Pernah Meragukan Pasangan? Bisa Jadi Gejala Relationship OCD - Ashefa Griya Pusaka

Pernah Meragukan Pasangan? Bisa Jadi Gejala Relationship OCD

Relationship OCD
Share on:

Pernahkah kamu mendengar istilah Relationship OCD? Relationship OCD merupakan gangguan obsesifkompulsif membuat seseorang mempunyai pikiran intrusif dan perilaku kompulsif pada pasangan maupun hubungan asmara yang dijalaninya. Keadaan tersebut, ditandai dengan munculnya keraguan atau ketakutan secara berulang berkaitan dengan hubungan yang dijalin.

Dalam hubungan, tentunya kamu pernah mengalami fase keraguan pada pasangan. Di fase tersebut, kamu mempertanyakan apakah pasanganmu benar-benar mencintaimu. Kamu juga berpikiran apakah kamu pantas bagi pasanganmu. Terlintas juga pemikiran tentang keraguan hubungan yang kamu jalani dengan pasanganmu. Masih banyak hal lainnya yang dipertanyakan dalam hubungan. 

Di fase tersebut, terbilang wajar. Terlebih, jika hubungan yang dijalin belum lama. Apabila kamu merasa hubungan tersebut Toxic relationship, sering muncul keraguan yang mengganggu hubungan. Kamu harus berhati-hati bisa saja kamu mengalami relationship OCD. Lantas, apa sebenarnya relationship OCD? Bagaimana gejala relationship OCD? Apakah ada cara untuk mengatasinya? Simak yuk pembahasan berikut ini. 

Apa Itu Relationship OCD?

Relationship OCD adalah gangguan obsesifkompulsif yang membuat seseorang mempunyai pikiran intrusif dan perilaku kompulsif pada pasangan maupun hubungan percintaan yang dijalaninya. Keadaan tersebut, ditandai dengan munculnya rasa ragu atau ketakutan secara terus-menerus berkaitan dengan hubungan yang dijalin. Penderita relationship OCD sering mempertanyakan apakah pasangannya benar-benar mencintai dirinya, atau apakah hubungan tersebut akan langgeng.

Seorang penderita relationship OCD terus membutuhkan validasi, entah dari pasangan maupun orang lain berkaitan dengan hubungannya. Selain itu, kerap membandingkan pasangan atau hubungannya dengan orang lain. 

Relationship OCD terbagi menjadi dua jenis, yakni relationshipfocused dan partnerfocused. Relationshipfocused yaitu gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang terjadi berhubungan dengan relasinya, contohnya mempertanyakan tentang ketulusan pasangan atau diri sendiri, dan meragukan hubungan yang sedang dijalin. 

Sedangkan, partnerfocused yaitu gangguan kepribadian yang mempunyai obsesi dan kompulsi seputar karakteristik pasangan, seperti kamu mempertanyakan kecerdasan pasangan atau selalu mengkritik penampilan fisik pasangan. 

Gejala Relationship OCD

Apabila kamu menderita relationship OCD, kamu akan selalu diliputi oleh keraguan, kekhawatiran, dan ketakutan berhubungan dengan asmara yang sedang kamu jalani. Berikut ini beberapa tanda jika kamu mengalami relationship OCD.

  1. Memperoleh pikiran intrusif berhubungan dengan pasangan atau yang dijalani. 
  2. Selalu mempunyai pemikiran tentang apakah pasangan benar mencintaimu.
  3. Terlalu cemas tentang kebahagiaan pasangan selama menjalani hubungan.
  4. Terlalu fokus pada kekurangan yang ada di pasangan.
  5. Selalu membandingkan pasangan dengan orang lain atau hubungan yang dimiliki orang lain.
  6. Sering berpikiran bahwa kamu mampu menemukan pasangan yang jauh lebih baik.
  7. Meragukan perasaan kamu pada pasangan.
  8. Selalu membutuhkan validasi atas hubungan yang sedang dijalani, entah dari pasangan atau orang lain.

Penderita relationship OCD kerap mempunyai pikiran intrusif tentang keraguan maupun kekhawatiran pada pasangan yang sedang dijalani. Pikiran seseorang yang menderita relatif OCD selalu dipenuhi dengan pertanyaan tentang pasangan atau relasinya. Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran penderita relationship OCD.

  1. Apakah ia sungguh mencintaiku? Masihkah aku mencintainya?
  2. Pantaskah ia menjadi pasanganku? Atau mungkin ada orang lain yang lebih pantas bersanding dengan ku?
  3. Sudahkah aku menjadi pasangan yang baik baginya? Pantaskah aku bersanding dengannya
  4. Bagaimana apabila ia merasa bosan atau nggak bahagia dengan hubungan ini? 
  5. Apakah hubungan ini akan langgeng dan baik-baik saja? Bagaimana jika ternyata aku terjebak dengan orang yang salah? 
  6. Apakah kita adalah pasangan yang bahagia? Apakah ada pasangan lain yang jauh lebih berbahagia daripada kita? Mengapa hubungan kita tak seperti hubungan orang lain? Apakah ada yang salah dengan semua ini?

Timbulnya pertanyaan seperti di atas bisa dipicu oleh sesuatu yang sepele. Misalnya, ada perbedaan pendapat tentang politik dengan pasanganmu. Nah, perbedaan tersebut merupakan hal wajar, bahkan dalam gunung asmara sekalipun. Tetapi, hal tersebut membuat dirimu terus mempertanyakan ketulusan dari pasangan. Sehingga, kamu menganggap pasangan tidak menyayangi lagi, padahal hanya perbedaan pendapat saja.

Penyebab Relationship OCD

Seseorang yang telah didiagnosis menderita OCD, akan merasakan kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan asmara. Tetapi, tidak semua penderita relationship OCD, sekaligus menderita OCD. Sampai sekarang, belum diketahui pasti faktor penyebab dari relationship OCD. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami relationship OCD, yakni:

  1. Adanya perubahan aktivitas di area tertentu pada otak.
  2. Mengalami perubahan kadar serotonin dalam otak.
  3. Merasa kesulitan menjalin hubungan yang lebih akrab seperti percintaan, kekeluargaan, persahabatannya dan lainnya.
  4. Mempunyai riwayat sebagai korban kekerasan, entah oleh keluarga, lingkaran, teman maupun pasangan.
  5. Pernah kehilangan seseorang yang dicintai.
  6. Mengalami perubahan dalam hidup, misalnya berpindah tempat tinggal, menikah dan lainnya.
  7. Mengalami trauma pada hubungan yang sebelumnya.

Selain itu, ada faktor lainnya penyebab relationship OCD, seperti anxious attachment style dan kepercayaan diri yang rendah. Hal tersebut, bisa memicu tingginya tingkat kecemasan pada hubungan yang dijalani.

Mengalami trauma yang belum bisa dipulihkan secara baik dan optimal bisa memengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani hubungan, contohnya, kamu pernah terjebak dalam toxic relationship sebelumnya. Tetapi, kamu belum sempat memulihkan trauma dari hubungan tersebut. 

Akibatnya, trauma yang belum pulih tersebut bisa mengganggu hubunganmu selanjutnya. Bahkan kamu bisa mengalami relationship OCD karenanya.

Dampak dan Penanganan Relationship OCD

Menderita relationship OCD menjadi kendala tersendiri dalam menjalin hubungan. Sehingga, penderita relationship OCD sering merasa kesulitan untuk membangun dan mempertahankan hubungan. Selain itu, ada beberapa penderita relationship OCD yang mengalami putus nyambung dengan pasangan. Relationship OCD bisa menyebabkan hubungan menjadi Toxic.

Dalam menangani penderita relationship OCD, membutuhkan tenaga yang profesional seperti psikiater atau psikolog. Pada umumnya, penderita relationship OCD dianjurkan untuk melakukan psikoterapi. Tetapi, jika penderita mengalami relationship OCD cukup serius, maka psikiater akan memberikan obat seperti antidepresan, misalnya selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs). SSRIs yaitu jenis antidepresan yang umum digunakan dalam pengobatan pengidap OCD.

Relationship OCD bisa ditangani dengan berkonsultasi ke tenaga profesional. Apabila kamu menderita relationship OCD, kamu bisa bergabung di support group. Kamu akan menemukan ruang aman dalam berbagi cerita dan pengalaman dengan sesamanya. Bergabung dengan support group akan berdampak positif dalam proses penanganan dan pemulihan relationship OCD. 

Demikianlah pembahasan mengenai relationship OCD. Jika kamu merasakan tanda-tanda relationship OCD, jangan pernah ragu untuk segera mencari bantuan tenaga profesional. Supaya permasalahan yang kamu rasakan bisa segera diidentifikasi dan ditangani. Kamu bisa berkonsultasi di Ashefa Griya Pusaka untuk mengatasi permasalahan dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Publikasi: Ashefa Griya Pusaka

Scroll to Top