti kecelakaan atau kekerasan hingga pengalaman kronis seperti pelecehan, penelantaran, atau menyaksikan peristiwa yang menyedihkan. Peristiwa traumatis ini dapat membebani kemampuan individu untuk mengatasinya, sehingga menimbulkan berbagai konsekuensi emosional, psikologis, dan fisik.

Trauma sebagai Katalis Kecanduan

Trauma yang dialami seseorang berpotensi memicu dirinya menjadi pengguna narkoba. Ada beberapa faktor yang mendasari hal tersebut seperti :

  • Menghindari Rasa Sakit Melalui Penggunaan Narkoba

Individu yang pernah mengalami trauma sering kali mendapati dirinya bergulat dengan emosi yang intens dan tekanan psikologis. Dalam upaya mengatasi perasaan yang meluap-luap ini, beberapa orang beralih ke narkotika sebagai sarana “pengobatan” sendiri. Bantuan sementara yang diberikan oleh zat seperti opioid dapat memberikan jalan keluar dari rasa sakit emosional yang terkait dengan trauma.

  • Adaptasi dan Kecanduan Saraf

Respon otak terhadap trauma memainkan peran penting dalam perkembangan kecanduan. Pengalaman traumatis dapat menyebabkan perubahan pada sistem penghargaan otak, sehingga memengaruhi neurotransmitter seperti dopamin. Perubahan saraf ini menciptakan kerentanan yang lebih besar terhadap penyalahgunaan zat, karena individu mencari sensasi menyenangkan yang diberikan oleh narkotika untuk melawan dampak negatif trauma.

Siklus Trauma dan Kecanduan

Trauma dan kecanduan sering kali menciptakan lingkaran setan, yang masing-masing saling memperkuat. Penyalahgunaan zat berbahaya dapat memperburuk konsekuensi trauma, menghambat kemampuan seseorang untuk menyembuhkan dan mengatasinya secara efektif. Sebaliknya, dampak trauma yang berkepanjangan dapat mendorong individu kembali ke narkotika sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional yang terus-menerus, sehingga melanggengkan siklus kecanduan.

Individu dengan riwayat trauma dan kecanduan mempunyai risiko lebih tinggi terkena gangguan kesehatan mental. Kondisi seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) umumnya muncul bersamaan dengan kecanduan narkotika, sehingga mempersulit proses pengobatan dan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terpadu.

Perawatan Pecandu Berdasarkan Pendekatan Trauma

Menyadari keterkaitan antara trauma dan kecanduan narkotika sangat penting untuk merancang strategi pengobatan yang efektif. Perawatan berdasarkan informasi trauma menekankan pemahaman dampak trauma pada kehidupan individu dan menyesuaikan intervensi untuk mengatasi kecanduan dan pengalaman traumatis yang mendasarinya.

Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

CBT telah terbukti berhasil dalam mengobati individu dengan riwayat trauma dan kecanduan. Dengan mengatasi pola pikir dan perilaku yang menyimpang, CBT membantu individu mengembangkan mekanisme penanggulangan yang lebih sehat dan mengurangi risiko kambuh.

Berikut prosedur singkat CBT :

  • Pendahuluan dan Penilaian: Pertemuan awal untuk memahami masalah klien. Penilaian terhadap pola pikir, perilaku, dan emosi yang mungkin berkontribusi pada masalah.
  • Pembentukan Hubungan Terapeutik: Membangun kepercayaan antara terapis dan klien. Menjelaskan tujuan dan proses terapi.
  • Identifikasi Tujuan Terapeutik: Bersama-sama menetapkan tujuan yang ingin dicapai oleh klien.
  • Pemahaman Pemikiran Negatif: Mengidentifikasi pola pikir negatif dan distorsi kognitif. Menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis.
  • Pengenalan Teknik Perubahan Perilaku: Mengajarkan keterampilan manajemen stres dan regulasi emosi. Menerapkan strategi koping dan perubahan perilaku positif.
  • Pelaksanaan Perubahan: Memantau perkembangan dan memodifikasi rencana terapi jika diperlukan. Memberikan dukungan selama proses perubahan.
  • Evaluasi dan Penutup: Menilai hasil terapi dan mencapai tujuan. Menutup terapi dengan merencanakan langkah selanjutnya.

Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (EMDR)

EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) adalah pendekatan terapeutik yang dirancang khusus untuk individu dengan PTSD dan masalah terkait trauma. Terapi terstruktur ini membantu individu memproses ingatan traumatis, mengurangi muatan emosional mereka dan mengurangi kemungkinan beralih ke narkotika sebagai mekanisme penanggulangannya.

Berikut prosedur standar EMDR :

  • Pendahuluan dan Sejarah Klien: Memahami sejarah hidup dan pengalaman traumatis klien.
  • Pembentukan Hubungan Terapeutik: Membangun kepercayaan antara terapis dan klien. Menjelaskan proses EMDR dan tujuannya.
  • Identifikasi Target Memori: Memilih memori atau pengalaman traumatis yang akan diolah.
  • Persiapan dan Desensitisasi: Mempersiapkan klien dengan teknik relaksasi. Desensitisasi terhadap memori traumatis melalui gerakan mata atau stimuli sensorik lainnya.
  • Pengolahan: Memandu klien untuk mengelola memori traumatis dengan pergerakan mata atau stimulus sensorik.
  • Installasi: Memperkuat pemikiran positif dan adaptif terkait memori tersebut.
  • Skema: Mengidentifikasi skema positif yang baru terkait dengan pengalaman tersebut.
  • Evaluasi dan Penutup: Menilai perubahan dan kemajuan klien. Menutup sesi dengan membahas hasil dan merencanakan langkah selanjutnya.

Intervensi Berbasis Perhatian

Praktik mindfulness, seperti meditasi dan yoga, bisa sangat bermanfaat dalam mengatasi trauma dan kecanduan. Pendekatan ini berfokus pada menumbuhkan kesadaran saat ini, meningkatkan regulasi emosional, dan memutus siklus reaksi otomatis yang sering dikaitkan dengan pemicu trauma.

Mindfulness, atau kesadaran penuh, adalah suatu keadaan di mana seseorang sengaja dan tanpa penilaian memusatkan perhatian pada pengalaman saat ini. Ini melibatkan kesadaran yang mendalam terhadap pikiran, perasaan, sensasi tubuh, dan lingkungan sekitar tanpa terjebak dalam reaksi atau evaluasi emosional yang berlebihan.

Pendekatan mindfulness sering kali terkait dengan meditasi, di mana praktisi duduk dengan tenang, fokus pada pernapasan atau objek tertentu, dan secara bertahap membawa perhatian mereka ke pengalaman yang sedang terjadi tanpa terlalu larut dalam pemikiran atau distraksi.

Praktik mindfulness telah terbukti membantu mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan konsentrasi, dan memperkuat ketahanan terhadap tantangan emosional. Dengan memfokuskan perhatian pada momen ini, mindfulness membantu individu mengembangkan kesadaran diri yang lebih dalam dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih tenang.

Memahami hubungan rumit antara trauma dan kecanduan narkotika sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif dan mendorong pemulihan yang langgeng. Dengan mengatasi akar penyebab kecanduan dan memberikan perawatan berdasarkan trauma, maka peluang keberhasilan rehabilitasi akan terbuka. Ke depan, penelitian berkelanjutan dan pendekatan pengobatan holistik sangat penting dalam mengatasi tantangan yang muncul.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top